Strategi Jitu Seimbangkan Pekerjaan dan Keluarga Selama Pandemi


Cara tetap santai saat harus bekerja dari rumah selama COVID-19. (Sumber: Pexels/Lisa Fotios)
BANYAK orang tua berjuang menyeimbangkan pekerjaan dan tanggung jawab keluarga. Mereka sering kali merasa bersalah jika pekerjaan menghalangi mereka untuk menghabiskan waktu dengan keluarga.
Tak sedikit pula orang tua juga berjuang tetap bekerja ketika mereka ditarik oleh kewajiban keluarga, seperti merawat anak yang sakit.
Baca juga:
Perjuangan ini diperburuk oleh pandemi COVID-19. Kondisi new normal membuat batasan antara pekerjaan dan kehidupan rumah semakin kabur.
Jajak pendapat yang dilakukan Gallop menunjukkan jam kerja orang dewasa bekerja dari rumah berlipat ganda dibandingkan dengan sebelum pandemi. Data tersebut didapat dari pekerja di 50 negara bagian
Sebuah studi oleh National Bureau of Economic Research terhadap lebih dari 3 juta pekerja di 16 kota di Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah menguatkan data tersebut.
Studi tersebut mengatakan karyawan yang dapat bekerja dari rumah rata-rata bekerja 48,5 menit lebih banyak per hari sekarang daripada sebelum pandemi.
Tantangan semakin bertambah setelah sekolah anak-anak dipindahkan ke rumah. Bagaimana orang tua dapat menyeimbangkan tanggung jawab mereka yang saling bertentangan dan terkadang membebani? Ikuti beberapa cara ini:
1. Cobalah untuk menetapkan batasan

Di penghujung hari bekerja dari rumah, matikan komputer untuk mengurangi godaan terus mengecek email selama waktu keluarga. Jika memungkinkan, buatlah tempat kerja yang ditentukan.
Ruang kerja tersebut idealnya dilengkapi pintu yang tertutup, sehingga anggota keluarga tahu bahwa pekerjaan sedang berlangsung. Sifat pasti dari batasan ini akan bergantung pada logistikmu sendiri.
2. Prioritaskan self care

Orang tua yang mengalami tingkat stres lebih tinggi lebih cenderung berperilaku tidak konsisten. Misalnya, memperlakukan anak-anak mereka dengan kasar (berteriak atau memukul) daripada orang tua dengan tingkat stres yang lebih rendah.
Meluangkan waktu untuk merawat diri dalam bentuk olahraga, bersosialisasi, atau melakukan hobi yang santai dan menyenangkan penting untuk kesejahteraan orang tua. Pada akhirnya itu juga mempengaruhi kesejahteraan anak-anak mereka.
Baca juga:
Mungkin sulit bagi orang tua untuk merasa dibenarkan dalam meluangkan waktu untuk diri mereka sendiri ketika pekerjaan dan kewajiban keluarga terasa mendesak. Tetapi perawatan diri penting. Baik untuk performa kerja maupun untuk hubungan keluarga.
3. Libatkan Anggota keluarga

Pekerjaan rumah tangga dapat dinegosiasikan ulang agar sesuai dengan keadaan yang berubah. Bahkan anak-anak kecil pun bisa dilibatkan membantu pekerjaan rumah tangga sederhana seperti memberi makan hewan peliharaan dan mengatur meja.
Anak-anak yang lebih besar dan remaja dapat mengambil lebih banyak tanggung jawab, termasuk menyiapkan makanan dan mencuci pakaian.
Selama harapan tersebut tidak berlebihan, berkontribusi pada kesejahteraan keluarga dapat menjadi kebanggaan bagi anak. Pada akhirnya ini dapat memberikan mereka keterampilan hidup yang bermanfaat.
4. Katakan tidak

Bersikaplah realistis tentang apa yang dapat dicapai baik di pekerjaan maupun di rumah. Tentu saja, tidak mungkin untuk mengatakan 'tidak' untuk melaksanakan pekerjaan utama atau tanggung jawab keluarga.
Meski begitu, tetap mungkin untuk mengatakan tidak pada permintaan yang lebih periferal.
5. Memobilisasi jaringan pendukung

Memiliki dukungan sosial adalah salah satu prediktor terbaik dari kesejahteraan individu dalam menghadapi stres. Dukungan dapat berbentuk tugas yang nyata. Misalnya bergiliran dengan teman atau tetangga yang mengawasi pembelajaran jarak jauh anak-anak, dalam pedoman kesehatan dan keselamatan.
Dukungan juga bisa bersifat emosional, seperti sekadar berbagi suka dan duka dengan orang terpercaya. (avia)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Demo Buruh 28 Agustus 2025, Semua ASN dan TA Anggota DPR Kerja dari Rumah

Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin
