Pentingnya Ajarkan Tentang Otoritas Tubuh pada Anak


Waspada pelecehan seksual pada anak dapat terjadi dimana saja, bahkan bisa dilakukan oleh orang terdekat sekalipun. (freepik/jcomp)
SEKARANG semakin ramai pemberitaan tentang pelecehan seksual pada anak. Menurut data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) di tahun 2022 ini sebanyak 31 persen kekerasan seksual terjadi pada anak laki-laki dan 69 persen terjadi pada anak perempuan di Indonesia.
Ada banyak bentuk pelecehan, seperti pelecehan verbal dan non verbal, serta pelecehan online. Pelecehan seksual pada anak dapat terjadi dimana saja, bahkan bisa dilakukan oleh orang terdekat sekalipun. Segala bentuk kekerasan seksual pada anak dapat mengakibatkan kerugian fisik, psikologis dan sosial yang dapat dialami anak hingga dewasa.
Meski masih jarang dilakukan dan banyak yang menganggap tabu, pengetahuan tentang otoritas tubuh perlu diajari kepada anak sejak dini. Tujuannya adalah untuk mencegah dan melindungi anak dari pelecehan seksual yang mengintainya.
Baca Juga:

Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi, atau biasa disapa sebagai Kak Seto, menyatakan masyarakat perlu disadarkan soal perilaku 'asal pegang-colek-cubit' anak, meskipun perilaku tersebut tidak dilandasi motivasi seksual, melainkan sekadar gemas atau ekspresi kasih sayang belaka.
"Masyarakat perlu disadarkan, tidak boleh memegang, meraba-raba anak yang bukan saudaranya atau tanpa seizin orang tuanya," kata Kak Seto. Sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak pun memiliki otoritas atas tubuhnya. Perlakuannya pun harusnya sama, tidak boleh disentuh, dipegang, apalagi dicolek-colek tanpa izin.
Jika sentuhan fisik tanpa izin atau secara paksa kepada orang dewasa disebut pelecehan, maka hal tersebut tentu berlaku pula bagi anak kecil. Mungkin anak kecil belum memiliki kekuatan cukup untuk melawan sentuhan fisik tersebut. Namun, bukan berarti mereka tidak memiliki otoritas atas tubuhnya. Mereka berhak menolak sentuhan fisik yang tidak diinginkan.
Maka, orangtua perlu memberikan pengetahuan yang cukup tentang cara mencegah dan melindungi anak dari bahaya pelecehan dan kekerasan seksual. Berikut beberapa cara mencegahnya :
- Ajari anak tentang otoritas diri
Otoritas diri yang dimaksud adalah mengajari anak tentang batasan pada dirinya. Ini termasuk mengajari anak tentang area tubuh mana yang tidak boleh disentuh sama sekali oleh orang lain (kecuali saat penanganan medis), terutama bagian bibir, dada, alat kelamin, dan pantat.
Mary L. Pulido, Ph.D., eksekutif direktur Masyarakat New York untuk Pencegahan Kekejaman terhadap Anak mengungkapkan bahwa usia rata-rata pelecehan adalah delapan hingga sembilan tahun, jadi bicarakan dengan anak kamu sebelum mereka mencapai usia yang rentan itu.
Direkomendasikan membicarakan otoritas diri sejak usia anak menginjak tiga tahun. Dengan cara ini, anak akan belajar untuk memberikan batasan dan melindungi dirinya dari risiko pelecehan seksual.
- Ajari anak tentang anatomi tubuhnya
Pengenalan anatomi tubuh diperlukan untuk mengajari anak tentang anggota tubuhnya. Sayangnya, beberapa orangtua memilih untuk menggunakan sebutan lain untuk menyebut anggota tubuh yang dianggap tabu, seperti 'burung' untuk Mr P ataupun 'gunung' untuk payudara.
Edukator seksual, Lydia M. Bowers menekankan bahwa penis, testis, vulva dan vagina bukanlah kata-kata yang buruk. Oleh karena itu, orangtua harus merasa nyaman menggunakan istilah-istilah ini atau kata-kata yang sesuai.
Meski tidak mudah, sebaiknya ibu mengajari anak tentang anggota tubuhnya sesuai dengan nama yang sebenarnya, seperti payudara, penis dan vagina. Tidak perlu diubah atau diperhalus, sebab cara ini justru dapat menyebabkan salah tafsir.
Baca Juga:

- Ajari anak untuk berkata tidak
Cara ini akan mengajari anak untuk berkata tidak pada setiap ajakan yang berasal dari orang yang tak dikenal, termasuk permintaan dan ajakan yang mengarah ke pelecehan seksual. Misalnya, permintaan seseorang untuk menyentuh bagian tubuhnya.
Perjelas juga bahwa anak kita punya hak untuk menolak secara tegas jika orang tersebut mengatakan bahwa menyentuh bagian tubuhnya adalah hal wajar. Jika perlu, si anak boleh melapor kepada guru atau orang terdekatnya jika ada orang lain yang mencurigakan atau mengajari hal-hal aneh padanya.
- Jaga komunikasi
Tujuannya agar si anak dapat menceritakan segala hal yang terjadi dalam kehidupannya kepada orangtua. Dengan komunikasi yang baik, anak kita tidak akan ragu untuk berterus terang tentang apa yang telah dialaminya.
Pelecehan seksual bukanlah hal yang mudah diceritakan, namun, komunikasi yang baik antara orangtua dan anak memungkinkan adanya keterbukaan informasi, termasuk hal negatif sekali pun. Jika si anak tipe anak yang tertutup, Ibu dapat memancingnya dengan bertanya, 'Bagaimana sekolahnya hari ini?'
Selanjutnya lotarkan juga pertanyaan 'Apakah ada hal yang perlu Ibu tahu tentang hari ini?' dan pertanyaan lainnya. Selalu ingatkan pada anak bahwa orangtua akan selalu ada di sampingnya, sehingga ia tidak perlu takut untuk bercerita apa adanya.
Bentuk kekerasan seksual pada anak
Segala tindakan yang mencakup pelecehan dan kekerasan pada anak di bawah umur merupakan bentuk kekerasan seksual pada anak. Mengutip Halodoc, ketahuilah bermacam bentuk kekerasan seksual yang bisa terjadi pada anak, yaitu:
1. Eksibisionisme, atau mengekspos alat kelamin sendiri kepada anak di bawah umur.
2. Melakukan kontak fisik, seperti memegang atau menyentuh.
3. Melakukan hubungan intim ke anak.
4. Masturbasi di hadapan anak di bawah umur atau memaksa anak di bawah umur untuk masturbasi.
5. Percakapan cabul, panggilan telepon, pesan teks, atau interaksi digital lainnya.
6. Memproduksi, memiliki, atau membagikan gambar atau film porno anak-anak.
7. Perdagangan seks.
Cara terbaik melindungi dan mencegah bentuk kekerasan seksual pada anak adalah menciptakan komunikasi yang baik dengan anak. Belajarlah untuk terbuka membahas apapun kepada anak. Bicaralah dengan anak jika orang tua mencurigai pelecehan seksual. (DGS)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa

Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
