Soal Natuna, PBNU: Tiongkok Tak Boleh Main-main dengan Kedaulatan NKRI


KRI Tjiptadi-381 dibawah jajaran Koarmada I mengusir kapal Coast Guard China yang tengah mengawal kapal-kapal ikan melakukan pencurian ikan di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia, Natuna Utara. (An
MerahPutih.com - Nahdlatul Ulama (NU) mendesak pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berhenti melakukan tindakan provokatif atas kedaulatan wilayah perairan RI yang telah diakui dan ditetapkan oleh Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS 1982).
"Kepulauan Natuna masuk dalam 200 mil laut zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang telah diratifikasi sejak 1994, karena itu tindakan Coast Guard RRT mengawal kapal nelayan berbendera China di perairan Natuna sebagai bentuk provokasi politik yang tidak bisa diterima," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (6/1).
Baca Juga:
TNI Beberkan Cara Kapal Ilegal Tiongkok Jarah Ikan di Laut Natuna
Pemerintah RRT secara sepihak mengklaim berhak atas Kepulauan Nansha atau Spratly yang masuk dalam nine dash line (sembilan garis putus-putus) pertama kali pada peta 1947. Klaim ini menjangkau area perairan seluas dua juta kilometer persegi di Laut Selatan China yang berjarak dua ribu kilometer dari daratan Tiongkok.
"Klaim sepihak ini menjadi pangkal sengketa puluhan tahun yang melibatkan sejumlah negara seperti Malaysia, Filipina, Vietnam, Taiwan, dan Brunei Darussalam," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Filipina sebelumnya telah memperkarakan Tiongkok atas tindakannya yang agresif di perairan Laut Selatan China pada 2013. Pengadilan Arbitrase PBB yang berpusat di Den Haag pada 2016 memutuskan seluruh klaim teritorial Tiongkok atas Laut Selatan China sebagai tidak memiliki dasar hukum, termasuk konsep nine dash line dinyatakan bertentangan dengan UNCLOS. Beijing menolak keputusan tersebut.
"Tindakan Beijing menolak keputusan tersebut merupakan bentuk nyata pelanggaran terhadap norma dan konvensi internasional yang diakui secara sah oleh masyarakat dunia," tegasnya.

Karena itu, kata Said, NU mendukung sikap tegas Pemerintah RI terhadap Tiongkok, dalam hal ini yang telah dilakukan oleh Menteri Luar Negeri dan Bakamla, termasuk untuk mengusir dan menenggelamkan kapal-kapal asing yang melakukan aktivitas illegal, unreported, unregulated fishing (IUUF) di seluruh perairan RI sebagai manifestasi dari Archipelagic State Principle yang dimandatkan oleh Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957.
Meskipun Tiongkok merupakan investor terbesar ketiga di Indonesia, lanjut Said, NU meminta pemerintah tidak lembek dan tidak menegosiasikan perihal kedaulatan teritorial dengan kepentingan ekonomi. Pasalnya, keutuhan dan kesatuan wilayah NKRI, di darat, laut, dan juga udara adalah harga mati yang tidak bisa ditukar dengan kepentingan apa pun.
"Dalam jangka panjang, Nahdlatul Ulama meminta Pemerintah RI untuk mengarusutamakan fungsi laut dan maritim sebagai kekuatan ekonomi dan geopolitik," imbuhnya.
Baca Juga:
Said melanjutkan, medudukan laut juga amat strategis sebagai basis pertahanan. Karena itu pulau-pulau perbatasan, termasuk yang rawan gejolak di Laut Selatan China, tidak boleh lagi disebut sebagai pulau terluar, tetapi terdepan.
"Ketidaksungguhan pemerintah dalam melaksanakan konsep pembangunan berparadigma maritim, termasuk dalam geopolitik, ekonomi, dan pertahanan, akan membuat Indonesia kehilangan 75 persen potensinya untuk maju dan sejahtera dan memimpin dunia sebagai bangsa bahari seperti amanat founding fathers," pungkasnya.
Dalam pandangan Nahdlatul Ulama sebagaimana dinyatakan oleh pendiri Nahdlatul Ulama Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, hukum membela keutuhan tanah air adalah fardhu ‘ain (wajib bagi setiap orang Islam). Dan barang siapa mati demi tanah airnya, maka ia mati syahid. (Pon)
Baca Juga:
Pengamat Militer Beberkan Solusi Atasi Persoalan Klaim Natuna
Bagikan
Berita Terkait
Anak Gus Dur Tegaskan Muktamar Luar Biasa Hanya akan Memecah Belah NU

8 Kapal Ikan Asal Vietnam ‘Tertangkap Basah’ Masuk Indonesia secara Ilegal

Bakamla Tepis Isu Kapal Penjaga Pantai China Kembali Terobos Natuna Utara

Jokowi Resmikan MBZ College of Future Studies di Kampus UNU Yogyakarta

Ini Lokasi Kantung Parkir Sekitar GBK Buat Hadiri Harlah Muslimat Nahdlatul Ulama

Ulama Sepuh NU dan Santri Situbondo Dukung Ganjar-Mahfud
Pengamat Politik Sebut Tokoh NU Kurang Dapat Peluang di Pilpres 2024

Tokoh NU Jadi Faktor Penentu di Pilpres 2024

45 Orang Belum Ditemukan, Lebih dari Seribu Jiwa Mengungsi Imbas Longsor di Natuna

Parpol dan Politisi Berebut Ingin Jadi NU, Saiful Mujani Beber Alasannya
