Penelitian Ungkap Pola Perlambatan Rotasi Bumi dan Perubahan Jarak dengan Bulan

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Agustus 2024
Penelitian Ungkap Pola Perlambatan Rotasi Bumi dan Perubahan Jarak dengan Bulan

Rotasi Bumi melambat sebabkan hari terasa jadi lebih panjang. (Foto: Unsplash/NASA)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti China yang bekerja sama dengan peneliti dari Prancis, Jerman, dan Irlandia mengungkap, jarak Bumi - Bulan bertambah sekitar 20.000 km dan durasi satu hari (rotasi) bertambah sekitar 2,2 jam antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu, seperti dilaporkan laman Science and Technology Daily.

Laman Xinhua melansir, Rabu (14/8), rotasi Bumi melambat seiring berjalannya waktu akibat disipasi pasang surut, tetapi laju perlambatan ini belum ditetapkan secara konsisten, ungkap sebuah artikel dari penelitian terkait yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Para peneliti menganalisis delapan kumpulan data geologis untuk merekonstruksi sejarah rotasi Bumi dari 650 juta hingga 240 juta tahun yang lalu.

Baca juga:

Fenomena Halo Muncul di Langit Natuna, Berbahaya untuk Bumi?

Temuan-temuan tersebut kemudian membuat mereka dapat menguji model-model pasang surut fisik dan mengidentifikasi pola tangga (staircase pattern) dalam perlambatan rotasi Bumi antara 650 juta hingga 280 juta tahun yang lalu.

Secara khusus, terdapat dua periode dengan perlambatan rotasi Bumi yang tinggi, yakni dari 650 juta hingga 500 juta tahun yang lalu dan dari 350 juta hingga 280 juta tahun yang lalu.

Baca juga:

Gedung Putih Minta NASA Ciptakan 'Zona Waktu Bulan'

Kedua periode tersebut dipisahkan oleh interval perlambatan terhenti (interval of stalled deceleration) dari 500 juta hingga 350 juta tahun yang lalu.

Menurut artikel itu, kedua periode tersebut kira-kira bertepatan dengan ledakan Kambrium dan peristiwa kepunahan massal terbesar dalam sejarah Bumi. Artikel itu juga menambahkan bahwa kedua periode tersebut kemungkinan telah menciptakan kondisi yang diperlukan bagi evolusi ekosistem laut awal.

Baca juga:

NASA Sebut ada Asteroid Melintas Dekat Bumi, Berbahaya Kah?

Pemodelan menunjukkan bahwa disipasi pasang surut menjadi pendorong utama bagi perlambatan rotasi Bumi, kecuali untuk fenomena baru-baru ini, papar artikel penelitian tersebut.

Penelitian ini memiliki signifikansi teoretis penting untuk mengeksplorasi iklim, lingkungan, dan evolusi biologis dari perlambatan rotasi Bumi, tutur Ma Chao, seorang profesor di Universitas Teknologi Chengdu.

Tim peneliti selanjutnya akan mempelajari keterkaitan internal antara perubahan rotasi Bumi dengan fenomena alam, seperti medan magnet Bumi, peristiwa pasang surut, dan perubahan iklim, guna membangun model evolusi sistem Bumi yang lebih komprehensif dan akurat, ungkap Chao. (*)

#Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Fun
Water Turbine Project: Inisiatif Pendidikan Seni Museum MACAN untuk Isu Air dan Lingkungan
Museum MACAN meluncurkan Water Turbine Project, program pendidikan seni kolaborasi dengan Grundfos Indonesia. Angkat isu air, lingkungan, dan keberlanjutan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Water Turbine Project: Inisiatif Pendidikan Seni Museum MACAN untuk Isu Air dan Lingkungan
Lifestyle
Ribuan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan di Pegunungan Italia, Polanya Rapi bahkan Membentuk Pertahanan
Jejak-jejak yang sebagian berdiameter hingga 40 sentimeter itu tersusun sejajar dalam barisan paralel.
Dwi Astarini - Rabu, 17 Desember 2025
Ribuan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan di Pegunungan Italia, Polanya Rapi bahkan Membentuk Pertahanan
Indonesia
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
Founder dan Chairman Mayapada Group, Dato Sri Tahir, menemui Jokowi di Solo. Ia mengatakan, Museum Sains dan Teknologi diresmikan Maret 2026.
Soffi Amira - Jumat, 12 Desember 2025
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
ShowBiz
Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health ini menyebut popularitas mempersingkat usia hingga 4,6 tahun.
Dwi Astarini - Jumat, 28 November 2025
 Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Bagikan