Sains

Perdana, Tanah Bulan Digunakan dalam Uji Coba Menanam Tumbuhan

Dwi AstariniDwi Astarini - Kamis, 19 Mei 2022
Perdana, Tanah Bulan Digunakan dalam Uji Coba Menanam Tumbuhan

Penemuan dalam uji coba itu merupakan terobosan yang dapat memiliki implikasi pada kehidupan di dunia. (nasa.gov)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PARA ilmuwan untuk pertama kalinya telah menanam tumbuhan dengan menggunakan tanah dari bulan. Ini merupakan sebuah langkah penting untuk membuat potensi tinggal di bulan dalam jangka waktu yang panjang menjadi lebih mungkin terwujud.

Uji coba yang dilakukan para ilmuwan itu menggunakan sampel kecil debu yang dikumpulkan selama misi Apollo 1969-1972 untuk menumbuhkan sejenis selada. Hasilnya sangat mengejutkan. Benih yang ditanam ternyata dapat tumbuh setelah dua hari.

BACA JUGA:

Chang’e 5 Temukan Air di Bulan

"Saya tidak bisa mengatakan betapa terkejutnya kami," kata Anna-Lisa Paul, seorang profesor Universitas Florida, AS, yang ikut menulis makalah tentang temuan tersebut.

"Setiap tanaman, baik dalam sampel bulan atau dalam kelompok kontrol, tampak sama sampai sekitar hari keenam," ujarnya menambahkan seperti diberitakan BBC.

tanah bulan
Uji coba ini untuk mengembangkan sumber makanan bagi astronaut di masa depan yang tinggal dan beroperasi di luar angkasa. (nasa.gov)

Setelah lepas masa itu, perbedaan baru muncul. Tanaman yang tumbuh di tanah bulan mulai menunjukkan stres, berkembang lebih lambat, dan berakhir kerdil. Namun, mereka yang terlibat mengatakan, meskipun hasil selanjutnya berbeda, penemuan dalam uji coba itu tetap merupakan terobosan yang nantinya dapat memiliki implikasi pada kehidupan kita di dunia.

"Penelitian ini sangat penting untuk tujuan eksplorasi manusia jangka panjang NASA karena kita perlu menggunakan sumber daya yang ditemukan di Bulan dan Mars untuk mengembangkan sumber makanan bagi astronaut di masa depan yang tinggal dan beroperasi di luar angkasa," kata Kepala NASA Bill Nelson.

"Penelitian pertumbuhan tanaman mendasar ini juga merupakan contoh utama bagaimana NASA bekerja untuk membuka inovasi pertanian yang dapat membantu kita memahami bagaimana tanaman dapat mengatasi kondisi stres di daerah yang kekurangan makanan di Bumi," jelas Nelson.

tanah bulan

Tantangan bagi para peneliti ialah ketersediaan tanah bulan untuk bereksperimen tidak banyak. (nasa.gov)

Salah satu tantangan bagi para peneliti ialah ketersediaan tanah bulan untuk bereksperimen tidak banyak. Selama periode tiga tahun sejak 1969, astronaut NASA membawa kembali 382 kg batuan bulan, sampel inti, kerikil, pasir, dan debu dari permukaan bulan.

Tim University of Florida hanya diberi 1g tanah per tanaman untuk percobaan dari sampel yang telah disimpan selama beberapa dekade.

Sementara itu, NASA baru berencana untuk mendaratkan manusia di bulan untuk pertama kalinya sejak 1972 dalam misi yang dijadwalkan pada 2025.(aru)

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Fun
Water Turbine Project: Inisiatif Pendidikan Seni Museum MACAN untuk Isu Air dan Lingkungan
Museum MACAN meluncurkan Water Turbine Project, program pendidikan seni kolaborasi dengan Grundfos Indonesia. Angkat isu air, lingkungan, dan keberlanjutan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Water Turbine Project: Inisiatif Pendidikan Seni Museum MACAN untuk Isu Air dan Lingkungan
Lifestyle
Ribuan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan di Pegunungan Italia, Polanya Rapi bahkan Membentuk Pertahanan
Jejak-jejak yang sebagian berdiameter hingga 40 sentimeter itu tersusun sejajar dalam barisan paralel.
Dwi Astarini - Rabu, 17 Desember 2025
Ribuan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan di Pegunungan Italia, Polanya Rapi bahkan Membentuk Pertahanan
Indonesia
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
Founder dan Chairman Mayapada Group, Dato Sri Tahir, menemui Jokowi di Solo. Ia mengatakan, Museum Sains dan Teknologi diresmikan Maret 2026.
Soffi Amira - Jumat, 12 Desember 2025
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
ShowBiz
Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health ini menyebut popularitas mempersingkat usia hingga 4,6 tahun.
Dwi Astarini - Jumat, 28 November 2025
 Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Bagikan