Peningkatan Intensitas El Nino Picu Kekhawatiran Ketahanan Pangan Global


Intensitas El Nino picu kekhawatiran stabilitas pangan dunia. (Foto: Unsplash/Jed Owen)
PERUBAHAN iklim global tahun ini kemungkinan akan mengganggu produksi pangan di seluruh dunia, berdampak negatif pada ketahanan pangan global. Hal itu terjadi karena adanya kesenjangan iklim di antara berbagai belahan dunia.
Sebuah laporan yang diterbitkan baru-baru ini oleh sekelompok ilmuwan yang terkait dengan Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan (FEWS NET) menjelaskan bahwa fenomena El Niño akan menyebabkan curah hujan berlebih di beberapa wilayah dunia.
Sementara di wilayah lain akan mengalami kekurangan hujan. Ini diperkirakan akan memengaruhi hasil panen global dan mengakibatkan 105 hingga 110 juta orang membutuhkan bantuan pangan pada tahun 2024.
Baca juga:
Bapanas Tingkatkan Cadangan Pangan untuk Hadapi El Nino

Para ilmuwan, bersama dengan peneliti dari NASA Harvest, Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), dan beberapa universitas AS, telah menganalisis data historis mengenai hasil panen dan data iklim dari tahun 1961 hingga 2020.
Mereka khususnya mempelajari dampak El Niño pada masa lalu. Dari analisis ini, mereka memproyeksikan bahwa perubahan iklim global, termasuk perubahan dalam pola curah hujan setelah El Niño, akan berdampak pada tanaman komoditas utama seperti beras, kedelai, jagung, dan gandum.
Meski dampak El Niño bervariasi dari satu peristiwa El Niño ke peristiwa El Niño lainnya, para peneliti memiliki pemahaman mengenai potensi dampaknya, terutama terhadap stabilitas pangan dunia.
El Nino dapat mengubah pola cuaca, termasuk pola curah hujan, yang menjadi perhatian para ilmuwan dalam analisis dampak potensialnya terhadap tanaman dan produksi pangan.
Baca juga:
Antisipasi El Nino, BRIN Siapkan Modifikasi Cuaca

Selama pembentukan El Niño, wilayah Amerika Selatan dan Tanduk Afrika kemungkinan akan mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya, sementara sebagian wilayah di Australia, Amerika Latin, dan Afrika selatan mungkin mengalami kekurangan hujan.
Organisasi Meteorologi Dunia telah mengonfirmasi bahwa El Niño tahun ini semakin kuat. Intensitasnya menciptakan kekhawatiran, meski tidak seburuk dua peristiwa El Niño terkuat pada tahun 1997/98 yang menyebabkan bencana banjir dan kekeringan di Afrika Timur.
Dalam konteks ketahanan pangan, El Niño telah memengaruhi industri perikanan di Amerika Selatan, dengan penurunan hasil panen ikan di lepas pantai Peru.
Peneliti menyarankan bahwa data sebelumnya dapat digunakan oleh pemerintah dan organisasi kemanusiaan untuk bersiap menghadapi kebutuhan bantuan yang mungkin meningkat di berbagai wilayah, terutama selama musim paceklik pada tahun 2024. (waf)
Baca juga:
BNPB Imbau Pemda Pastikan Ketersediaan Air Hadapi Kekeringan Dampak El Nino
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
