Reshuffle di Akhir Masa Jabatan, Pengamat: Terkesan Hamburkan Uang Negara


Presiden Joko Widodo. (Dok. Presiden RI)
MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo kembali melakukan reshuffle kabinet di penghujung masa jabatannya, termasuk mengganti Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial dengan Saifullah Yusuf.
Pengamat kebijakan publik, Achmad Nur Hidayat menilai, keputusan ini menimbulkan banyak pertanyaan dan kritik mengenai.
“Karena apa urgensi serta manfaat dari reshuffle ini, terutama karena sisa waktu masa jabatan hanya sekitar 1,5 bulan,” kata Achmad dalam keteranganya di Jakarta, Rabu (11/9).
Achmad memandang, bahwa reshuffle ini tidak hanya tidak efektif, tetapi juga memboroskan anggaran negara.
Baca juga:
IKN Jadi Lokasi Terakhir Jokowi Berkantor, Bakal Lakukan Reshuffle?

“Ini dapat menimbulkan kesan bahwa penggantian menteri dilakukan untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan negara,” ungkap Achmad.
Achmad melihat, mengganti menteri dalam waktu yang sangat singkat, kurang dari dua bulan sebelum berakhirnya masa pemerintahan, merupakan langkah yang tidak efisien dari segi kinerja maupun anggaran.
“Menteri baru yang diangkat dalam waktu sesingkat itu tidak akan memiliki cukup waktu untuk melakukan kebijakan strategis atau perubahan signifikan,” ucap dia.
Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi dengan posisi baru dan memahami dinamika kementerian sangat terbatas, sehingga sangat sulit bagi menteri baru untuk memberikan kontribusi yang berarti.
Baca juga:
Bakal Dilantik Jokowi jadi Mensos, Gus Ipul Hanya Menjabat Sebulan
“Akibatnya, kinerja menteri baru hampir tidak akan berdampak, menjadikan pergantian ini tidak lebih dari sekadar formalitas politik tanpa manfaat nyata bagi masyarakat,” tutur Achmad yang juga Ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.
Lebih bijaksana. jika Presiden menunjuk seorang Pelaksana Tugas (PLT) dari dalam kementerian itu sendiri, di bawah koordinasi kementerian terkait, daripada melakukan reshuffle yang penuh biaya.
Penunjukan PLT akan lebih efektif karena pejabat yang ditunjuk biasanya sudah memahami seluk-beluk kementerian.
“Dan tidak perlu melewati proses penyesuaian yang panjang,” ungkap Achmad.
Baca juga:
Kemendag Berikan Peluang Pengusaha Lakukan Ekspor Pasir Laut
Jadi, kebijakan dapat berjalan lebih optimal di sisa waktu pemerintahan tanpa harus terganggu oleh proses transisi.
“Selain itu, langkah ini juga bisa menghemat anggaran negara yang semestinya tidak perlu dikeluarkan untuk pelantikan, pergantian staf, dan penyesuaian birokrasi lainnya,” tutup Achmad. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Masih Dibangun, Jokowi Belum Tempati Rumah Hadiah Negara Setelah 1 Tahun Lengser

Ada Dorong Reshuffle, Siapa Menteri Paling Puas di Mata Publik? Ini Hasil Survei Poltracking

Prabowo Berikan Tiga Kali Peringatan Sebelum Ganti Menteri, Tidak Peduli Jika Dibenci Mantan

[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Tunjuk Gatot Nurmantyo dan Rocky Gerung Jadi Menteri
![[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Tunjuk Gatot Nurmantyo dan Rocky Gerung Jadi Menteri](https://img.merahputih.com/media/fc/d5/55/fcd555e9078ff93ad579aff8d26dceae_182x135.png)
Prabowo Lantik Djamari Chaniago Jadi Menko Polkam, PKS Ingatkan Tantangan Berat

Anggota DPR Deng Ical Desak Kepala Badan Komunikasi Pemerintah Angga Raka Mundur dari Wamen Komdigi

Bukan Tugas Enteng, Menkopolkam Djamari Chaniago Diharap Jaga Stabilitas Politik dan Keamanan di Tengah Krisis Kepercayaan Publik

Profil Sosok Rohmat Marzuki, Wakil Menteri Kehutanan Baru Pilihan Prabowo

Pernah Pimpin Sidang Ferdy Sambo Kini Jadi Penasihat Khusus Presiden, Siapa Ahmad Dofiri?

Pesan Khusus Presiden Prabowo untuk Djamari Chaniago: Gunakan Sisa Umur untuk Bangsa
