Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing


PR di negeri aing kerap dijadikan 'Pekerjaan sekolah' oleh para siswa (Foto: Pixabay/tjevans)
SEBELUM pandemi COVID-19 melanda dan sekolah tatap muka masih terselenggara, pagi hari tepatnya pukul 06.00 WIB seorang siswa sudah tiba di sekolah, padahal bel tanda masuk sekolah masih 1 jam lagi.
Saat tiba di gerbang sekolah, siswa tersebut pun langsung berlari menuju kelas. Gerakan langkah kaki begitu cepat terdorong adanya Pekerjaan Rumah alias PR belum dikerjakan, karena hari itu juga harus dikumpulkan.
Baca Juga:

Sesampai di kelas, siswa tersebut tanpa basa basi langsung menaruh tas di meja dan mengeluarkan buku serta alat tulis. Matanya langsung tertuju pada sudut kelas lokasi para siswa lain berkerumun mengerjakan si 'pekerjaan rumah' tersebut serombongan.
Lantas saja siswa tersebut langsung menuju ke pusat 'contekan' pekerjaan rumah untuk diubah menjadi 'pekerjaan sekolah'. Dari sekian banyak siswa mencontek atau mengerjakan pekerjaan rumah disekolah, ada berbagai tipe.
Pertama, 'si gercep nyari contekan'. Siswa tipe seperti ini biasanya tanpa memperhitungkan salah atau benarnya jawaban, baginya terpenting 'pekerjaan rumahnya' cepat terselesaikan. Biar mendapat jawaban dari berbagai sumber alias 'campur-campur' tak masalah asal cepat beres.
Tipe kedua 'si nyantai'. Siswa kategori ini, biasanya tidak buru-buru dalam mencari contekan, namun hal itu bukan tanpa alasan. Biasanya siswa tipe ini sudah ada 'kuncian' alias teman sudah pasti memberikan contekan pekerjaan rumah jaminan nilai bagus di detik-detik menjelang jam masuk sekolah.
Baca Juga:

Tipe selanjutnya 'si otak bisnis'. Biasanya siswa ini datang lebih pagi agar lebih cepat mengerjakan 'pekerjaan rumahnya' di sekolah. Karena, bila PR miliknya sudah selesai dengan cepat, bisa menawarkan jasa joki PR pada temannya, dengan imbalan jajan gratis pada jam istirahat atau hadiah lainnya.
Tipe keempat, 'si nyari temen'. Dalam hal ini 'nyari temen' dalam arti malas untuk mengerjakan PR apabila ada siswa lain tidak mengerjakan PR juga. Dengan harapan bila mendapat hukuman guru jadi tidak sendirian, alias ada 'temannya'.
Tapi, di tengah banyaknya para siswa mengerjakan PR di sekolah, ada beberapa siswa menjadi 'Cepu' alias tukang ngadu. Gerak-geriknya tidak terlihat, tapi diam-diam mencatat nama-nama siswa mengerjakan PR di sekolah. Pada saatnya PR dikumpukkan pada guru, ia pun mengadu dan memberikan nama-nama mengerjakan PR di sekolah kepada guru.
Biasanya para 'Cepu' sangat tidak disukai di kelas bahkan sampai dimusuhi banyak siswa. Hal itu karena sikapnya dinilai cari muka, tidak solid, dan tidak kompak. Padahal, apapun alasannya, mengerjakan PR di sekolah merupakan tindakan tidak dibenarkan. Namanya juga 'Pekerjaan Rumah', masa dikerjain disekolah!
Baca juga:

Dikutip dari jurnal bertajuk Pekerjaan Rumah Sebagai Pemberdayaan Pendidikan karya Muhammad Nur Wangid dari Universitas Negeri Yogyakarta, pekerjaan rumah merupakan tugas diberikan guru untuk dikerjakan di luar jam sekolah sebagai bagian dari proses belajar.
Pekerjaan rumah menjadi suatu strategi pembelajaran, lantaran bisa memicu siswa mengulang kembali belajar atau menambah beban pelajaran nan tak bisa dilakukan di sekolah. Lagi pula siswa bisa belajar strategi mengatur waktu bermain dan belajar.
Hal tersebut lantaran pekerjaan rumah bisa memperpanjang waktu diperlukan dalam kegiatan akademis. Dengan adanya pekerjaan rumah, maka memberikan kepada siswa untuk mempraktikan dan belajar materi pelajaran tanpa batasan waktu dan tempat.
Pekerjaan rumah juga bisa menjadi suatu instrumen pendidikan, untuk menembus dinding sekolah, bahkan masuk lingkungan fisik serta keluarga setiap siswa. Dalam hal ini guru, orangtua, dan siswa menjadi kunci pelaksanaan terselenggaranya pekerjaan rumah atau kerap disebut Trylogy Homework.
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Dulu Buku, Kini TikTok! Maudy Ayunda Syok Lihat Transformasi Pendidikan yang Bikin Geleng-Geleng Kepala

Wajib Belajar Bakal Jadi 13 Tahun

Rahasia Belajar ala Ilmuwan Richard Feynman

Jam Belajar Terlalu Pagi Ternyata Bikin Prestasi Akademik Menurun

Portofolio Sarana Penilaian Perkembangan Pembelajaran
