Risiko Efek Parah pada Perokok yang Terpapar COVID-19


Merokok bisa memperparah kondisi tubuh bila terpapar COVID-19 (Foto: pixabay/shutterbug75)
TAK banyak yang tahu bahwa perokok memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit COVID-19 yang lebih parah jika dibanding dengan non-perokok.
Hal tersebut dikemukakan oleh Dokter spesialis penyakit dalam dr Pandang Tedi Adriyanto, M.Sc, Sp.PD, FINASIM dari Universitas Gadjah Mada.
Baca Juga:
"Merokok diketahui menjadi faktor risiko berbagai infeksi saluran pernapasan, dan meningkatkan tingkat keparahan penyakit saluran pernapasan," tutur dr. Pandang, seperti yang dikutip dari laman Antara.
Selain itu, merokok tak hanya memperparah kondisi saat terkena COVID-19, tapi memberikan dampak negatif juga terhadap kesehatan tubuh pada umumnya.

Dokter Pandang menuturkan, ketika merokok, organ pertama yang terkontaminasi oleh asap rokok dalam tubuh, yakni saluran pernapasan dan paru-paru.
Sedikit informasi, asap rokok dengan senyawa aktif, senyawa tar, dan nikotin, akan mengalami reaksi yang bermula dari masuknya asap rokok dalam alveolus paru-paru. Kemudian asap rokok dapat memberikan pengaruh negatif pada organ tersebut.
"Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kegiatan merokok di antaranya adalah 90 persen penyakit kanker paru-paru pada pria dan 70 persen pada wanita," jelas Dokter Pandang.
Bahayanya, rokok pun menyebabkan sekitar 56-80 persen penyakit saluran pernapasan, 22 persen penyakit jantung, dan 50 persen impotensi pada laki-laki.
Baca juga:
Bagi perempuan, rokok dapat menyebabkan infertilitas, baik untuk perokok aktif atau pasif. Kemudian rokok juga bisa mengakibatkan keguguran, bayi lahir dengan berat rendah, dan komplikasi melahirkan lainnya.

Selain itu, rokok pun mengakibatkan peningkatan infeksi saluran pernafasan, penyakit telinga tengah, serta asma.
Sebagaimana tertulis pada laman resmi Kementerian Kesehatan, Data Riset Kesehatan Dasar menyatakan, bahwa ada peningkatan prevalensi merokok penduduk umur 10 tahun. Yakni dari 28,8 persen di 2013, menjadi 29,3 persen di tahun 2018.
Prevalensi merokok di usia anak dan remaja pun ppulasinya meningkat. Untuk usia 10-18 tahun naik hingga 7,2 persen pada 2013, dan naik menjad 9,1 persen pada 2018. (Ryn)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
