Strategi Jitu Seimbangkan Pekerjaan dan Keluarga Selama Pandemi

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 16 September 2020
Strategi Jitu Seimbangkan Pekerjaan dan Keluarga Selama Pandemi

Cara tetap santai saat harus bekerja dari rumah selama COVID-19. (Sumber: Pexels/Lisa Fotios)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

BANYAK orang tua berjuang menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Mereka sering kali merasa bersalah jika pekerjaan menghalangi mereka untuk menghabiskan waktu dengan keluarga.

Tak sedikit pula orang tua juga berjuang tetap bekerja ketika mereka ditarik oleh kewajiban keluarga, seperti merawat anak yang sakit.

Baca juga:

Facebook Perpanjang WFH Sampai Juli 2021

Perjuangan ini diperburuk oleh pandemi COVID-19. Kondisi new normal membuat batasan antara pekerjaan dan kehidupan rumah semakin kabur.

Jajak pendapat yang dilakukan Gallop menunjukkan jam kerja orang dewasa bekerja dari rumah berlipat ganda dibandingkan dengan sebelum pandemi. Data tersebut didapat dari pekerja di 50 negara bagian

Sebuah studi oleh National Bureau of Economic Research terhadap lebih dari 3 juta pekerja di 16 kota di Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah menguatkan data tersebut.

Studi tersebut mengatakan karyawan yang dapat bekerja dari rumah rata-rata bekerja 48,5 menit lebih banyak per hari sekarang daripada sebelum pandemi.

Tantangan semakin bertambah setelah sekolah anak-anak dipindahkan ke rumah. Bagaimana orang tua dapat menyeimbangkan tanggung jawab mereka yang saling bertentangan dan terkadang membebani? Ikuti beberapa cara ini:

1. Cobalah untuk menetapkan batasan

Buat batasan yang jelas saat bekerja dan bersama keluarga. (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)

Di penghujung hari bekerja dari rumah, matikan komputer untuk mengurangi godaan terus mengecek email selama waktu keluarga. Jika memungkinkan, buatlah tempat kerja yang ditentukan.

Ruang kerja tersebut idealnya dilengkapi pintu yang tertutup, sehingga anggota keluarga tahu bahwa pekerjaan sedang berlangsung. Sifat pasti dari batasan ini akan bergantung pada logistikmu sendiri.

2. Prioritaskan self care

Self care amat penting. (Sumber: Pexels/Ana Shvets)

Orang tua yang mengalami tingkat stres lebih tinggi lebih cenderung berperilaku tidak konsisten. Misalnya, memperlakukan anak-anak mereka dengan kasar (berteriak atau memukul) daripada orang tua dengan tingkat stres yang lebih rendah.

Meluangkan waktu untuk merawat diri dalam bentuk olahraga, bersosialisasi, atau melakukan hobi yang santai dan menyenangkan penting untuk kesejahteraan orang tua. Pada akhirnya itu juga mempengaruhi kesejahteraan anak-anak mereka.

Baca juga:

Biar Efektif, Jangan Lakukan Ini Saat WFH!

Mungkin sulit bagi orang tua untuk merasa dibenarkan dalam meluangkan waktu untuk diri mereka sendiri ketika pekerjaan dan kewajiban keluarga terasa mendesak. Tetapi perawatan diri penting. Baik untuk performa kerja maupun untuk hubungan keluarga.

3. Libatkan Anggota keluarga

Libatkan seluruh anggota keluarga dalam urusan rumah tangga. (Sumber: Pexels/Gustavo frings)

Pekerjaan rumah tangga dapat dinegosiasikan ulang agar sesuai dengan keadaan yang berubah. Bahkan anak-anak kecil pun bisa dilibatkan membantu pekerjaan rumah tangga sederhana seperti memberi makan hewan peliharaan dan mengatur meja.

Anak-anak yang lebih besar dan remaja dapat mengambil lebih banyak tanggung jawab, termasuk menyiapkan makanan dan mencuci pakaian.

Selama harapan tersebut tidak berlebihan, berkontribusi pada kesejahteraan keluarga dapat menjadi kebanggaan bagi anak. Pada akhirnya ini dapat memberikan mereka keterampilan hidup yang bermanfaat.

4. Katakan tidak

Belajar tegas. (Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio)

Bersikaplah realistis tentang apa yang dapat dicapai baik di pekerjaan maupun di rumah. Tentu saja, tidak mungkin untuk mengatakan 'tidak' untuk melaksanakan pekerjaan utama atau tanggung jawab keluarga.

Meski begitu, tetap mungkin untuk mengatakan tidak pada permintaan yang lebih periferal.

5. Memobilisasi jaringan pendukung

Pekerjaan berlangsung tenang saat minta tolong orang terdekat. (Sumber: Pexels/Pixabay)

Memiliki dukungan sosial adalah salah satu prediktor terbaik dari kesejahteraan individu dalam menghadapi stres. Dukungan dapat berbentuk tugas yang nyata. Misalnya bergiliran dengan teman atau tetangga yang mengawasi pembelajaran jarak jauh anak-anak, dalam pedoman kesehatan dan keselamatan.

Dukungan juga bisa bersifat emosional, seperti sekadar berbagi suka dan duka dengan orang terpercaya. (avia)

Baca juga:

3 Kegiatan Pengisi Waktu Luang yang Produktif Selama WFH

#September Steptember #COVID-19 #Work From Home #Keluarga
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Demo Buruh 28 Agustus 2025, Semua ASN dan TA Anggota DPR Kerja dari Rumah
Surat edaran WHF itu ditandatangani Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar pada Rabu (27/8)
Wisnu Cipto - Kamis, 28 Agustus 2025
Demo Buruh 28 Agustus 2025, Semua ASN dan TA Anggota DPR Kerja dari Rumah
Lifestyle
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Gejala long COVID tidak selalu sama pada setiap orang. Sebagian mengalami hanya satu keluhan, seperti sesak napas atau kelelahan (fatigue), sementara yang lain menghadapi kombinasi beberapa gangguan.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 12 Agustus 2025
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Indonesia
1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak, tetapi, dalam proses pengasuhan, peran ayah seringkali terlupakan atau dianggap sekadar sebagai pencari nafkah.
Wisnu Cipto - Kamis, 10 Juli 2025
1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah
Indonesia
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Kemenkes menjabarkan saat ini ada 179 kasus COVID-19, dengan 1 kasus positif dari 32 pemeriksaan yang ditemukan
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Indonesia
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Batuk-pilek disertai sesak napas dalam waktu kurang dari 14 hari setelah kembali dari Tanah Suci.
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Indonesia
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menegaskan bahwa situasi COVID-19 di Ibu Kota tetap terkendali
Angga Yudha Pratama - Jumat, 13 Juni 2025
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Indonesia
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
Ani mengimbau masyarakat untuk terus menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
Angga Yudha Pratama - Rabu, 11 Juni 2025
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
Indonesia
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
KPK meminta bantuan BRI untuk memberikan informasi mengenai fasilitas kredit
Wisnu Cipto - Jumat, 06 Juni 2025
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
Indonesia
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
Pemeriksaan dilakukan di Gedung Merah Putih KPK.
Wisnu Cipto - Kamis, 05 Juni 2025
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
Indonesia
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai menemui Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (3/6), mengakui ada kenaikan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia yang terkonfirmasi.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 04 Juni 2025
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
Bagikan