Penjelasan BMKG soal Penyebab Gempa Bumi Solok Selatan
Ilustrasi gempa Bumi. Foto: Ist
MerahPutih.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan penyebab gempa 5,6 skala richter yang mengguncang Solok Selatan, Sumatera Barat, Kamis (28/2) pukul 06.27 WIB. Berdasarkan analisis gempa tersebut dipicu sesar aktif yang belum terpetakan.
"Gempa Solok Selatan ini merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan dan belum diketahui namanya," ujar epala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Jumat (1/3)
Episenter gempa terletak pada koordinat 1,4 LS dan 101,53 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 36 kilometer arah timur laut Kota Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, pada kedalaman 10 kilometer.
Daryono menjelaskan pemicu gempa tersebut diduga berasal dari percabangan (splay) dari Sesar Besar Sumatra (The Great Sumatra Fault Zone), mengingat lokasi episenter gempa ini terletak sejauh 49 kilometer di sebelah timur jalur Sesar Besar Sumatera tepatnya dari Segmen Suliti.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan mendatar (strike-slip). Jika memperhatikan peta geologi di lokasi episenter, tampak terlihat adanya pola kelurusan yang berarah baratlaut-tenggara.
Mengacu orientasi ini maka dapat dikatakan bahwa mekanisme gempa Solok Selatan pada akhir Februari 2019 tersebut berupa sesar geser dengan arah pergeseran menganan (dextral-strike slip fault). Guncangan gempa dirasakan di Solok Selatan mencapai skala intensitas V-VI MMI, Kota Padang III-IV MMI, Painan dan Padang Panjang II-III MMI, Payakumbuh Limapuluh Kota II MMI, Kepahyang I MMI.
Catatan sejarah gempa besar di Segmen Suliti tidak banyak, tetapi pada bagian selatan Segmen Suliti yang berdekatan dengan Segmen Siulak dalam catatan sejarah pernah terjadi dua kali gempa dahsyat, yaitu Gempa Kerinci 1909 dengan magnitudo 7,6 dan 1995 magnitudo 7,0.
"Ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari peristiwa gempa di Solok Selatan termasuk catatan gempa Kerinci 1909 dan 1995. Bahwa, keberadaan zona Sesar Besar Sumatera harus selalu kita waspadai," tegasnya dilansir Antara.
Sebab, ika terjadi aktivitas pergeseran sesar tersebut maka efeknya dapat sangat merusak karena karakteristik gempanya yang berkedalaman dangkal dan jalur sesar yang berdekatan dengan permukiman penduduk. (*)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Masyarakat Banten Diimbau Waspadai Potensi Bencana Hidrometeorologi
Cuaca Ekstrem seperti Fenomena Hujan Es Masih Berpotensi Terjadi di Tangerang Raya Tiga Hari Ke Depan
Prakiraan BMKG: Hujan Akan Guyur Mayoritas Kota Besar di Indonesia pada Sabtu, 1 November 2025, Termasuk di Pulau Jawa
Waspada, Banjir Rob Berpotensi Terjadi di Sejumlah Pesisir Jakarta pada 3-12 November, Simak Sebabnya
Prakiraan BMKG: Hujan Disertai Petir Guyur Sebagian Besar Wilayah Jakarta pada Sabtu, 1 November 2025 Siang Hari
Fenomena Langka Hujan Es di Serpong Utara: Begini Penjelasan Ilmiahnya
Bibit Siklon Tropis 98W Sudah 'Gentayangan' di Utara Papua, Banjir Rob Mengintai Bangka Belitung Hingga Maluku, BMKG Minta Warga Segera Siaga.
Warga Banten Harus Waspada, Cuaca Ekstrem Bakal Melanda Sampai 31 Oktober 2025
Gempa M 6,5 di Leeward Islands, BMKG Ungkap Ada Pergerakan Lempeng Karibia dan Amerika Utara
Gempa Magnitudo 6,5 di Laut Karibia Gemparkan Dunia, BMKG Pastikan Tsunami Jauh dari Pesisir Indonesia