Strategi Gravel Jembatani Kepentingan Tukang dan Konsumen Properti
Gravel, perusahaan aplikasi pencari tukang bangunan, berupaya menjembatani kepentingan tukang dan konsumen properti dengan strategi fairness atau kewajaran dan keadilan. (Foto: Gravel)
BISNIS sektor properti diprediksi tetap bertumbuh pada 2023 meski ancaman resesi membayangi dunia. Pertumbuhan ini bahkan dinilai akan terus berlangsung pada 2025 menyusul membaiknya perekonomian nasional.
Pertumbuhan sektor ini juga akan menyentuh kepada sektor pendukungnya. Misalnya pada pemenuhan jasa tukang bangunan.
Jasa tukang bangunan hingga hari ini terus bertumbuh. Namun, masalahnya belum ada standar pengupahan tukang. Akibatnya, para pemakai jasa tukang, baik pengembang properti maupun individual, masih sering bingung menentukan besaran jasa tukang.
Terkadang pengguna jasa merasa upah yang dibayarkan kepada tukang terlalu tinggi. Sebaliknya, para tukang sebagai pemberi jasa menganggap bayarannya tidak setara dengan beban pekerjaannya.
Karena itu perlu standarisasi penetapan harga yang layak dan adil bagi kedua belah pihak sehingga kepentingan keduanya terpenuhi. Melihat celah ini, Gravel, perusahaan aplikasi pencari tukang bangunan, berupaya menjembataninya dengan strategi fairness (kewajaran dan keadilan) bagi konsumen dan mitra usaha (pekerja konstruksi).
Baca juga:
Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Pembeli Properti Pemula
Penetapan harga tukang Gravel masih berada di kisaran harga pasar dengan memastikan nilai yang diterima konsumen terukur dan berbanding seimbang dengan kualitas jasa yang diberikan.
"Untuk itu, Gravel menyediakan tukang yang memiliki kualitas keterampilan sesuai standar industri konstruksi dan sudah berpengalaman, di mana setiap tukang yang ingin menjadi mitra harus melewati tahap seleksi keterampilan yang ketat," demikian pernyataan Gravel melalui rilis kepada Merahputih.com.
Selain nilai yang seimbang dengan harga, konsumen juga mendapatkan transparansi harga dan informasi pekerja melalui aplikasi Gravel. Keahlian dan pengalaman tukang dapat dicek terlebih dulu sebelum konsumen memesan tukang.
Keterbukaan ini tak hanya membuat konsumen percaya, tapi juga dimudahkan karena tidak lagi melalui negosiasi harga yang sering alot. Keterbukaan juga mencegah ketidakjelasan kualitas kerja yang sering terjadi saat mencari tukang dengan cara konvensional.
Penerapan strategi ini berbuah untuk Gravel. Hingga November 2022, mereka mengklaim memperoleh kepercayaan untuk menyelesaikan lebih dari 4.000 proyek pembangunan di 18 provinsi dengan bantuan puluhan ribu tukang, atau yang akrab disebut Dulur.
“Kami meyakini bahwa bisnis jasa, cara konvensional maupun digital, ujungnya tetap bermuara prinsip kepercayaan, dan kepercayaan ini didapat dengan keadilan dan keterbukaan. Hingga saat ini kami telah menuai hasilnya dan mendapatkan feedback tingkat kepuasan konsumen sebesar 99,7%” kata Georgi Putra, Co-Founder dan CEO Gravel.
Baca juga:
Prinsip keadilan ini juga diterapkan sama kepada tukang. Bersama Gravel, tukang memiliki standar upah yang jelas dan sesuai dengan keahlian serta pengalamannya. Gravel membedakan upah antara mandor, tukang, dan kernet. Ini dibuat dengan mempertimbangkan fungsi kerja dan tanggung jawab yang berbeda.
Tukang juga diklasifikasikan lagi menjadi beberapa kategori keahlian agar pekerjaannya fokus dan tidak tumpang tindih. Misalnya tukang atap akan fokus mengerjakan tugas instalasi atau renovasi atap.
Dari segi waktu kerja, Gravel juga menetapkan jam kerja yang jelas. Jika membutuhkan waktu pengerjaan ekstra, konsumen harus mengajukan permintaan lembur dari aplikasi dan menyetujui harga lembur yang sudah ditetapkan.
Pembayaran upahnya pun jelas dan tepat waktu dengan sistem “hari ini kerja, besok pasti gajian”. Begitu pekerjaan dinyatakan selesai oleh konsumen dari aplikasi, besok tukang bisa langsung mencairkan upah.
Penerapan-penerapan prinsip keadilan kepada tukang ini telah memberikan dampak ekonomi yang cukup besar kepada ribuan tukang. Mereka lebih mandiri dan tidak memiliki ketergantungan menunggu pekerjaan yang kerap terjadi ketika hanya mengandalkan ajakan mandor atau pemborong saja.
Lewat aplikasi Gravel Dulur, tukang bisa mencari pekerjaan sendiri dan menjadi lebih berdaya. “Ini bukan berarti Gravel ingin mendisrupsi cari kerja tukang dengan cara konvensional. Justru kami ingin memperluas channel tukang dalam mencari rezeki dengan memanfaatkan teknologi," kata Fredy Yanto, Co-Founder dan CPO Gravel
Fredy menambahkan, cara cari kerja lewat aplikasi Gravel mudah dipahami dan bisa dilakukan oleh siapa saja. "Kami ingin tukang-tukang di Indonesia semakin berdaya dan sejahtera,” tutup Fredy Yanto. (dru)
Baca juga:
Abang Bakso Tangguh, Beralih Profesi Jadi Tukang Bangunan demi Keluarga
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Tokenisasi Saham xStocks Tiba-Tiba Jadi Primadona Investor Kripto Indonesia Buntut Kompetisi Trading Pintu 2025
'Summarecon Discovery', Pengalaman Visual Perjalanan 50 Tahun Bisnis Properti
Kebiasaan Layar Kedua: Mengapa Penggemar Sepak Bola Indonesia Selalu Nonton Lewat 2 Perangkat
Apa Itu Cloudflare? Perusahaan yang Sempat Bikin Layanan Internet Terasa seperti 'Kiamat Kecil'
Gamification dan Play-to-Earn Bukan Sekadar Fitur di DRX SPORTNET, Bawa Pengguna Merasakan Keseruan di Dunia Virtual
Pramono Luncurkan Portal Satu Data Jakarta, Diharapkan Bisa Bersaing dengan Kota Besar Dunia
PPN DTP Ditanggung 100 Persen Sampai 2027, Pasar Properti Dipastikan Kembali Bergeliat
Panduan Cerdas Memilih Kost di Bandung: Jangan Hanya Lihat Harga dan Lokasi
Aplikasi SIKAP Polda Metro Jaya Percepat Pemblokiran Rekening Penipuan Online, dari 12 Hari Kerja Jadi 15 Menit
Netflix Luncurkan Fitur Baru Format Video Vertikal Manjakan Pengguna Ponsel