Pawang Hujang, Kearifan Lokal yang Viral

P Suryo RP Suryo R - Selasa, 22 Maret 2022
Pawang Hujang, Kearifan Lokal yang Viral

Pawang hujan merupakan kearifan lokal yang dipakai untuk berbagai hajatan. (Foto: freepik/creativeart)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEJUMLAH komentar yang menjadi buah bibir kini mengacu pada aksi seorang pawang hujan di perhelatan MotoGP yang digelar Minggu 20/3 di Mandalika. Raden Roro Istiati Wulandari beraksi di dalam sirkuit, menggunakan mangkok emas. Sembari memutar-mutarkan dan memukulkan pengaduk pada mangkok emas, ia juga melafalkan doa. Dia pun terlihat beraksi selama setengah jam di pinggiran sirkuit.

Pawang hujan adalah julukan dari masyarakat Indonesia kepada seseorang yang ahli dalam mengendalikan hujan atau cuaca. Biasanya, orang tersebut mengatur cuaca dengan memindahkan awan. Menjadi pawang hujan memang bukan profesi yang umum pada masyarakat. Pasalnya, profesi ini sering dikaitkan dengan hal mistis. Bahkan, sejumlah pawang hujan juga kerap dijuluki sebagai dukun.

Baca Juga:

Pawang Hujan hingga Marc Marquez Absen, Momen Menarik di MotoGP Mandalika 2022

Dukun Pangkeng

hujan
Dukun pangkeng selalu ada dalam aneka hajat yang digelar orang Betawi. (Foto: bocahkelapadua)


Dalam tradisi masyarakat Betawi, pawang hujan pada jaman dahulu dikenal dengan istilah Dukun Pangkeng. Ia merupakan seseorang yang dianggap mempunyai ilmu ghaib untuk memindahkan energi hujan untuk turun di wilayah lain. Dukun pangkeng selalu ada dalam aneka hajat yang digelar orang Betawi.

Keberadaan Dukun Pangkeng tidak melulu soal percaya kemampuan mistis, namun dalam tradisi Betawi, sosok yang saat ritual duduk di dalam kerangkeng bambu memang sudah menjadi bagian dari adat istiadat Betawi yang sulit dihilangkan. Selain itu, tidak hanya berperan menangkal hujan turun, dukun rangkeng juga dipercaya punya kemampuan menarik minat khalayak untuk menghadiri sebuah hajat.

Masyarakat Betawi beruntung, sosok Dukun Pangkeng masih eksis meski zaman sudah semakin modern. Selain diwariskan secara turun-temurun, rupanya ilmu Dukun Pangkeng juga tercatat dalam kitab mujarobat yang ditulis pada zaman Sunan Kalijaga.

Tukang Nerang Hujan

hujan
Pawang hujan di Bali dikenal dengan sebutan 'Tukang Nerang Hujan'. (Foto: youtube/puja astawa)


Pawang hujan di Bali dikenal dengan sebutan 'Tukang Nerang Hujan' yang dilakukan secara personal. Ritual nerang hujan yang paling penting adalah harus didasari oleh rasa tulus untuk memohon kepada alam semesta dan Tuhan agar berkenan untuk tidak menurunkan hujan di suatu lokasi yang dimohonkan.

Seorang Tukang Nerang Hujan biasanya menggunakan sejumlah sarana dalam melakukan ritual Nerang, yakni dua sarana utama berupa liligundi dan garam, serta perapian yang menggunakan sarana serabut kelapa (sambuk).

Kedua sarana utama, yakni liligundi dan garam didoakannya pada tengah malam sehari atau dua hari sebelum melakukan ritual Nerang. Proses mendoakan ini dilakukan di kamar suci milik Tukang Nerang Hujan dan membutuhkan waktu cukup lama, sekitar tiga hingga empat jam.

Saat ritual Nerang sedang berlangsung, Tukang Nerang Hujan harus puasa dan memusatkan pikiran terhadap permohonan agar alam semesta dan Tuhan berkenan mengabulkan permohonannya untuk tidak menurunkan hujan. Di samping itu, Tukang Nerang Hujan juga melakukan 'Ngajegang Pajati' dan memberikan lelaban kepada Butha Kala dengan bersaranakan segehan brumbun.

Baca Juga:

Mandi Air Hujan, Bolehkah?

Lihat Primbon

hujan
Masyarakat di Jawa praktik memindahkan hujan lebih merupakan cerminan tradisi kolektif ketimbang personal. (Foto: Pexels/Sourav Mishra)


Oleh masyarakat di Jawa praktik memindahkan hujan lebih merupakan cerminan tradisi kolektif ketimbang personal. Tradisi pengendalian hujan merupakan berasal dari primbon atau kitab warisan leluhur Jawa.

Di beberapa daerah perdesaan ada kebiasaan masyarakat yang masih melemparkan celana dalam perempuan ke atas genteng untuk menolak hujan. Selain itu, juga ada praktik menusuk cabai dan bawang untuk kemudian dilemparkan ke atas.

Cara-cara semacam itu tertera dalam primbon, sehingga masyarakat tinggal mengikuti panduannya. Tetapi, tidak sembarang orang langsung bisa mempraktikkan ritual tersebut. Ada persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu semisal tirakat, puasa, membersihkan jiwa, serta memberi sesajen.

Tak hanya panduan sebelum melakukan ritual memindahkan hujan, di dalam primbon juga sudah tertulis sejumlah mantra untuk melanjarkan ritual tersebut. Oleh sejumlah orang, mantra itu dipercaya merupakan kesepakatan nenek moyang orang Jawa dengan roh alam.

