Perjalanan Karier Sang Dokter


DR. Dr. H Tb Rachmat Sentika, Sp.A. MARS, lahir pada tanggal 9 Februari 1956. Ayahandanya seorang perwira TNI AD. Sejak kecil ia suka dengan kegiatan Praja Muda Karana (Pramuka). Kecintaannya tersebut menjadi darah daging untuknya hingga saat ini. Buktinya ia pun pernah dipercaya untuk mengelola Bumi Perkemahan Pramuka di Indonesia, tepatnya sebagai Kepala Buperta Cibubur, Jakarta Timur.
Kecintaanya pada kegiatan sosial ini telah membentuk dirinya menjadi sosok yang memiliki kepedulian sosial tinggi. Perjalanan karirnya dimulai dari menjadi seorang dokter Puskesmas. Sebagai anak seorang militer, kecintaannya pada alam begitu kental, sehingga sangat cocok bila diterapkan pada kegiatan Pramuka. Dalam dirinya tertanam prinsip sekali Pramuka tetap Pramuka.
Sebagai seorang anggota Pramuka, ia pernah diangkat sebagai ajudan Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada berbagai kegiatan Pramuka. Bahkan ketika ada jambore dunia di Jepang, ia ditunjuk sebagai wakil termuda dari Indonesia pada kegiatan besar Pramuka sedunia. Padahal, waktu itu ia masih duduk di bangku SMP.
Aktif Dalam Berbagai kegiatan
Sejak usia muda ia selalu membangun persahabatan dengan siapapun, networking, tanpa memandang segmentasi. Baginya, ini ia lakukan untuk memudahkan bila sedang kesulitan. Sejak kecil ia mempunyai tingkat disiplin yang baik.
Ia lahir dari keluarga besar, tujuh bersaudara. Sejak kecil ia didik dalam lingkungan yang disiplinnya tinggi, baik dalam hal belajar maupun dalam menghargai waktu. Karena sejak kecil sudah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sesama, dan semua yang berbau kemanusiaan (humanitas) mendorong dirinya untuk menjadi seorang dokter. Tak heran setelah menyelesaikan pendidikan SMA langsung melamar pada Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Pajajaran Bandung (Unpad).
Ketika kuliah di FK Unpad, ia juga dikenal sebagai seorang aktivis di Senat dan kegiatan lain yang dapat menunjang kedisiplinan di antara paskibraka, pencinta alam, dan kegiataan lain yang terkait dengan ilmu pengetahuan, terlebih biologi.
Selain sebagai aktivis senat ketika kuliah ia juga mengajar di Bandung Coolege, bimbingan belajar untuk mereka yang ingin mengambil kuliah di Fakultas Kedokteran. "Kebetulan sekali pelajaran Biologi merupakan pelajaran kegemaran saya," ujar Rahmat.
Perjalanan Cinta
Disinggung tentang cinta pertamanya, ia mengatakan, bagi dirinya tidak ada istilah cinta pertama karena sejak remaja telah disibukkan dengan berbagai kegiatan. Ketemu istri juga pada waktu Unpad mengadakan bazar dan ia hamper menyandang sarjana kedokteran. Ternyata wanita yang ditaksir ini teman waktu SMP. Dan, ketika diajak menikah langsung disetujui akhirnya mereka menikah. Karena dalam dirinya tertanam Jangan Minum Fanta Sebelum Cocacola, artinya jangan menikah sebelum selesai sekolah.
Memperjuangkan Posyandu
Setelah tamat dari FK Unpad, ia mendaftar sebagai dokter Puskesmas, karena pada waktu itu masih ada program wajib penempatan dokter ke daerah. Ia pun ditempatkan di Daerah Jawa Barat, tepatnya di Puskesmas Pagaden Subang. “Saya meraskaan kesenangan di tempat di daerah tersebut. Apalagi saat itu saya masih pengantin baru. Semangat menggebu, pekerjaan dijalankan dengan yang lebih semangat pula,” ujar Rachmat Sentika.
Ketika masih sebagai dokter Puskesmas, muncul program pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui Program Keluarga Berencana (KB) yang sangat gencar dikampanyekan oleh Prof Dr Haryono Suyono. Program ini diwajibkan kepada dokter Puskesmas untuk menjaring sebanyak mungkin Akseptor KB.
Kalau pada waktu itu semua dibebankan kepada dokter Puskesmas, butuh waktu lama untuk bisa sukses. Karenanya ia mencoba melibatkan masyarakat yang ada di Kecamatan Pagaden untuk sosialisasi melalui Posyandu, di mana ada pembagian tugas antara dokter Puskesmas dengan masyarakat, yaitu untuk pembagian kondom dan sosialisasi dilakukan oleh masyarakat sedangkan IUD dan pil urusan dokter.
Dengan inovasi itulah ia pernah memecahkan rekor pemasangan IUD di Indonesia, dalam waktu dua jam mampu memasang 500 IUD pada akseptor KB di kecamatan Pagaden. Program memadukan pelayanan KB dan Kesehatan dalam wadah Posyandu mendapat restu dari Gubernur Jawa Barat pada waktu itu Aang Kunaefi.
Program Posyandu ini akhirnya memasyarakat dengan adanya Program Nasional tentang pelayanan KB-Kesehatan melalui Posyandu yang melibatkan tenaga kesehatan dengan anggota masyarakat sebagai motivatornya.
Setelah menyelesaikan tugas sebagai dokter Puskesmas, ia diminta untuk menjadi Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang. "Sebagai PNS saya memang harus selalu siap ditempatkan di mana saja," ucap figur dokter yang bersahaja dan anggota DPR/MPR periode 1992-1999.
Selanjutnya, setelah tidak lagi menjadi anggota DPR RI, oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan, ia ditugaskan menjadi Deputi Perlindungan Anak di Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan (Meneg PP) sampai tahun 2004 lampau.
Bagikan
Berita Terkait
Profil Lengkap Dwisuryo Indroyono Soesilo, Ikuti Jejak Sang Ayah Jadi Dubes RI untuk AS

Sepak Terjang Jenderal Tandyo Budi Revita, Wakil Panglima TNI yang Klaim Dirinya Petarung dari Solo

Profil Tandyo Budi Revita yang Akan Dilantik sebagai Wakil Panglima TNI

Sepak Terjang Irjen Asep Edi Suheri, Pernah Bongkar Kasus Ferdy Sambo hingga Bawa Doni Salmanan ke Penjara

Profil Komjen Dedi Prasetyo, Wakapolri Baru yang Punya Gelar Profesor dan Tulis Puluhan Buku

Profil Hulk Hogan, Pegulat Gaek WWE yang Meninggal Akibat Henti Jantung

Profil Ozzy Osbourne, Pernah Menggigit Kepala Kelelawar di Panggung hingga Dijuluki Godfather of Heavy Metal

Profil Diogo Jota, Bomber ‘Subur’ Liverpool dan Timnas Portugal yang Tewas Mengenaskan Akibat Kecelakaan Mobil

Sosok Yovie Widianto, Musisi Pendiri Kahitna yang Menjadi Komisaris di Perusahaan BUMN

Sepak Terjang Letjen Djaka Budi, Dirjen Bea Cukai Eks Anggota Tim Mawar Bentukan Prabowo
