Pilkada Serentak

Pilkada 2020 Pertaruhkan Nyawa Rakyat

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 22 September 2020
Pilkada 2020 Pertaruhkan Nyawa Rakyat

Kerumunan saat pendaftaran pilkada. (Foto: Tangkapan Layat/ Twitter).

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Kekhawatiran pelaksanaan Pilkada 2020 yang melibatkan lebih dari 100 juta warga Indonesia, diberbagai daerah akan menjadi megaklaster COVID-19, yang mengancam nyawa masyarakat telah diutarakan berbagai pihak secara terbuka.

Organisasi masyarakat Islam, seperti NU dan Muhammadiyah, sudah mengingatkan dan meminta pemerintah untuk menunda pilkada di tengah pandemi yang terus meningkat, dan belum telihat adanya penurunan di bulan September 2020 ini.

Pilkada 2020 sudah ditunda satu kali, dari September menjadi Desember, karena ancaman bencana non alam pandemi COVID-19. Namun, setelah berbulan-bulan, penyebaran COVID-19 di dalam negeri tidak juga mereda dan malah meningkat. Tercatat, pada September 2020 ini, angka penularan mencapi 4 ribu orang per hari.

Baca Juga:

Pilkada Serentak Ngotot Digelar Desember 2020 Sebab Peluang Petahana Menang Besar

Ketua Umum Palang Merah Indonesia yang juga Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) secara tegas meminta pemerintah menunda pilkada. Permintaan ini seiring pandemi yang terus meningkat.

Bahkan, JK mengusulkan, jika pelaksaanan pilkada setelah Indonesia melakukan vaksinasi. Walaupun ditunda, tegas JK, kondisi negara tidak berpengaruh signifikan pada proses peralihan kepala daerah karena mayoritas kepala daerah di 270 wilayah habis masa jabatan pada 2021.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj memeinta Jokowi melindungi kelangsungan hidup manusia dengan protokol kesehatan sangat penting dilakukan. Sehingga, prioritas utama kebijakan negara dan pemerintah selayaknya diorientasikan untuk mengentaskan krisis kesehatan karena penularan Covid-19 di Indonesia telah mencapai tingkat darurat.

PBNU menilai pelaksanaan pilkada identik sebagai sarana memobilisasi dan melakukan konsentrasi banyak orang oleh kandidat. Sehingga, sulit untuk menerapkan protokol kesehatan karena massa yang terkonsentrasi akan banyak dalam tiap tahapannya. Selain itu, anggaran pilkada bisa direalokasi untuk penanganan wabah corona dan penguatan jaring pengaman sosial.

Senada dengan para tokoh dan organisasi islam lainnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan DPR untuk meninjau kembali pelaksanaan Pilkada Serentak 2020 di masa pandemi COVID-19.

"Kami sampaikan bahwa usulan Muhammadiyah agar pelaksanaan Pilkada 2020 dipertimbangkan dengan seksama untuk ditunda pelaksanaannya. Keselamatan masyarakat jauh lebih utama dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilukada yang berpotensi menjadi klaster penularan COVID-19," ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti.

Pendaftaran
Putra Presiden Joko Widodo, Gibran daftar Pilkada Solo. (Foto: Ismail/Jateng).

Namun, desakan agar pilkada kembali ditunda sampai 2021, tampaknya ditentang Istana dan politisi serta partai politik. Istana, lewat Juru Bicara Presiden Joko Widodo (Jokowi), Fadjroel Rachman berkilah pilkada di tengah pandemi, demi menjaga hak konstitusi rakyat, hak dipilih dan hak memilih.

Bahkan, istana mengacu pada pelaksaanaan pemilu seperti Singapura, Jerman, Perancis, dan Korea Selatan yang menggelar Pemilihan Umum di masa pandemi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.

Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan pun menegaskan, penundaan pilkada di tengah pandemi akan menciptakan ketidakpastian baru. Mengingat kepala daerah akan berakhir pada Februari.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, pilkada yang dijalankan pada 9 Desember ini, justru memberikan kepastian adanya pemimpin yang kuat, pemimpin-pemimpin yang punya program pencegahan COVID yang kemudian dipilih rakyat.

"Justru ketika pilkada itu tidak ditunda, itu akan memberikan arah kepastian bagi rakyat," kata Hasto.

Organisasi Masyarakat Sipil Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) bahkan sedari awal munculnya pandemi COVID-19, sudah mengingatkan dan meminta pemerintah, DPR dan penyelengara pemilu untuk menunda pilkada.

Pelaksanaan pilkada yang direncanakan pada Desember 2020 berisiko tinggi terhadap kesehatan penyelenggara dan peserta pemilu. Sebab, pengendalian COVID-19 di Tanah Air belum bisa dikatakan berhasil.

"Menyelenggarakan pilkada dalam kondisi baik saja berpotensi bermasalah, apalagi pilkada di saat pandemi. Tentu risikonya besar," ujar Deputi Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi ( Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati, 28 Mei 2020. (Pon)

Baca Juga:

Ngotot PDIP Ingin Pilkada Terus Berlangsung

#UU Pilkada #Pilkada Serentak #Pilkada 2020 #PBNU #Muhammadiyah
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Gus Yahya Tolak Hasil Rapat Pleno, Ingatkan Tertib Anggaran Dasar
Penegasan tersebut disampaikan Gus Yahya dalam pernyataan sikap resmi PBNU yang ditandatangani langsung olehnya pada 13 Desember 2025.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 15 Desember 2025
Gus Yahya Tolak Hasil Rapat Pleno, Ingatkan Tertib Anggaran Dasar
Indonesia
Gus Yahya Tidak Masalah Muktamar NU Mau Digelar Besok, Asal Syarat Terpenuhi
Gus Yahya menegaskan syarat muktamar NU yang sah wajib dihadiri Rais Aam dan Ketua Umum PBNU.
Wisnu Cipto - Jumat, 12 Desember 2025
Gus Yahya Tidak Masalah Muktamar NU Mau Digelar Besok, Asal Syarat Terpenuhi
Indonesia
Konsesi Tambang Picu Perpecahan PBNU, Gus Yahya Rela Kembalikan ke Negara dengan Syarat
KH Said Aqil Siradj sampai meminta agar hak konsesi tambang dikembalikan kepada pemerintah untuk menyelesaikan konflik internal di tubuh PBNU.
Wisnu Cipto - Kamis, 11 Desember 2025
Konsesi Tambang Picu Perpecahan PBNU, Gus Yahya Rela Kembalikan ke Negara dengan Syarat
Indonesia
Pleno Syuriyah Tunjuk Zulfa Mustofa Pj Ketum PBNU, Gus Yahya Bantah Ada Kubu-kubuan
Gus Yahya menekankan PBNU tidak melihat penunjukkan Zulfa Mustofa Pj Ketum sebagai konflik antarkubu.
Wisnu Cipto - Kamis, 11 Desember 2025
Pleno Syuriyah Tunjuk Zulfa Mustofa Pj Ketum PBNU, Gus Yahya Bantah Ada Kubu-kubuan
Indonesia
Rais Aam Tidak Hadir, Rapat Pleno PBNU Kubu Gus Yahya Ditunda
Pertemuan yang sedianya berlangsung sebagai rapat pleno PBNU itu diubah statusnya menjadi Rapat Koordinasi.
Wisnu Cipto - Kamis, 11 Desember 2025
Rais Aam Tidak Hadir, Rapat Pleno PBNU Kubu Gus Yahya Ditunda
Indonesia
Mendagri: Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPR Tidak Langgar UUD
Tito menilai sistem pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung tidak otomatis menghasilkan kepala daerah yang baik sesuai dengan yang diharapkan publik.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 11 Desember 2025
Mendagri: Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPR Tidak Langgar UUD
Indonesia
OTT Bupati Lampung Tengah, Mendagri: Kepala Daerah Hasil Pilkada Ternyata Tidak Otomatis Baik
Kasus OTT yang menjerat bupati dari Golkar itu akan menjadi bahan evaluasi terhadap mekanisme Pilkada yang berlaku saat ini.
Wisnu Cipto - Kamis, 11 Desember 2025
OTT Bupati Lampung Tengah, Mendagri: Kepala Daerah Hasil Pilkada Ternyata Tidak Otomatis Baik
Indonesia
Gelar Pleno PBNU Besok, Gus Yahya Bakal Undang KH Zulfa Mustofa
Gus Yahya menyatakan penunjukan KH Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU tidak sah
Wisnu Cipto - Rabu, 10 Desember 2025
Gelar Pleno PBNU Besok, Gus Yahya Bakal Undang KH Zulfa Mustofa
Indonesia
Menag Tegaskan Pemerintah tak Campuri Penunjukan Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU
Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengatakan kehadirannya dalam rapat pleno bukan sebagai pejabat negara, melainkan sebagai Rais Syuriyah NU.
Dwi Astarini - Rabu, 10 Desember 2025
Menag Tegaskan Pemerintah tak Campuri Penunjukan Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketum PBNU
Indonesia
PBNU Pastikan Keputusan Pleno Final, Ini Amanat Prof Nuh untuk Pj Ketum Zulfa Mustofa
Prof Mohammad Nuh menegaskan rapat pleno PBNU sah dan final menetapkan KH Zulfa Mustofa sebagai Pj Ketua Umum.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 10 Desember 2025
PBNU Pastikan Keputusan Pleno Final, Ini Amanat Prof Nuh untuk Pj Ketum Zulfa Mustofa
Bagikan