Nyarang Hujan

hujan
Meminta bantuan pawang hujan untuk menahan atau memindahkan hujan. (Foto: Pexels/Aleksandar Pasaric)

Dalam tradisi Sunda, Nyarang Hujan yakni meminta bantuan pawang hujan untuk menahan atau memindahkan hujan. Nyarang hujan dalam tradisi Sunda masih mengambil dari ajaran agama Islam. Pawang hujan akan melakukan sholat lima waktu dengan khusyuk, berpuasa mutih, dan memperbanyak dzikir.

Dalam tradisi Sunda juga mengenal orang-orang pintar yang dianggap bisa memindahkan hujan. Mereka adalah para sesepuh yang dimintai doa oleh orang-orang yang memiliki hajatan. Para sesepuh itu tidak perlu datang ke tempat acara. Mereka dapat melakukan proses nyarang tanpa harus hadir.

Pada masyarakat Indonesia belum sepenuhnya ‘modern’. Hal itulah yang kemudian menyebabkan beragam tradisi, seperti memindahkan hujan, tetap lestari hingga saat ini. Keberadaan pawang hujan di Nusantara merupakan fakta yang sulit terelakkan. Ini terkait erat dengan tradisi dan budaya di setiap daerah. Eksistensi para pawang hujan bisa ditelusuri dari tradisi setiap daerah dan sudah sepatutnya kita bangga akan tradisi dan adat Nusantara. (DGS)

Baca Juga:

Payung Sekaligus Mantel, Unik dan Praktis di Hari Hujan

#Budaya
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Tradisi
15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya
Batik Wistara menawarkan enam motif khas Surabaya.
Wisnu Cipto - Rabu, 17 September 2025
15 Tahun Batik Wistara Konsisten Berdayakan Disabilitas Lewat Batik Khas Surabaya
Indonesia
Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global
Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung mengatakan, bahwa Jakarta harus punya lembaga adat Betawi. Hal itu bisa menjadi identitas kuat sebagai kota global.
Soffi Amira - Jumat, 22 Agustus 2025
Pramono Sebut Jakarta Harus Punya Lembaga Adat Betawi, Jadi Identitas Kuat sebagai Kota Global
Indonesia
Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet Bagi Wisatawan Mancanegara
Politisi PKB itu mengapresiasi langkah Kemenpar dan Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud) yang berkolaborasi dalam mengedepankan budaya sebagai daya tarik pariwisata Indonesia.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 28 Juli 2025
Keberagaman budaya Indonesia Masih Jadi Magnet  Bagi Wisatawan Mancanegara
Indonesia
Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI
Genre Imajinasi Nusantara merupakan lukisan karya Denny JA. Lukisan ini tampil sebagai manifesto estetika digital Nusantara.
Soffi Amira - Minggu, 20 Juli 2025
Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI
Indonesia
Menbud Pastikan Pacu Jalur yang Kini Viral Sudah Lama Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional
Posisi Anak Coki di Pacu Jalur ini umumnya diisi anak-anak yang kini tariannya menjadi viral secara global.
Wisnu Cipto - Selasa, 08 Juli 2025
Menbud Pastikan Pacu Jalur yang Kini Viral Sudah Lama Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda Nasional
Indonesia
Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta
Perda yang tengah disusun tersebut bakal menjadi dasar hukum pelestarian budaya Betawi yang lebih terstruktur dan spesifik, termasuk di dalamnya mengatur seni ondel-ondel.
Frengky Aruan - Senin, 09 Juni 2025
Pemprov DKI Segera Rampungkan Perda yang Melarang Ondel-ondel Ngamen di Jalan, Rano Karno: Mudah-mudahan Sebelum HUT Jakarta
Berita Foto
Wajah Baru Indonesia Kaya Konsiten Usung Budaya Indonesia dengan Konsep Kekinian
Sejumlah pemain saat melakukan pementasan teater musikal bertajuk "Bawang Merah Bawang Putih" saat acarapeluncuran logo baru Indonesia Kaya di Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Didik Setiawan - Selasa, 03 Juni 2025
Wajah Baru Indonesia Kaya Konsiten Usung Budaya Indonesia dengan Konsep Kekinian
Indonesia
Komisi X DPR Soroti Transparansi dan Partisipasi Publik dengan Menteri Kebudayaan
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa upaya ini bukan untuk menghapus atau mendistorsi fakta
Angga Yudha Pratama - Selasa, 27 Mei 2025
Komisi X DPR Soroti Transparansi dan Partisipasi Publik dengan Menteri Kebudayaan
Indonesia
Fadli Zon: Kongres Perempuan 1928 Justru Diperkuat dalam Sejarah Indonesia
Urgensi penulisan sejarah Indonesia yang akan rampung pada tahun 2025 ini mencakup penghapusan bias kolonial
Angga Yudha Pratama - Selasa, 27 Mei 2025
Fadli Zon: Kongres Perempuan 1928 Justru Diperkuat dalam Sejarah Indonesia
Indonesia
5 Museum Jakarta Buka Sampai Malam, Pengunjung Melonjak Hingga Ribuan
5 museum menggelar program Night at the Museum khusus akhir pekan
Wisnu Cipto - Kamis, 15 Mei 2025
5 Museum Jakarta Buka Sampai Malam, Pengunjung Melonjak Hingga Ribuan
Bagikan