Sebut Mpox bukan ‘COVID Baru’, WHO Minta Semua Negara Waspada


Ilustrasi cacar monyet. (Pixabay)
MERAHPUTIH.COM - WHO meminta semua negara di dunia untuk waspada dan siap saat ada kasus cacar monyet (monkey pox/Mpox) masuk ke negara mereka. Meski begitu, WHO menegaskan Mpox bukanlan pandemi seperti COVID.
Seperti dilansir ANTARA, Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa Hans Kluge mengatakn Mpox memang telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan yang perlu menjadi perhatian internasional. Namun, itu tidak serta-merta menyebut Mpox merupakan ‘COVID baru’.
"Mpox bukanlah COVID baru, terlepas dari apakah itu cacar Clade I, yang menjadi penyebab wabah yang sedang berlangsung di Afrika Timur dan Tengah, atau cacar Clade II, yang memicu wabah pada 2022 yang awalnya berdampak di Eropa dan terus menyebar di sana," kata Kluge, menjelaskan berbagai varian penyakit tersebut.
Berdasarkan apa yang WHO ketahui, kata Kluge, Mpox terutama menular melalui kontak kulit ke kulit dengan lesi, termasuk saat berhubungan seks. Menurut WHO, salah satu tujuan pernyataan darurat kesehatan global ialah agar semua negara waspada dan siap jika ada kasus cacar monyet yang masuk ke wilayah mereka.
"Kami tahu cara mengendalikan Mpox, termasuk di kawasan Eropa, mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk memberantas penularannya," ujar Kluge.
Baca juga:
Darurat Kasus Mpox ‘Cacar Monyet’, Pintu Masuk ke Indonesia Diperketat
Dalam situs resminya, WHO mengatakan, dari kasus yang dikonfirmasi di wilayah Afrika pada 2024, sebanyak 95 persen dilaporkan di Republik Demokratik Kongo, yang sedang mencatat peningkatan kasus Mpox. Ada lebih dari 15.000 kasus yang sesuai secara klinis dan lebih dari 500 kematian yang dilaporkan. Jumlah itu sudah melebihi total kasus yang diamati di Republik Demokratik Kongo pada 2023.
Tahun ini, kasus Mpox, yang terkait dengan satu varian Mpox, telah dilaporkan di Republik Afrika Tengah dan Republik Kongo, sedangkan kasus yang terkait dengan varian lain telah dilaporkan di Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Afrika Selatan.
Pada 15 Agustus, WHO melaporkan Swedia menjadi negara pertama di luar Benua Afrika yang melaporkan varian Mpox Clade 1b pada individu dengan riwayat perjalanan ke Afrika Tengah. Kluge mengatakan wilayah Eropa sekarang mencatatkan sekitar 100 kasus baru Mpox setiap bulan.
Kluge mengatakan, meski siapa pun dapat tertular Mpox, tidak semua orang memiliki risiko yang sama. Orang-orang yang berinteraksi erat dengan seseorang yang menularkan penyakit, termasuk melalui hubungan seksual, memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi, terutama pasangan seksual.
“Namun, anggota rumah tangga dan petugas kesehatan juga berpotensi tertular," tutup Kluge.(*)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
