Studi: Perempuan Berisiko Alami Depresi saat Perimenopause


Depresi perlu segera ditangani dengan optimal sampai tercapai kondisi yang dapat stabil dan tidak kambuh kembali. (Foto: Unsplash/Anthony Tran)
MerahPutih.com - Sebuah studi baru menemukan fakta bahwa perempuan berisiko mengalami depresi sebesar 40 persen saat memasuki tahap perimenopaue.
Laman Medical Daily melansir, Kamis (2/5), perimenopause adalah periode sebelum seorang perempuan mengalami menopause yang ditandai dengan penurunan fungsi ovarium secara bertahap. Biasanya tahap ini terjadi sekitar tiga sampai lima tahun sebelum menopause.
Pada tahap itu, kadar estrogen dan progesteron mulai berfluktuasi sehingga menyebabkan gejala menopause, termasuk perubahan suasana hati dan siklus menstruasi yang tidak teratur.
Menurut studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders, terjadi peningkatan risiko depresi pada wanita yang mengalami tahap perimenopause sebesar 40 persen, dibandingkan dengan tahap pramenopause.
Baca juga:
Temuan ini didasarkan pada meta-analisis dari tujuh penelitian yang melibatkan 9.141 perempuan dari seluruh dunia yang mengevaluasi bagaimana berbagai tahapan menopause dikaitkan dengan depresi.
Seorang peneliti, Dr. Roopal Desai, menjelaskan studi tersebut menekankan pentingnya mengakui bahwa perempuan dalam tahap kehidupan ini lebih rentan mengalami depresi.
Penelitian itu juga menggarisbawahi perlunya untuk memberikan dukungan dan pemeriksaan bagi perempuan, guna membantu mengatasi kebutuhan kesehatan mental mereka secara efektif.
Baca juga:
Haid Dini Bisa jadi Pertanda Menopause Lebih Cepat
“Perempuan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam hidup mereka untuk menghadapi gejala-gejala menopause yang dapat berdampak besar pada kesejahteraan dan kualitas hidup mereka. Temuan kami menunjukkan betapa signifikannya penderitaan kesehatan mental perempuan perimenopause selama masa ini,” kata peneliti lain, Profesor Aimee Spector.
Spector menilai diperlukan kesadaran dan dukungan yang lebih besar untuk mengatasi gejala-gejala tersebut, memastikan perempuan menerima bantuan dan perawatan yang tepat baik secara medis, di tempat kerja dan di rumah.
Baca juga:
Tanda Gejala Menopause Dimulai di Umur 40 Tahun
Walaupun demikian, penelitian tersebut tidak menemukan peningkatan risiko depresi secara signifikan pada tahap pascamenopause dibandingkan perempuan pramenopause.
Ada keterbatasan tertentu dalam penelitian itu, yaitu kriteria dan ukuran yang digunakan dalam berbagai penelitian untuk mengevaluasi tahap menopause dan depresi bervariasi sehingga menyebabkan variabilitas pada beberapa hasil.
Selain itu, hanya ada penelitian terbatas yang membandingkan tahap perimenopause dan pascamenopause. (*)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Puan Maharani Sebut Keterwakilan Perempuan di DPR Pecahkan Rekor

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Legislator Ingatkan Pentingnya Fasilitas Pendukung untuk Pemenuhan Hak-Hak Pekerja Perempuan

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Deretan Tokoh Perempuan Indonesia Raih Penghargaan RA Kartini Award 2025

Kolaborasi Bangun Kota Jakarta jadi Kota Global Ramah Anak dan Perempuan
