Pengamat Komunikasi Politik Ingatkan Elite Politik Perhatikan Kepentingan Milenial


Pakar Komunikasi Politik Universitas Paramadina Dr. Hendri Satrio. (Instagram hendri.satrio)
MerahPutih.Com - Kelompok milenial merupakan basis suara yang besar pada Pemilu 2019. Pengamat komunikasi politik Hendri Satrio menyebutkan, sekitar 40 persen dari total pemilih berasal dari kaum milenial.
Sayangnya, ceruk suara kelompok milenial belum mendapat perhatian dari elite politik. Hensat, demikian sapaan akrabnya mengingatkan elite politk untuk lebih memperhatikan kepentingan generasi milenial.
"Milenial seharusnya diapresiasi, diberi kesempatan lapangan pekerjaan yang lebih besar, bukan hanya dicari suaranya," kata Hensat, di Jakarta, Kamis (4/4).
Karena itu, kata dosen Universitas Paramadina tersebut, sebelum menyampaikan program kerja, partai politik pengusung pasangan calon presiden-wakil presiden pada Pemilu 2019 seharusnya terlebih dahulu membangun kepercayaan milenial terhadap mereka. Selama kepercayaan itu belum terbangun, apa pun usaha yang mereka lakukan tidak akan benar-benar meraih simpati dari milenial.

Dia menganggap milenial sebenarnya cenderung dinamis, tidak apatis. Kurang kepercayaan milenial terhadap partai politik pada dasarnya disebabkan oleh banyak pejabat yang tersandung kasus korupsi.
Meski demikian, Hensat mengimbau milenial tetap memberikan suara mereka dalam pemungutan suara yang akan berlangsung pada 17 April 2019 karena suara mereka akan menentukan masa depan bangsa.
Ia juga belum bisa menyatakan siapa pasangan calon presiden-wakil presiden yang akan mendapatkan suara lebih banyak dari milenial pada Pemilu 2019.
"Politik ini merupakan bisnis harapan. Milenial akan bisa melihat harapan dari pasangan capres-cawapres mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka," katanya lagi.

Menurut Hendri Satrio sebagaimana dilansir Antara, dari sisi kepentingan politik praktis, milenial selama ini cenderung hanya jadi alat.
"Memang penting berbicara tentang digital. Tetapi negara kita ini adalah negara agraris. Negara kita ini negara agraris, kenapa hanya berbicara tentang digital 4.0," jelas dia.
BACA JUGA: Politik Pasif Generasi Milenial
JK: Milenial Condong Pilih Jokowi-Ma'ruf
TKN Klaim Banyak Pemilih Milenial yang Masih Malu-Malu Pilih Jokowi
Salah satu elaborasi dari pernyataannya itu, pendekatan oleh salah satu pasangan calon terhadap milenial tidak benar-benar menyentuh kebutuhan milenial dari seluruh kalangan.
"Milenial itu tidak hanya di perkotaan, jadi seharusnya tidak hanya bicara digital dan industri. Bicara juga soal maritim karena banyak milenial yang berasal dari keluarga nelayan. Bicara juga tentang agraria karena banyak milenial dari keluarga petani," terang Hensat.
Elite politik seharusnya berbicara tentang teknologi digital yang dapat meningkatkan hasil pertanian bagi petani dan teknologi digital yang bisa membantu nelayan mendapatkan tangkapan lebih banyak.(*)
Bagikan
Berita Terkait
Pro dan Kontra Kepala Daerah Soal One Piece, Pengamat UNS: Kebangetan Jika Dianggap Makar

Perumnas Hadirkan Hunian Smart Living untuk Milenial dan Gen Z

Studi: Milenial akan Jadi Generasi Paling Tajir Sepanjang Sejarah

Anak Muda Indonesia Miliki Keunikan Saat Kulineran

Menurut Survei, Gen Z dan Milenial Rela Habiskan Setengah Anggaran untuk Belanja dan Liburan

Milenial dan Gen Z Harus Bergerak Selamatkan Demokrasi
Kaesang Ajak Anak Muda Tidak Golput saat Keliling Kota Bandung

Airlangga Tegaskan Golkar Saat Ini Sangat Solid Dibanding Pemilu 2019

Milenia Berburu Rumah Subsidi

Pengamat Ungkap Prabowo Sukses Meraih Hati Pemilih Milenial
