Rahasia Sukses Bebek Hj. Lina Sampai ke Jerman


Hj. Lina (pemilik UKM Bebek Box dan Sambal Hj. Lina) Merahputih.com / Rizki
Merahputih Bisnis - Berangkat dari hobi berburu menu bebek di restoran bebek, namun setiap kali makan menu bebek selalu amis dan terasa bau. Hal ini mendorong. untuk meracik bumbu sendiri agar bumbu bebeknya dapat merasap dan tidak amis.
Wanita yang kerap disapa Lina mengaku keahlian meracik bumbu diperoleh dari ibunya yang memang jago memasak. Berkat kerja kerasnya, terciptalah bumbu bebek buatannya.
"Waktu itu saya belajar dengan Ibu saya untuk meracik bumbu dalam mengolah bebek setelah beberapa kali gagal akhirnya saya bisa menemukan bumbu yang pas," kata Lina saat ditemui merahputih.com, di warung tenda di Kawasan Tangerang, beberapa waktu lalu.
Pada tahun 2009, lina bersama dengan adiknya membuka usaha bebek di Rangkas Bitung dengan konsep kaki lima. Saat itu ia mengeluarkan modal sekitar Rp.20 juta.
"Modal tersebut digunakan untuk membuat gerobak, tenda, kursi, menghabiskan dana Rp.15 juta, sedangkan untuk bahan baku bebek sebesar Rp.5 juta," terangnya.
Dua tahun berjalan bisnis kuliner bebek yang dirintis Lina semakin banyak diminati oleh masyarakat. Akhirnya, Lina memutuskan untuk membuka cabang di daerah Tendean dan Pasar Santa Jakarta selatan.
"Saat itu saya sempat membuka di Tendean dan Pasar Santa pada 2012 sampai di sana, ramai banyak orang datang ke gerai saya. Jadi secara bersamaan pula saya juga membuka peternakan bebek di rangkas tak jauh dari gerai utama," terangnya.
Setahun usaha bebek yang dibuka di daerah tendean kemudian nasib berkata lain, lokasi usaha milik Lina digusur oleh pemilik lahan karena ingin dijadikan sebuah apartemen mewah.
"Waktu itu cabang bebek di tendean tapi digusur akhir saya harus pindah lokasi ke Pasar Santa. Begitu juga lokasi di sana harus digusur juga," terangnya.
Tak berselang lama bisnis ternaknya pun harus tutup, dan mengalami kerugian sebesar Rp 50 juta. Lina mengaku dalam merintis usaha ternak bebek sangat riskan, karena jarak yang begitu jauh ia tinggal di Jakarta sedangkan bisnisnya di rangkas jadi susah dipantau dan banyak bebek yang mati.
"Saat saya jalani bisnis bebek ternyata tidak semudah yang dibayangkan, butuh waktu khusus untuk merawat bebek agar tidak rentan kena penyakit. Karena saat itu saya percayakan kepada karyawan saya ternyata mereka tidak telaten dan akhirnya banyak yang mati," kenangnya.
Namun hal itu tidak membuat Lina patah arang, kemudian ia terus mengembangkan bisnis bebeknya. Kali ini bentuk frozen, bebek hidup yang dipotong, dikuliti, kemudian di rebus. Saat itu, kemasan bebek masih menggunakan plastik biasa.
(Bebek Box Ibu Lina, Foto: MerahPutih/Rizky Fitrianto)
"Saat jual bebek frozen saya belum memakai kemasan seperti ini, saya masih pakai plastik dan semakin lama permintaan semakin banyak. Dari situlah saya mencoba untuk merintis usaha ini," tuturnya.
Lina menjelaskan produknya tersebut diberi nama bebekbox, yakni bebek frozen yang dikemas di dalam box dengan siap saji. Disamping itu, bebek yang digunakan jenis bebek afkir (bebek yang sudah tidak bertelur).
"Bebek afkir memiliki ciri khas tersendiri, dan proses pembuatannya juga memakan waktu 4-5 jam. Kualitasnya juga lebih empuk bumbunya dapat menyerap sampai ke daging," tuturnya.
Lina memiliki alasan kenapa dirinya tidak memilih bebek muda, menurutnya kalau menggunakan bebek muda rasanya seperti daging ayam.
"Saya lebih suka memakai bebek afkir karena rasa dagingnya beda dengan bebek muda," tuturnya.
Harga yang ditawarkan untuk bebek frozen berkisar Rp 125 ribu. Selain itu, Lina juga membuat produk varian seperti sambel bebek Haji Lina Rp 50 ribu/botol, sambel original ekstra pedas Rp 30 ribu/botol, Sambel ikan tuna Rp 40 ribu/botol, sambel daging puyu Rp.40 ribu.
(Sambal Bebek Ibu Lina, Foto: MerahPutih/Rizky Fitrianto)
"Sekarang banyak peminat bebek box, dan juga banyak memesan sambel buatan saya," tuturnya.
Strategi Pemasaran, selama ini Lina, mempromosikan produknya melalui mulut ke mulut. Ia juga mengikuti ajan even pameran di smesco, pameran di House Of Indonesia di Bremen, Jerman.
"Produk sambel bebek ini sudah banyak pesanan ke Jerman, waktu saya ikut ajang pameran ke luar negeri di Jerman. Respons pasar di luar negeri sangat tinggi. Tapi terkendala pengiriman saja," terangnya.
Sebulannya, 800 bebek box, sedangkan untuk sambel bebek sekitar 3000 botol. Omset kotor yang diperoleh Lina sebesar Rp.250 juta, bila dikurangi dengan bahan baku sebesar Rp.20 juta, gaji karyawan Rp.8 juta. Keuntungan bersih yang diperolehnya sekitar Rp.222 juta perbulan.
Lina juga memberikan tips sukses bagi para palaku usaha yang ingin merintis usaha. "Jangan pernah takut dalam menghadapi kegagalan, apapun resiko harus dihadapi, dan bikin produk inovasi agar dapat menarik pelanggan," tandasnya. (Abi)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Ledakan di Pamulang Dipicu Kebocoran Tabung Elpiji 12 Kg

Biaya Korban Ledakan Pamulang Ditanggung Pemkot Tangsel, Tapi Hanya yang Masuk RS

Patroli Skala Besar TNI/Polri hingga Masuk ke Gang Kecil, Tangerang Selatan dan Sekitarnya Aman dari Gangguan Perusuh

Tangsel Dilanda Hujan Deras dan Angin Kencang, Langit Gelap Sejak Siang Tadi

MRT Jakarta Bakal Perpanjang Jangkauan ke Wilayah Serpong

MRT Jakarta Berencana Perluas Jalur Hingga Tangerang Selatan Tanpa APBD

Tangerang Selatan Dikepung Banjir, Ketinggian Air Capai 110 Cm di Bintaro

Penunjukan Lili Pintauli Jadi Stafsus Wali Kota Tangsel Disebut Bentuk Kemunduran

Eks Penyidik KPK Heran dengan Pengangkatan Lili Pintauli sebagai Stafsus Wali Kota Tangsel

Sampah Menumpuk di Pasar Ciputat Tangsel Akibat Kasus Korupsi Pengelolaan Sampah
