Kesehatan Mental

Penelitian Terbaru Ungkap Gangguan Makan Meningkat selama Pandemi

Dwi AstariniDwi Astarini - Senin, 10 Mei 2021
Penelitian Terbaru Ungkap Gangguan Makan Meningkat selama Pandemi

COVID-19 telah menyebabkan keadaan tertentu yang secara langsung berkontribusi pada gangguan makan. (Foto: 123RF/Olena Yakobchuk)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SELAMA dekade terakhir, prevalensi gangguan makan, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda, telah menjadi masalah yang terus meningkat. Sebuah tinjauan studi yang diterbitkan pada tahun 2019 menemukan, gangguan makan di kalangan anak muda di seluruh dunia meningkat lebih dari dua kali lipat antara tahun 2000 dan 2018. Sejak itu, COVID-19 telah menciptakan tantangan baru bagi orang-orang dengan gangguan makan dan mereka yang tengah menjalani pengobatan.

Meskipun belum ada penelitian luas yang mengukur dampak pandemi, ada banyak petunjuk bahwa COVID-19 telah meningkatkan prevalensi gangguan makan. Saluran bantuan The National Eating Disorders Association di AS misalnya, melaporkan peningkatan panggilan telepon sebesar 40% sejak Maret 2020.

BACA JUGA:

Berisiko, Jangan Gendong Anak di Momen Ini

Selain itu, studi tahun 2020 terhadap 1.000 peserta yang didiagnosis dengan gangguan makan di AS dan Belanda menemukan mereka yang sudah didiagnosis dengan anoreksia lebih cenderung makan lebih sedikit per hari, berpuasa, dan mengonsumsi makanan rendah kalori sejak pandemi dimulai. Mereka yang menderita bulimia dan binge?eating disorder lebih sering mengalami episode makan berlebih dan dorongan untuk makan berlebihan. Peserta penelitian juga melaporkan tingkat kecemasan dan kekhawatiran yang lebih tinggi tentang pembatasan sosial selama pandemi yang memengaruhi kesehatan mental mereka.

gangguan makan
Penelitian menunjukkan faktor sosial selama pandemi memperburuk gangguan makan. (123RF/Cathy Yeulet)

Mengapa Gangguan Makan Meningkat?


Apa yang terjadi di sini? Menurut para ahli, ada banyak faktor yang berperan. Secara keseluruhan, COVID-19 telah menciptakan faktor risiko sosial yang lebih luas yang dapat membahayakan kesehatan mental dan pada akhirnya berkontribusi pada gangguan pola makan.
Misalnya, mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan seperti memiliki kerabat yang sakit atau kehilangan pekerjaan meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan makan. Kecemasan dan pembatasan interaksi sosial juga dikaitkan dengan gangguan makan. Dua hal tersebut terjadi dan semakin meluas selama pandemi.

“Bagi banyak orang, makanan menjadi satu hal yang mereka rasa dapat mereka kendalikan dalam kehidupan yang dipenuhi dengan pengaruh yang tidak dapat mereka kendalikan,” jelas Janis Whitlock, ilmuwan riset di Bronfenbrenner Center for Translational Research, yang penelitiannya fokus pada pemahaman dan menangani tantangan kesehatan mental remaja dan dewasa muda.

“Pada tahun lalu, khususnya, kehidupan sehari-hari terasa tidak pasti dan tidak dapat diketahui, terutama bagi banyak anak muda. Oleh karena itu, mengontrol makanan mungkin terasa seperti pilihan yang dapat diakses untuk mengalami kontrol dalam lingkungan yang penuh tekanan dan tidak pasti," kata Whitlock seperti diberitakan psychologytoday.com (8/5).

Selain itu, COVID-19 telah menyebabkan keadaan tertentu yang secara langsung berkontribusi pada gangguan makan, antara lain:

1) Kerawanan pangan, atau kurangnya akses yang konsisten ke makanan sehat, merupakan faktor yang memperburuk gangguan makan. Data awal menunjukkan, kerawanan pangan di AS meningkat lebih dari tiga kali lipat selama pandemi COVID-19. Dan, penelitian juga menunjukkan, orang muda yang tidak terjamin kesehatan pangannya lebih cenderung kelebihan berat badan dan menggunakan perilaku tidak sehat untuk mengontrol bobotnya.

2) Interaksi sosial yang dibatasi untuk menghentikan penyebaran COVID-19, banyak orang beralih ke media sosial. Ada bukti yang menunjukkan bahwa konsumsi media, khususnya apa yang oleh para peneliti sebut sebagai penggunaan internet yang bermasalah, meningkatkan risiko seseorang mengembangkan gangguan makan. Ini dapat mengarah pada sikap yang lebih buruk terhadap makananan dan citra diri yang negatif.

3) Liputan berita yang menegangkan menyebabkan tekanan psikologis yang meningkat bagi orang yang menonton, dan pada akhirnya sikap yang lebih buruk tentang makan.

4) Orang dengan gangguan makan juga mengalami akses terbatas ke sumber daya yang sering kali membantu mereka meningkatkan kesehatan mental, termasuk pusat kebugaran, kunjungan perawatan kesehatan rutin, dan terapi.

gangguan makan
COVID-19 telah menciptakan tantangan baru bagi orang-orang dengan gangguan makan. (123RF/Vadim Guzhva)

Lalu, bagaimana kamu dapat mengatasi gangguan makan selama pandemi? Melanjutkan terapi secara daring dapat menjadi pilihan yang baik bagi. Selain itu, ada kelompok dukungan daring yang bisa diikuti baik lewat media sosial atau pun grup terbatas via aplikasi pesan singkat.

Orang dengan gangguan makan juga dapat mengambil langkah konkret untuk mengurangi risiko atau gejalanya. Caranya, batasi konsumsi media, terutama konten di media sosial yang mempromosikan citra tubuh kurus dan liputan media tentang bencana.

Menemukan cara kreatif untuk terhubung engan orang lain sambil mempertahankan jarak sosial dapat membantu mengurangi gejala kesehatan mental, termasuk gejala gangguan makan. Menjalani hobi, melakukan aktivitas fisik di luar ruangan seperti berjalan kaki atau bersepeda, berhubungan dengan organisasi keagamaan, atau mengejar pendidikan daring dapat menjadi pilihanmu.(aru)

#Kesehatan #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Olahraga
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Raphael Varane mengaku dirinya mengalami depresi saat masih membela Real Madrid. Ia menceritakan itu saat wawancara bersama Le Monde.
Soffi Amira - Rabu, 03 Desember 2025
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Indonesia
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Pemkot segera mulai menyiapkan kebutuhan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat.
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Indonesia
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
emerintah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan penghapusan tunggakan iuran sehingga mereka bisa kembali aktif menikmati layanan kesehatan.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Berita Foto
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada memotong tumpeng bersama Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada, Andi Widjaja saat peresmian PCMC di Jakarta.
Didik Setiawan - Sabtu, 15 November 2025
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Indonesia
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kemenkes menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengobati 900 ribu orang yang terkena Tb.
Dwi Astarini - Kamis, 13 November 2025
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Berita Foto
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
President Director Asuransi Astra, Maximiliaan Agatisianus memberikan pemaparan dalam peluncuran Express Discharge di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 12 November 2025
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Indonesia
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Komunitas-komunitas yang diajak kerja sama juga nantinya dapat melakukan layanan CKG di tempat-tempat strategis, contohnya mall.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Bagikan