Penyemprotan Disinfektan Massal Malah Berisiko Picu Radang Paru

Wisnu CiptoWisnu Cipto - Selasa, 31 Maret 2020
Penyemprotan Disinfektan Massal Malah Berisiko Picu Radang Paru

Ilustrasi: Kendaraan taktis kepolisian menyemprotkan disinfektan sebagai upaya pencegahan COVID-19. (ANTARA/HO-Polda Jawa Barat)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Dokter spesialis penyakit dalam Andi Khomeini Takdir mengimbau kepada semua pihak untuk tidak melakukan penyemprotan disinfektan secara masif karena dapat membahayakan. Seba, cairan disinfektan tidak cocok disemprotkan ke tubuh manusia karena menyebabkan radang paru-paru.

"Saya meminta agar desinfektan tidak dihamburkan secara masif sebagaimana yang kita saksikan di beberapa tempat. Mohon pertimbangkan bahaya lain. Chemical Pneumonia," kata Andi saat dihubungi di Jakarta, Selasa (31/3).

Baca Juga:

Tim COVID-19 Luruskan Blunder Publik Semprot Disinfektan Langsung ke Tubuh

Andi menjelaskan tidak semua cairan disinfektan terbuat dari bahan yang aman untuk tubuh manusia seperti larutan pemutih, bayclin, kaporit, dan hidorgen peroksida. Akibatnya, kata dia, penyemprotan disinfektan ke tubuh seseorang malah dapat memiciu chemical pneumonia.

Untuk diketahui, berbeda dengan pneumonia pada umumnya yang terjadi lantaran serangan virus atau bakteri, chemical pneumonia terjadi karena paparan racun atau iritasi ke paru-paru.

"Tapi Chemical pneumonia adalah kondisi yang harus segera ditangani untuk menghindari dampak buruk terhadap tubuh," ungkap Andi.

BPBD Jawa Timur melakukan penyemprotan disinfektan kepada ratusan ojek online
BPBD Jawa Timur melakukan penyemprotan disinfektan kepada ratusan ojek online di Surabaya (MP/Budi Lentera)

Baca Juga:

DKI Habiskan Rp53 M Anggaran Corona buat Semprot Pemukiman

Lebih jauh, Andi menilai penyemprotan disinfektan yang saat ini marak dilakukan di ruang publik tidak efektif karena hanya dapat bekerja dalam waktu sesaat.

"Jadi virusnya pengen dimusanahkan, tapi yang jadi korban itu badan manusia. Makanya saya ajak teman-teman itu untuk lebih tepat lagi jadi jangan di publik, itu mubadzir," jelasnya.

Menurut Andi, penyemprotan disinfektan yang tepat umumnya harusnya dlakukan di lokasi-lokasi yang lebih steril. Termasuk penyemprotan terhadap seseorang mesti dilakukan di box disinfektan.

"Tapi kalau dia turun dari pesawat, dari mobil, disemprot, saya rasa itu kurang pas ya mubadzir, karena setelah itu kan dia jalan lagi di ruang terbuka, artinya apa yang dibersihkan tadi, selanjutkan kan bisa ada yang nempel lagi," ujar dia.

"Shampo, odol, sabun itu cukup, lebih dari itu udah bukan tempatnya makanya udah cukup kita sebenarnya dengan cuci tangan dengan sabun, alkohol, hand sanitizer," tutup dokter spesialis penyakit dalam itu. (Asp)

Baca Juga:

Drone Penyemprot Disinfektan COVID-19 Mulai Diuji Coba di Jaksel

#Kanker Paru-Paru
Bagikan
Ditulis Oleh

Asropih

Berita Terkait

Indonesia
Stop! Bahaya Asap Rokok di Baju Mengancam Nyawa Bayi, Begini Cara Menyelamatkannya
Menurut Prof. Allen, asap tembakau mengandung berbagai karsinogen berbahaya, seperti arsenik, benzena, kadmium, asetaldehida, formaldehida, hidrazin, timbal, dan nikel
Angga Yudha Pratama - Jumat, 18 Juli 2025
Stop! Bahaya Asap Rokok di Baju Mengancam Nyawa Bayi, Begini Cara Menyelamatkannya
Lifestyle
Bahaya Asap Rokok Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Paru-paru
Bahaya asap rokok bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru. Bahkan, bisa juga menyebabkan tumor paru.
Soffi Amira - Jumat, 19 April 2024
Bahaya Asap Rokok Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Paru-paru
Indonesia
Ancaman Penyakit Kanker Payudara di Indonesia Tinggi, Kemenkes Tekankan Perkuat Deteksi Dini
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Eva Susanti membeberkan kondisi terkini penyakit kanker payudara di Indonesia.
Mula Akmal - Jumat, 07 Oktober 2022
Ancaman Penyakit Kanker Payudara di Indonesia Tinggi, Kemenkes Tekankan Perkuat Deteksi Dini
Bagikan