Penelitian Ungkap Pola Perlambatan Rotasi Bumi dan Perubahan Jarak dengan Bulan


Rotasi Bumi melambat sebabkan hari terasa jadi lebih panjang. (Foto: Unsplash/NASA)
MerahPutih.com - Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti China yang bekerja sama dengan peneliti dari Prancis, Jerman, dan Irlandia mengungkap, jarak Bumi - Bulan bertambah sekitar 20.000 km dan durasi satu hari (rotasi) bertambah sekitar 2,2 jam antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu, seperti dilaporkan laman Science and Technology Daily.
Laman Xinhua melansir, Rabu (14/8), rotasi Bumi melambat seiring berjalannya waktu akibat disipasi pasang surut, tetapi laju perlambatan ini belum ditetapkan secara konsisten, ungkap sebuah artikel dari penelitian terkait yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
Para peneliti menganalisis delapan kumpulan data geologis untuk merekonstruksi sejarah rotasi Bumi dari 650 juta hingga 240 juta tahun yang lalu.
Baca juga:
Fenomena Halo Muncul di Langit Natuna, Berbahaya untuk Bumi?
Temuan-temuan tersebut kemudian membuat mereka dapat menguji model-model pasang surut fisik dan mengidentifikasi pola tangga (staircase pattern) dalam perlambatan rotasi Bumi antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu.
Secara khusus, terdapat dua periode dengan perlambatan rotasi Bumi yang tinggi, yakni dari 650 juta hingga 500 juta tahun yang lalu dan dari 350 juta hingga 280 juta tahun yang lalu.
Baca juga:
Gedung Putih Minta NASA Ciptakan 'Zona Waktu Bulan'
Kedua periode tersebut dipisahkan oleh interval perlambatan terhenti (interval of stalled deceleration) dari 500 juta hingga 350 juta tahun yang lalu.
Menurut artikel itu, kedua periode tersebut kira-kira bertepatan dengan ledakan Kambrium dan peristiwa kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi. Artikel itu juga menambahkan bahwa kedua periode tersebut kemungkinan telah menciptakan kondisi yang diperlukan bagi evolusi ekosistem laut awal.
Baca juga:
NASA Sebut ada Asteroid Melintas Dekat Bumi, Berbahaya Kah?
Pemodelan menunjukkan bahwa disipasi pasang surut menjadi pendorong utama bagi perlambatan rotasi Bumi, kecuali untuk fenomena baru-baru ini, papar artikel penelitian tersebut.
Penelitian ini memiliki signifikansi teoretis penting untuk mengeksplorasi iklim, lingkungan, dan evolusi biologis dari perlambatan rotasi Bumi, tutur Ma Chao, seorang profesor di Universitas Teknologi Chengdu.
Tim peneliti selanjutnya akan mempelajari keterkaitan internal antara perubahan rotasi Bumi dengan fenomena alam, seperti medan magnet Bumi, peristiwa pasang surut, dan perubahan iklim, guna membangun model evolusi sistem Bumi yang lebih komprehensif dan akurat, ungkap Chao. (*)
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
