Abang Bakso Tangguh, Beralih Profesi Jadi Tukang Bangunan demi Keluarga


Tempat Mangkal Jenggot. (Foto: merahputih.com/Yusuf Johan Raja)
SUASANA di depan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang Selatan begitu sepi. Padahal waktu menunjukkan pukul 12.00. Pada jam makan siang ini, biasanya sebelum pandemi melanda Indonesia para mahasiswa kampus UMN berburu makan siang untuk mengisi perut lapar setelah berjam-jam mendengarkan pemaparan dosen.
Pandemi memang membuat para mahasiswa dan mahasiswi melaksanakan kegiatan perkuliahan secara daring dari rumah. Selama proses belajar daring ini isi kampus yang hemat energi tersebut benar-benar lowong, hampir tidak ada orang kecuali petugas keamanan dan kebersihan.
Baca Juga:
Jenggot, pedagang bakso yang sering mangkal di depan kampus ini terkena imbasnya. Saban hari sebelum pandemi, Jenggot mengaku gerobak baksonya selalu dikerumuni para mahasiswa UMN. Kini, ia hanya bisa berharap dari orang lewat yang membeli dagangannya, itu pun tidak banyak.

Saking ramainya pelanggan Jenggot di depan UMN, sampai-sampai stok mangkuk yang dibawanya tidak cukup untuk melayani pembeli. Dia sampai kewalahan pula karena harus segera mencuci mangkuk untuk digunakan pada pesanan selanjutnya. Momen-momen dagangannya laris manis menjadi kenangan saja selama pandemi, terutama ketika pelaksanaan PPKM darurat.
Sebelumnya jenggot bisa menjual 60 mangkuk lebih dalam sehari, dengan waktu berdagang dari pukul 11 siang sampai 12 malam. Namun, ketika pandemi ia hanya bisa menjual bakso di bawah angka tersebut dan bahkan Jenggot pernah menjual hanya 20 mangkuk dari jam 11 siang sampai jam 2 pagi.
Baca Juga:
Yang jadi masalah, gerobak bakso Jenggot bukan milik sendiri. "Ya penghasilan juga kan saya harus setor juga ke yang punya gerobak belom lagi biaya saya buat makan sama minum kalau jualan," keluh Jenggot yang memiliki nama asli Faujan.
Celakanya lagi, pembuat bakso langganan Jenggot pulang kampung pada awal-awal pandemi melanda Indonesia tahun lalu. Mau tidak mau, Jenggot harus berhenti sementara berdagang karena tidak ada lagi yang menyuplai bakso untuk memenuhi etalase gerobaknya.
Namun, Jenggot tetap tangguh menghadapi situasi sulit ini. Sementara tidak bisa berjualan bakso, ia mencoba peruntungan di bidang lain. Ia pernah menjajal profesi sebagai tukang bangunan. Meskipun pekerjaan proyek lebih berat karena harus menggunakan kekuatan fisik yang besar, jenggot tetap menekuninya.

Menurut Jenggot, satu-satunya hal yang membuatnya tetap tangguh ialah rasa cintanya kepada keluarga di kampung. Pria asal Karawang ini merantau ke Tangerang Selatan, meninggalkan istri dan anak tercinta di kampungnya. Ia tidak pernah melupakan keluarganya, dan selalu rutin mengirim uang sebagai nafkah.
Ketangguhan Jenggot semakin terbukti setelah pembuat bakso langganannya kembali dari kampung. Kini dia kembali berjualan bakso meskipun kuliah tatap muka masih belum diberlakukan. Ia memilih untuk tidak mengeluh dengan situasi pandemi yang membuat banyak pelanggannya menghilang.
Strategi dan siasat Jenggot sederhana untuk tetap menghidupkan dagangan baksonya. Ia kini tidak hanya bergantung mangkal di depan UMN saja. Ia mengayuh gerobaknya lebih jauh lagi dari wilayah sekitaran UMN demi mendapatkan pelanggan baru. (jhn)
Baca Juga:
Kalahkan Diri Sendiri, Bukti Psoriasis Warrior Juga Jagoan Tangguh!