Studi Tunjukkan Gelas Kertas juga Berbahaya bagi Lingkungan
Gelas kertas tidak lebih baik dari gelas plastik. (Foto: Unsplash/Brando Makes Branding)
DALAM beberapa tahun terakhir, pengusaha minuman telah mengganti bahan gelas sekali pakai mereka. Plastik ditinggalkan, kertas dimunculkan untuk menghindari polusi plastik dan penumpukannya di tempat sampah. Namun, menurut penelitian terbaru, gelas kertas rupanya juga tidak baik bagi lingkungan.
Sebuah penelitian yang diterbitkan bulan lalu di jurnal Environmental Pollution menguraikan bagaimana gelas kertas dapat melepaskan bahan beracun ke lingkungan sekitar. Ini karena cangkir kertas sering kali dilapisi dengan lapisan asam polilaktat atau dikenal sebagai PLA.
Lapisan itu adalah bioplastik dan disebut-sebut sebagai alternatif biodegradable dibandingkan plastik tradisional. Namun, para peneliti menemukan bahwa bahan itu mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan larva pengusir hama air. Begitu laporan Gizmodo, Selasa (5/9).
Baca juga:
Seni Menghindari Penggunaan Plastik yang Asyik dan Baik Untuk Lingkungan
Para peneliti di Universitas Gothenburg menguji efek gelas plastik dan gelas kertas pada larva nyamuk. Kedua jenis cangkir tersebut dimasukkan ke air atau sedimen hingga empat minggu.
Larva tersebut kemudian dimasukkan ke akuarium yang berisi sedimen dan air yang dulunya menampung gelas plastik dan kertas. Sedimen dan air yang terkontaminasi diuji secara terpisah.
“Kami mengamati adanya penghambatan pertumbuhan yang signifikan pada semua bahan yang diuji ketika larva terpapar pada sedimen yang terkontaminasi,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut. “Penundaan pengembangan juga terjadi pada semua material, baik di air yang terkontaminasi maupun di sedimen.”
Baca juga:
NGO dan Influencer Berkolaborasi Wujudkan Indonesia Ramah Lingkungan
Mereka menemukan bahwa tantangan pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan diamati di lingkungan di mana cangkir tersebut hanya larut dalam satu minggu. Efek negatif dari paparan meningkat pada air dan sedimen yang menahan kertas dan gelas plastik untuk jangka waktu yang lebih lama.
Ini menguji keyakinan bahwa bioplastik lebih aman. PLA memang terurai lebih cepat dibandingkan bahan plastik berbahan bakar fosil, tapi hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan tersebut tidak lebih aman.
“Bioplastik tidak terurai secara efektif ketika berada di lingkungan, di dalam air. Mungkin ada risiko plastik tetap berada di alam dan mikroplastik yang dihasilkan dapat tertelan oleh hewan dan manusia, sama seperti plastik lainnya. Bioplastik mengandung bahan kimia setidaknya sama banyaknya dengan plastik konvensional,” kata Bethanie Carney Almroth, profesor di Universitas Gothenburg. (waf)
Baca juga:
Karangan Bunga Mencemari Lingkungan, Solusinya?
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
DPRD DKI Desak Solusi Mikroplastik Air Hujan, ITF Sunter-Bantargebang Jadi Kunci
Mikroplastik Hujani Jakarta, Pemprov DKI Sebut Sebagai 'Alarm' Lingkungan yang Perlu Segera Direspons
Tangani Pencemaran Minyak MT Arman 114 dan Perdagangan Cula Badak Jawa, Indonesia Raih Penghargaan PBB
2 Pemuda Lumajang Berhasil Olah Limbah MBG Jadi Produk Ramah Lingkungan, Buka Lapangan Kerja Baru
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Eco Paws, Kampanye Kreatif untuk Masa Depan Lebih Baik
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
RDF Plant Rorotan Terus Mengalami Kendala Hingga Berujung Batal Diresimkan, Kapan Bisa Beroperasi Penuh?
Warga Rorotan Tak Perlu Cemas! DLH DKI Jamin Operasional RDF Plant Didampingi Pakar ITB dan Dilengkapi Teknologi Canggih