Parents, Bentuk Mental Juara pada Anak dengan Pola Asuh Tepat


Pengasuhan sejak kecil akan bentuk mental juara anak. (foto: Unsplash/Daniel Cheong)
KETAHANAN manusia diuji ketika keadaan hidup berubah secara tak terduga dan menjadi lebih buruk, semisal kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, atau akhir hubungan. Di masa pandemi yang berpotensi memunculkan berbagai hal buruk lainnya, mental bertahan menjadi amat penting. Namun, tantangan seperti itu menghadirkan peluang untuk bangkit dan kembali lebih kuat daripada sebelumnya.
Kendati demikian, kita merasa bahwa daya tahan kita dengan yang lainnya berbeda. Ada yang tampaknya dengan cepat bangkit kembali dari kegagalan. Sementara itu, yang lain merasa jauh lebih sulit. Mereka yang mampu bangkit itulah yang disebut mental juara.
BACA JUGA:
Psikiater, dr Gusti Rai Wiguna, SpKJ menuturkan mental juara bukanlah mereka yang paling pintar, paling kuat, paling cerdas ataupun paling kaya, melainkan yang paling fleksibel. "Mampu beradaptasi dengan perubahan apa pun. Itulah mental juara," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan kemampuan adaptasi sebenarnya dimiliki semua orang. Akan tetapi pengalaman masa kecil mampu mempengaruhi kemampuan adaptasi mereka di masa mendatang.
"Kepribadian kan terbentuk dari diri intrinsik dan lingkungan," ucap Rai. Salah satunya tentu saja dari orangtua. Pengasuhan orangtua dapat menentukan apakah di masa depan si kecil punya mental juara. Berikut hal dasar yang perlu dilakukan orangtua agar anak memiliki mental tangguh di masa depan.
1. Latih anak dalam mengelola emosi

Orangtua tidak bertanggung jawab atas emosi anak-anak mereka. Alih-alih menenangkan mereka saat kesal atau menghibur mereka saat sedih, orangtua bisa memberi media yang dibutuhkan anak-anak untuk mengatur emosi mereka sendiri.
Orangtua perlu secara proaktif membantu anaknhya mengidentifikasi keterampilan mengatasi emosi yang berhasil bagi mereka. Beberapa anak memilih mewarnai untuk mengatasi perasaan sedih, anak lain mungkin merasa lebih baik dengan mendengarkan musik.
2. Biarkan anak melakukan kesalahan

Meskipun sulit untuk melihat seorang anak mengacau, orangtua yang cerdas mengubah kesalahan menjadi kesempatan belajar. Kesalahan dan konsekuensi alami yang datang setelahnya bisa menjadi guru terbesar dalam hidup si kecil.
Entah si kecil menumpahkan tepung saat belajar memasak atau menjatuhkan botolnya, orang tua yang cerdas tidak serta merta menyelesaikan masalah sang anak untuknya. Sebaliknya, mereka membantu anak-anak belajar bagaimana berbuat lebih baik di masa depan.
3. Memecahkan masalah bersama

Entah anak-anak lupa mengerjakan tugas atau berjuang dalam meningkatkan nilai mereka, orang tua yang cerdas melibatkan anak-anak dalam pemecahan masalah. Mereka mengajukan pertanyaan seperti, "Apa yang akan membantumu menjadi lebih bertanggung jawab?" Dengan begitu, mereka mengembangkan rencana bersama.
Ketika orangtua turun tangan dalam memecahkan masalah anak, bukan berarti mereka tidak memberi anak konsekuensi. Mereka pasti melakukannya. Disiplin mereka difokuskan pada mengajar mereka untuk berbuat lebih baik di lain waktu, daripada mempermalukan mereka karena gagal mencapai tujuannya.
4. Membiarkan anak-anak merasa tidak nyaman

Orangtua yang cerdas memberi kesempatan kepada anak-anak mereka untuk melatih keterampilan mereka dengan membiarkan mereka merasa tidak nyaman. Itu tidak berarti mereka mengekspos anak pada keadaan yang keras hanya untuk menguatkan mereka. Mereka cenderung membiarkan wnak merasa bosan, kecewa, dan kadangkala frustrasi .
Alih-alih mendukung anak agar tidak memiliki rasa takut mereka mendorong anak-anak mereka untuk menjadi berani. Anak-anak mendapatkan kepercayaan pada kemampuan mereka untuk mentolerir ketidaknyamanan. Mereka juga akan belajar bahwa mereka dapat melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai.(Avia)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

Wujudkan Kebersamaan dan Keakraban, LEGO Kampanyekan 'Main Bareng Bangun Silaturahmi' Ajak Seluruh Keluarga Kumpul di Ramadan
Parents, Lakukan 6 Hal ini untuk Mengajarkan Anak Berpuasa

Konglomerat Besar Korsel Dorong Karyawan untuk Memiliki Anak, Janjikan Banyak Insentif hingga Bonus Tunai
