parenting

Strategi Mengatasi Mom Shaming

Iftinavia PradinantiaIftinavia Pradinantia - Kamis, 18 November 2021
Strategi Mengatasi Mom Shaming

Selisih paham mertua menantu dalam mengurus anak berujung pada momshaming (Sumber: Pexels/Kat Smith)

Ukuran:
14
Audio:

KETIKA si kecil lahir, babak baru kehidupan di mulai. Drama baru pun bermunculan. Mulai dari serangan baby blues hingga berselisih paham dengan ibu sendiri atau mertua dalam hal mengurus buah hati.

Ada saja celetukan pedas yang menjurus ke arah mom shaming. "Padahal bagusan ASI loh daripada sufor (susu formula)", "Ih kok anaknya kurus banget malah ibunya yang gendut", "Anaknya sama babysitter? Emang enggak sayang?", "Anaknya kok dikasih bubur fortifikasi sih? Kalau ibu mah selalu bikin sendiri!", "Hati-hati loh kalo anaknya belum bisa duduk mandiri. Red flag banget!", "Makanya jangan dikasih gadget mulu! Jadi speech delay kan" dan masih banyak ucapan yang terlontar dari mertua tanpa memperhatikan perasaan.

Belum lagi jika mertua masih menuntut kita untuk tetap memperhatikan anaknya (suami) kita meskipun kita kerepotan urus bayi. Ataupun dalam kondisi ekstrem mertua memberi makan pisang pada bayi di bawah enam bulan karena terus menangis. Waduh!

Baca juga:

Mom-shaming Bisa Lukai Perasaan Ibu

Pernahkah kamu mengalami hal tersebut? Tenang. Kamu bukanlah satu-satunya. Di luar sana ada banyak ibu muda yang berjuang menahan komentar pedas mertua terhadap pola asuh yang diaplikasikannya. Dalam survei yang dilakukan BukaReview terhadap 208 ibu milenial, 88% ibu pernah mengalami mom shaming. Sebanyak 38% sering menerima mom shaming dari saudara atau anggota keluarga seperti orangtua atau mertua.

momshaming
Momshaming (Sumber: Pexels/Keira Burton)

Lantas, mengapa pihak yang lebih tua justru memiliki kecenderungan untuk mom shaming? Ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi generasi terdahulu melakukannya kepada ibu baru. Beberapa berpikir bahwa mereka sudah lebih berpengalaman dan tahu banyak hal tentang mengasuh anak, ada pula yang membutuhkan validasi bahwa pola asuhnya dulu adalah yang terbaik. Sementara alasan paling umum yang memicu bentrok mertua menantu yakni adanya generation gap atau hidup di generasi berbeda.

"Mungkin yang mereka tahu itu adalah saat mereka jadi ibu berpuluh-puluh tahun yang lalu. Jadi mereka perlu beradaptasi dengan yang terbaru," ujar parenting influencer, Rahne Putri.

Selain itu, ketika orangtua kita atau mertua masih mengurus anak, akses informasinya masih begitu terbatas. Pola pengasuhan yang diaplikasikan di masa lalu bersifat turun temurun tanpa landasan teori yang tepat. Beberapa bahkan tidak logis. Misalnya, memberi makan pisang pada bayi di bawah enam bulan. Padahal lambungnya belum kuat, membalurkan tubuh bayi dengan bawang merah padahal kulit bayi masih sensitif, dan lain sebagainya.

Baca juga:

Hati-Hati Terjebak Dalam Pola Asuh Hyper Parenting

Jika dipendam terus tentu akan buruk bagi mental ibu baru. Menurut psikolog, Vera Itabiliana, S.Psi, M.Psi mom shaming bisa menurunkan rasa percaya diri ibu terhadap kemampuannya mengurus anak, dan membuat ibu baru menilai bahwa dirinya adalah ibu yang buruk dan tidak pantas disebut ibu. "Efeknya bisa membekas lama, makanya harus cepat diatasi agar tidak sampai tahap depresi," ujarnya.

