Tentara Sudan Sukses Rebut Kembali Istana Kepresidenan, Pencapaian Signifikan Selama Masa Konflik


Asap mengepul di udara dari sebuah gedung yang terbakar akibat bentrok antara angkatan bersenjata pemerintah Sudan dengan kelompok paramiliter RSF di Khartoum, Sudan. (ANTARA/Xinhua)
MerahPutih.com - Tentara nasional Sudan berhasil merebut kembali Istana Kepresidenan di ibu kota Khartoum, Jumat (21/3), dalam sebuah kemenangan simbolik atas Pasukan Dukungan Cepat (RSF) yang telah menguasai kawasan itu sejak pecahnya perang saudara pada April 2023.
Kemenangan ini disebut sebagai salah satu pencapaian paling signifikan sejak militer melancarkan serangan balik terhadap RSF pada September 2024. Meskipun begitu, RSF masih menguasai sebagian wilayah di selatan Khartoum.
Sehari sebelumnya, pemimpin RSF Mohamed Hamdan “Hemedti” Dagalo merilis video yang memerintahkan pasukannya untuk mempertahankan istana tersebut. Namun, tekanan dari serangan militer membuat RSF terdesak keluar dari sebagian besar wilayah ibu kota.
Sejumlah warga sipil menyambut pasukan tentara sebagai pembebas, meskipun terdapat laporan pelanggaran HAM oleh milisi pro-militer di wilayah yang baru direbut.
Baca juga:
Ratusan Warga Tewas dalam Serangan Tiga Hari oleh Pemberontak Sudan
RSF sendiri dituduh melakukan kejahatan berat, termasuk pembunuhan, pemerkosaan, dan penahanan massal terhadap sedikitnya 10.000 orang di Khartoum, menurut laporan Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB.
Di luar Khartoum, kekhawatiran muncul bahwa negara ini semakin mendekati pembelahan de facto. RSF menguasai sebagian besar wilayah Darfur dan baru-baru ini merebut kota strategis al-Maliha di Darfur Utara, meninggalkan El-Fasher sebagai benteng terakhir tentara di kawasan tersebut.
Ahli Sudan dari Universitas Cambridge, Sharath Srinivasan, menyebut situasi ini mirip dengan skenario Libya—dengan dua pemerintahan saingan dan dukungan dari kelompok bersenjata yang kompleks.
Sementara itu, upaya diplomasi belum membuahkan hasil. Militer menolak terlibat dalam perundingan damai, dan RSF juga dinilai menggunakan diplomasi sebagai kedok untuk memperluas operasi militernya. Kedua pihak menyatakan akan terus bertempur.
Baca juga:
Tentara Sudan Mendorong Mundur RSF dari Khartoum, Relawan Kemanusiaan dalam Ketakutan
Konflik berkepanjangan ini telah memicu krisis kemanusiaan besar. Ribuan orang tewas dan hilang, sementara jutaan lainnya menghadapi kelaparan akut di tengah macetnya distribusi bantuan kemanusiaan. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Serangan Israel ke Gaza Bikin Satu Dari 7 Keluarga Dikepalai Perempuan, Gencatan Senjata Tidak Akhiri Krisis Nutrisi

Tentara dan Tank Israel Masih Bertahan Sekitar RS Indonesia di Gaza

Pakistan dan Afganistan Saling Serang di Perbatasan, Kerahkan Senjata Berat

Ribuan Warga Gaza Termasuk Warga Dihukum Seumur Hidup di Bebaskan Isreal

Wakil Ketua MPR Dukung Pemerintah Siapkan Tentara Perdamaian ke Gaza

Ribuan Orang Kembali ke Rumah di Jalur Gaza, Pasukan AS Pantau Pelaksanaan Gencatan Sejata

Gencatan Senjata Mulai Berlaku, Ribuan Pengungsi Palestina Kembali ke Gaza

Global Sumud Flotilla Berada 570 Kilometer Dari Gaza, Tidak Bakal Berhenti Sampai Pengepungan Dipatahkan

[HOAKS atau FAKTA] : Persiapan Perang Lawan Indonesia dan Rusia, Israel Minta Bantuan ke NATO
![[HOAKS atau FAKTA] : Persiapan Perang Lawan Indonesia dan Rusia, Israel Minta Bantuan ke NATO](https://img.merahputih.com/media/57/3c/29/573c292140583f08ff492285146133df_182x135.png)
Pelapor Khusus PBB Sebut 680.000 Orang Gaza Tewas Akibat Serangan Israel, Itu Angka Terendah
