Studi Ungkap Alasan Orang Narsistik Suka Flexing


Kini memamerkan sisi terbaik dari diri di media sosial telah menjadi norma. (Foto: Unsplash/Cristina Zaragoza)
"NARSISTIK adalah kondisi ketika seseorang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, sehingga butuh dikagumi dan mendapat perhatian lebih," demikian menurut penjelasan laman Alodokter mengenai definisi narsistik.
Alodokter menyebut narsistik merupakan gangguan kepribadian. Bahkan, salah satu gejala narisistik menurut medis ialah pengidapnya merasa berhak dan perlu dikagumi secara berlebihan dan terus-menerus. Dengan begitu, tidak mengherankan mereka suka flexing di media sosial, dengan harapan mendapatkan kritik berupa pujian lewat kegiatan apapun yang ia unggah.
Baca Juga:
Gejala lain dari narsistik juga termasuk membangga-banggakan diri sendiri, merasa superior dan memuji diri sendiri. Namun, menjadi seorang narsistik masih dipandang sebagai ciri kepribadian patologis. Tak jauh berbeda dengan perilaku sadis, manipulatif, atau bahkan psikopat.

Nyatanya, sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2021 terhadap 270 orang dengan usia rata-rata 20 tahun lebih mendukung gagasan bahwa perilaku narsistik tidak selalu didorong oleh hal yang sama dengan psikopat.
"Untuk waktu yang lama, tidak jelas mengapa narsisisme terlibat dalam perilaku yang tidak menyenangkan, seperti memberi selamat pada diri sendiri, karena hal itu sebenarnya membuat orang lain tidak terlalu memikirkannya. Pekerjaan kami mengungkapkan bahwa narsisisme ini tidak muluk-muluk, melainkan merasa tidak percaya diri," kata Psikolog Klinis Pascal Wallisch dari Universitas New York (NYU).
Baca Juga:
Lebih khusus lagi, hasil penelitian itu menunjukkan bahwa narsisisme lebih dipahami sebagai adaptasi kompensasi untuk mengatasi dan menutupi harga diri yang rendah, demikian menurut pendapat Psikolog Klinis Mary Kowalchyk yang juga dari NYU.
Kini, lewat penelitian itu, para psikolog sudah membedakan antara dua jenis narsisisme yang agak berbeda. Dua tipe tersebut adalah Vulnerable Narcissists (narsisisme yang rentan) yang memiliki ciri punya harga diri rendah, kecemasan keterikatan, dan sangat sensitif terhadap kritik, dan Grandiose Narcissists (narsisisme muluk) yang cenderung memiliki harga diri tinggi dan suka membesar-besarkan diri sendiri.

Kowalchyk dan tim menggunakan serangkaian tindakan untuk menilai tingkat sifat yang berbeda termasuk narsisisme, harga diri, dan psikopati untuk masing-masing peserta, dan menemukan bahwa perilaku flexing amat erat kaitannya dengan individu yang juga memiliki rasa tidak percaya diri dan rasa bersalah tinggi dalam dirinya.
Selain itu, menurut penelitian itu, memamerkan diri kita sendiri di media sosial adalah suatu fenomena yang tak dapat dihindari. Sebab, banyak dari kita juga ikut berpartisipasi secara kolektif untuk membentuk dan memberi makan rasa tidak percaya diri. Perilaku ini tertanam dalam diri kita sebagai makhluk sosial. (dsh)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Flexing Pengalaman Kerja dengan Tepat di CV

Flexing Otot Tanpa Terlihat Disengaja

Cara Menahan Diri agar Flexing Tidak Dianggap Negatif

Flexing Foto Libur Lebaran Bisa Pertanda Narsistik

Cerita Novita Hardini Main di Film 'Buya Hamka'

Flexing Berkedok Bertanya dalam Dunia Gaming

Flexing Angpau Lebaran Walaupun Tak Merayakannya

Tempat Wisata Baru di Jakarta dengan Spot Foto Bernuansa Jepang

Flexing Sekaligus Tingkatkan Kesehatan Mental di Tempat Tropis

Nicke Widyawati Masuk Daftar 14 Perempuan Kontemporer WIPO
