Perlu Diteliti, Perubahan Siklus Menstruasi setelah Vaksinasi COVID-19


Para ilmuwan belum mengerti persis bagaimana vaksin dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi. (cloudinary.com)
PERUBAHAN pada siklus menstruasi dan pendarahan yang tidak terduga setelah mendapatkan vaksin COVID-19 harus diselidiki untuk meyakinkan para perempuan. Demikian diungkapkan seorang ahli imunologi terkemuka dengan spesialisasi dalam kesuburan.
Saat menulis opini di jurnal medis BMJ, Dr Victoria Male, dari Imperial College London, mengatakan respons imun tubuh mungkin menjadi penyebab hal itu terjadi, bukan sesuatu yang ada di vaksin. Berdasarkan artikel yang diberitakan BBC (16/9), Male menekankan tidak ada bukti bahwa vaksin berdampak pada kehamilan atau kesuburan.
Sebelumnya, pemerintah Inggris telah menerima lebih dari 30.000 laporan masalah menstruasi setelah vaksinasi COVID-19. Efek samping yang dicurigai ini termasuk menstruasi yang lebih banyak dari biasanya, siklus yang tertunda dan pendarahan yang tidak terduga setelah mendapatkan vaksin dari tiga jenis yang digunakan di negara tersebut. Inggris telah memberikan lebih dari 47 juta dosis yang diberikan kepada perempuan di Inggris hingga saat ini.
BACA JUGA:
Mitos Menyesatkan Vaksin COVID-19 Pengaruhi Kesuburan dan Keguguran
Setelah meninjau laporan tersebut, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) mengatakan, "tidak ditemukan hubungan" antara vaksin COVID-19 dengan gejala yang dimaksud.
Gangguan menstruasi sangat umum, dapat disebabkan oleh banyak hal yang berbeda, dan jumlah perempuan yang terpengaruh rendah, demikian menurut MHRA.
Perubahan menstruasi juga telah dilaporkan oleh beberapa perempuan setelah terinfeksi virus itu sendiri, dan dengan long Covid.
Untuk Melawan Hoaks

Namun, tulisan opini Male di BMJ mengatakan penelitian yang kuat terhadap laporan masalah menstruasi akan membantu untuk melawan hoaks atau informasi yang salah seputar vaksin. "Keraguan vaksin di kalangan perempuan muda sebagian besar didorong oleh klaim palsu bahwa vaksin COVID-19 dapat membahayakan peluang mereka untuk hamil di masa depan, dia berpendapat.
Dia menambahkan, "Kegagalan untuk menyelidiki secara menyeluruh laporan perubahan menstruasi setelah vaksinasi kemungkinan akan memicu ketakutan ini. Jika hubungan antara vaksinasi dan perubahan menstruasi dikonfirmasi, informasi ini akan memungkinkan orang untuk merencanakan siklus yang berpotensi berubah."
BACA JUGA:
Peneliti Sebut Vaksin Covid-19 Mampu Proteksi dari Covid-19 Varian Delta
Male yang merupakan dosen imunologi reproduksi mengatakan, informasi yang jelas dan terpercaya penting bagi perempuan yang untuk dapat memperhitungkan siklus mereka dengan tepat.
Dia juga mengatakan, efek dari intervensi medis apa pun pada menstruasi tidak boleh hanya menjadi "renungan" dalam penelitian mendatang.
Perlindungan Terbaik

Para ilmuwan belum mengerti persis bagaimana vaksin dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Hal tersebut mungkin terkait dengan dampak sistem kekebalan, yang dirangsang oleh vaksin, pada hormon yang mendorong siklus menstruasi. Namun, itu juga dapat disebabkan oleh sel-sel kekebalan yang bertindak berbeda di lapisan rahim.
Vaksin lain, seperti HPV atau human papillomavirus, juga telah dikaitkan dengan perubahan menstruasi yang serupa. Namun, hanya ada sedikit penelitian yang dilakukan tentang bagaimana dan mengapa hal itu terjadi.
Para ilmuwan setuju bahwa kemampuan perempuan untuk memiliki bayi tidak terpengaruh oleh vaksin. Percobaan menunjukkan, vaksinasi tidak mengubah peluang perempuan untuk hamil secara alami atau selama perawatan kesuburan. Penelitian tentang kesuburan pria setelah vaksin juga menunjukkan tidak ada dampak pada kualitas sperma.
Dr Jo Mountfield, wakil presiden Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG) mengatakan, perubahan pada siklus menstruasi bisa mengkhawatirkan, tetapi umumnya hanya berlangsung satu atau dua siklus.
Dia pun menganjurkan siapa pun yang mengalami pendarahan hebat yang tidak biasa, terutama setelah menopause, untuk berbicara dengan profesional kesehatan untuk meminta saran medis, tetapi dia menekankan tidak ada risiko bahaya jangka panjang.
"Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan sementara ini akan berdampak pada kesuburan seseorang di masa depan, atau kemampuan mereka untuk memiliki anak," kata Mountfield.
RCOG mengatakan, vaksinasi adalah perlindungan terbaik terhadap virus corona, terutama jika merencanakan kehamilan, karena perempuan hamil yang tidak divaksinasi berisiko lebih tinggi sakit parah akibat COVID-19 daripada perempuan lain pada usia yang sama.
Pihak RCOG juga menyerukan penelitian lebih lanjut tentang mengapa perempuan mungkin mengalami perubahan pada siklus menstruasi mereka setelah vaksin.(aru)
BACA JUGA:
Gedung Putih Tawarkan Penjelasan Seputar Vaksin COVID-19 untuk Nicki Minaj
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