Lalu apa sih yang bisa dilakukan ibu baru untuk tetap menjaga kewarasan tanpa terkesan tidak sopan? Vera menyarankan ibu muda untuk meningkatkan kemampuan memfilter omongan orang. "Jika kritikan tersebut bersifat membangun, tidak bisa disebut mom shaming," tuturnya.

Perlu disadari juga, bahwa apa yang dilakukan oleh orangtua atau mertua pada kita adalah wujud dari kepedulian. Wujud dari rasa sayang pada cucunya. Namun, mereka mengekspresikan dengan cara yang kurang tepat.

momshaming
Wujud kepedulian nenek pada cucunya (Sumber: Pexels/RODNAE Production)

Cara paling ampuh menghindari bentrok yang berujung pada mom shaming adalah dengan membuat batasan yang tegas. "Set up territories, set up boundaries. Di mana kita ingin dibantu dan sejauh mana kita butuh bantuan supaya mereka juga paham apa yang mereka bisa bantu untuk anaknya yang baru lahiran," jelas parenting influencer, Rahne Putri.

momshaming
Buat batasan yang jelas dalam mengasuh si kecil (Sumber: Pexels/Kristina Paukshtite)

Penting juga untuk memperkaya wawasan kita terutama akan ilmu parenting. Menurut parenting influencer lainnya, Annisa Steviani. Informasi akurat tentu bisa memperkuat argumen kita saat berhadapan dengan orangtua atau mertua. "Belajar yang banyak dan jangan hanya percaya pada orangtua atau mertua karena ilmu parenting mereka sudah jauh berbeda dengan zaman sekarang," jelasnya.

Orangtua yang berpikiran terbuka tentu akan menerima informasi baru. Namun, jika mereka tidak bisa menerima argumen, Annisa memberi saran yang sama dengan Rahne, "Kalau ternyata semakin menyulitkan ya set boundaries," tukasnya. (Avia)

Baca juga:

Hati-hati Terjebak Dalam Pola Asuh Hyper-Parenting

#Parenting #Ilmu Parenting #IbuHamil #Ibu Menyusui #Ibu Dan Anak
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Fun
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Periode libur long weekend di Agustus ini jadi saat yang tepat untuk mengunjungi kolam renang.
Ananda Dimas Prasetya - Minggu, 17 Agustus 2025
Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat
Indonesia
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Perlu diiringi dengan edukasi yang mencakup tiga elemen kunci yakni anak, orangtua, dan tenaga pendidik.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak
Lifestyle
Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Orangtua juga perlu tahu bahwa ada sisi positif dari gim daring ini.
Dwi Astarini - Jumat, 08 Agustus 2025
 Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain
Lifestyle
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
Ini merupakan pilihan yang bijak dan menyehatkan bagi anak-anak yang tidak bisa menoleransi susu sapi.
Dwi Astarini - Jumat, 04 Juli 2025
Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa
Lifestyle
Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik
Paparan musik, terutama musik klasik, terbukti memiliki dampak positif pada perkembangan kognitif anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 25 Juni 2025
Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik
Lifestyle
Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!
Nimaz lebih mengutamakan kebiasaan makan bersama di meja makan
Angga Yudha Pratama - Selasa, 03 Juni 2025
Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!
Fun
Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
LEGO Group ingin mendekatkan keluarga melalui permainan kreatif dengan LEGO bricks guna menciptakan momen kebersamaan yang berharga selama bulan Ramadan.
Dwi Astarini - Minggu, 16 Maret 2025
Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Fun
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa
Dengan cara yang tepat, berpuasa Ramadan tidak jadi hal yang menyulitkan dan beban buat anak.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 01 Maret 2025
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa
Dunia
Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
Semua itu demi membantu orangtua yang bekerja merawat anak-anak mereka tanpa kesulitan.
Dwi Astarini - Rabu, 26 Februari 2025
 Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
Bagikan