Tekanan Harga Kemungkinan Terjadi Pada Periode 2022


Pasar. (Foto: MP/ Dicke Prasetia)
MerahPutih.com - Tekanan harga komoditas akan mempengaruhi harga bahan makanan di Indonesia, meski saat ini inflasi domestik masih cukup rendah. Salah satunya naiknya harga minyak goreng di pasar.
"Kita sudah mulai melihat beberapa tekanan dari harga komoditas merembes ke dalam negeri, seperti minyak sawit mentah (CPO) kepada minyak goreng di Indonesia," ujar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Rabu (19/1).
Baca Juga:
Bulog Pastikan Stok dan Harga Beras di Awal Bulan 2022 Stabil
Sri Mulyani mengingatkan agar disrupsi pasokan global dan stagflasi juga bisa diperhatikan apakah berpengaruh terhadap komoditas di Indonesia, hal tersebut menjadi salah satu risiko perekonomian dunia terkini.
Ia memaparkan, dengan inflasi yang masih relatif baik, fokus pemerintah adalah mengakselerasi pemulihan supaya lebih kuat lagi dan akan bisa bertahan saat terjadi tekanan harga yang kemungkinan akan terjadi pada periode 2022 ini.
"Ini yang menjadi strategi yang akan kami lihat," ujar Menkeu Sri Mulyani.
Ia menekankan, lingkungan global harus menjadi salah satu faktor yang terus diwaspadai untuk menjaga keberlanjutan pembangunan Indonesia.
Selain disrupsi pasokan dan potensi stagflasi, setidaknya terdapat tiga risiko penting lainnya yang mewarnai perekonomian global pada tahun 2022 dan 2023, yakni pengurangan pembelian aset (tapering) bank sentral AS, Federal Reserve; tapering di Eropa dan Inggris; serta perubahan kebijakan Tiongkok,
Ia mengatakan, mengatakan dalam menjaga pemulihan ekonomi, kehati-hatian sangat diperlukan karena perlu mempertimbangkan kondisi global, selain melihat keadaan domestik.
"Di dalam negeri pun sektor dan wilayahnya berbeda-beda pemulihannya, contohnya Bali yang sangat dalam efek COVID-19-nya karena sangat bergantung pada pariwisata. Begitu pula dengan sektor transportasi, hotel, dan restoran yang sangat rentan," kata Menkeu Sri Mulyani.

Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengingatkan potensi perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara utama tujuan ekspor Indonesia, akan menjadi tantangan kinerja ekspor pada 2022.
Josua menuturkan komponen harga komoditas ekspor yang merupakan komponen lain selain volume ekspor, juga diperkirakan mengalami proses normalisasi mengingat adanya normalisasi rantai pasokan global.
Ia menyarankan, agar pemerintah tetap mendorong hilirisasi komoditas ekspor yakni CPO dan batu bara, sehingga kinerja ekspor Indonesia tidak selalu bergantung pada kondisi global terutama harga komoditas mentah di pasar internasional.
"Mengingat Indonesia masih pengekspor komoditas mentah dengan nilai tambah yang tidak tinggi," katanya. (Asp)
Baca Juga:
Pemerintah Tetapkan Satu Harga Minyak Goreng Rp 14 Ribu Per Liter
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Purbaya Yudhi Sadewa Kena Marah Sri Mulyani Gara-Gara Banyak Penggemar
![[HOAKS atau FAKTA]: Purbaya Yudhi Sadewa Kena Marah Sri Mulyani Gara-Gara Banyak Penggemar](https://img.merahputih.com/media/db/f2/36/dbf23665452cdfbdd9ff59a3be8c4169_182x135.png)
Antrean KJP Pasar Jaya 2025 Kembali Dibuka, ini Cara Akses Link dan Daftarnya

Dekatkan Diri dengan Warga Jakarta, PAM Jaya Gelar Bazar Sembako Gratis

Menkeu Purbaya Larang Anaknya Main IG Setelah Polemik Unggahan 'Gantikan Agen CIA'

Istana Tegaskan Sri Mulyani Bukan Mundur atau Dicopot dari Kursi Menteri Keuangan

RUU Komoditas Strategis Dirancang dalam Bentuk Omnibus Law untuk Lindungi Sektor Pertanian Hingga Perkebunan

Rumah Menkeu Sri Mulyani di Bintaro Juga Digeruduk Massa, Barang-Barang Dijarah

Viral Sri Mulyani Bilang Guru Beban Negara, Kemenkeu Berdalih Itu Video Deepfake Hasil Editan

Akui Target Penerimaan Pajak RAPBN 2026 Rp 2.357 T Ambisius, Sri Mulyani Janji Tak Ada Pajak Baru

Anggaran Pendidikan 20% APBN Harusnya Cukup, DPR Ingatkan Sri Mulyani Jangan Bebani Rakyat dengan Gaji Guru
