Pengamat: ASEAN Bersatu Hadapi Pergolakan di Asia-Pasifik


Dewi Fortuna Anwar (tengah) (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Negara-negara ASEAN harus bersatu dalam menghadapi pergolakan di kawasan Asia-Pasifik akibat pengaruh China yang semakin meningkat serta kepemimpinan Amerika Serikat pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump, kata Dewi Fortuna Anwar.
"Apa yang bisa dilakukan negara-negara 'middle power', seperti anggota ASEAN, dalam menghadapi pergolakan di kawasan? Bagi kami yang selama ini bertahan hidup bersama negara-negara besar, hal ini tentang bagaimana mengelola hubungan," kata pengamat politik luar negeri dari The Habibie Center itu di Jakarta, Senin.
Pernyataan tersebut dia sampaikan pada seminar bertema "Middle Power Possibilities at a Moment of Turbulence in the Asia-Pacific".
Menurut Dewi, negara-negara "middle power" seperti anggota ASEAN harus dapat berperan lebih dalam menjaga dan memperkuat institusi yang bersifat "rule-based" untuk menghadapi tantangan yang muncul dari kemungkinan pergeseran keseimbangan kekuatan antara China dan AS di kawasan Asia-Pasifik.
"Kita harus bisa menjadi pemain, bukan hanya mengikuti atau tawar-menawar dengan negara besar. Negara 'middle power' juga harus bisa mengubah permainan," ujar dia.
Dewi mengatakan, negara-negara ASEAN harus menciptakan otonomi strategis guna memastikan terjaganya stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan di kawasan.
"ASEAN harus memainkan peran penting untuk menjaga otonomi strategis kawasan Asia Tenggara sehingga kita tidak lagi terpecah-pecah atau dibelah oleh negara-negara yang lebih besar," ujar dia.
Selain itu, Dewi menekankan bahwa negara anggota ASEAN perlu menciptakan arsitektur regional yang lebih inklusif dan ASEAN harus menggunakan semua instrumen yang telah dimiliki organisasi regional tersebut dalam menghadapi pergolakan yang mungkin timbul di Asia-Pasifik di masa mendatang.
"ASEAN harus memainkan peran negara-negara 'middle power' dengan lebih percaya diri. Jadi, ini tentang bagaimana kita mengendalikan situasi sekarang ini yang tidak sesulit yang kita bayangkan. Untuk kita (ASEAN), normal saja berada dalam situasi yang penuh pergolakan," ucap dia.
Bagikan
Berita Terkait
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo

Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik

KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang

RI Cetak Sejarah Baru Diplomatik, Prabowo Pidato Urutan Ketiga di Sidang Umum PBB

Thailand Umumkan Status Darurat Militer, Sekolah di Perbatasan Ditutup

Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah

30 Menlu Bakal Berkumpul di Malaysia Bahas Peran ASEAN, Nuklir dan Kondisi Palestina

Prabowo Ingin Penguatan Konektivitas dan Pembangunan Ekonomi Subkawasan Timur ASEAN

3 Alasan Prabowo Usulkan Papua Nugini Masuk Anggota ASEAN

KTT ASEAN di Malaysia Diharapkan Hasilkan Konsensus Sikapi Tarif Impor AS
