Produksi Pesawat Boeing Morat-Marit, Apa Penyebabnya?


British Airways dan Qantas baru saja mengentikan pengoperasian armada Boeing 747. (Foto: Unsplash/David Lusvardi)
PABRIKAN pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, mengambil keputusan paling sulit mengingat dinamika pasar saat ini dan prospeknya. Dalam beberapa pekan terakhir, para maskapai termasuk Qantas dan British Airways, telah memberhentikan armada B747 mereka.
Boeing, dilansir laman Business Traveller, memang masih memiliki pesanan sekitar 16 unit Boeing 747 versi pesawat kargo harus dikirim. Dua maskapai tercatat menjadi pengguna setia Boeing, Korean Air dan Lufthansa, dari varian terbaru B747-8. Meski begitu, keadaan menyulitkan di Boeing akibat pandemi COVID-19 tak bisa lagi ditutupi.
Baca juga:

Keadaan sulit tersebut dikonfirmasi dalam surat kepada karyawan dari presiden dan CEO Boeing, Dave Calhoun, menggambarkan kondisi beberapa bulan terakhir ini sebagai "sesuatu yang tidak pernah kami lihat sebelumnya ".
"Kenyataannya sektor penerbangan terus diperparah dampak pandemi," kata Calhoun. “Walaupun beberapa penerbangan perlahan kembali berjalan, jumlahnya tetap jauh lebih rendah dari tahun 2019, dengan pendapatan maskapai juga berkurang.”
Calhoun menambahkan tekanan pada pelanggan komersial berarti menunda pembelian jet, memperlambat pengiriman, menunda perawatan elektif, pensiun pesawat berumur dan mengurangi pengeluaran. "Semuanya itu mempengaruhi bisnis kami dan, pada akhirnya, garis bawah kami,” tambahnya.
Baca juga:

Meskipun ada beberapa tanda menggembirakan, Boeing memperkirakan akan membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk kembali ke level penumpang tahun 2019.
Surat itu datang ketika pabrikan mengumumkan kerugian kuartal kedua sebesar Rp 35,3 triliun yang diakibatkan pandemi COVID-19, dan pelarangan terbang Boeing 737 Max.
Perusahaan berencana menurunkan tingkat produksi pesawat termasuk B737, B787, B777, dan B777X yang akan datang.
Mengonfirmasi penyelesaian produksi Boeing 747 pada tahun 2022, Boeing mengatakan komitmen pelanggan tidak berakhir pada saat pengiriman, dan akan terus mendukung pengoperasian dan pelestarian 747 ke masa depan.
Pada bulan April, Boeing mengumumkan rencana untuk memangkas tenaga kerja globalnya sebesar 10 persen. Namun Calhoun mengatakan dengan menyesal harus melihat seberapa besar dampak jangka panjang COVID-19 yang menyebabkan penurunan tingkat produksi dan permintaan lebih rendah untuk layanan penerbangan komersial. "Berarti kami harus melanjutkan menilai ukuran tenaga kerja mereka", jelasnya. (lgi)
Baca juga:
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Detik-Detik Penumpang Lion Air Jakarta-Kualanamu Teriak ‘Bom’ hingga Bikin Ratusan Orang Pindah Pesawat

Pesawat Latih Jatuh di Bogor, TNI AU Konfirmasi 1 Orang Meninggal Dunia

American Airlines Kebakaran Sebelum Lepas Landas di Bandara Denver, Penumpang Panik hingga ‘Meluncur’ dari Pesawat

Garuda Indonesia Borong 50 Pesawat Boeing yang Dianggap Punya Reputasi Buruk, Ekonom: Apakah ini Tanda Menuju Krisis?

Setuju saat ‘Diharuskan’ Amerika Beli Pesawat Agar Tarif Impor Diturunkan, Prabowo Berdalih ingin Besarkan Maskapai Garuda

Horor! Seorang Pria Tewas Kesedot Mesin Pesawat Begini Kronologinya

Spesifikasi Pesawat Siluman B-2 AS, Mampu ‘Kecoh’ Radar Pertahanan hingga Hancurkan Fasilitas Nuklir Iran

DPR Desak Polri Usut Tuntas Kasus Ancaman Bom Pesawat Haji, Keamanan Nasional Jadi Taruhan

Detik-detik ATC Kuala Lumpur Paksa Pesawat Saudia Airlines Mendarat di Kualanamu

Diancam Bom, TNI AU Pastikan 387 Penumpang Pesawat Saudi Airlines Selamat
