Pandemi COVID-19 Bikin Penelitian Vaksin Lebih Maju


Peneliti vaksin Unpad. (Foto: Unpad)
MerahPutih.com - Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan ekonomi. Pandemi sekaligus menjadi momentum dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam riset pengembangan vaksin.
Peneliti yang tergabung dalam Pusat Riset Bioteknologi Molekuler dan Bioinformatika merasakan betul bahwa pandemi memberikan pelajaran berharga dalam penelitian vaksin di lingkungan Unpad.
Baca Juga:
Penambahan Kasus Harian COVID-19 Capai 685 Jelang Pergantian Tahun
"Ada tahap selangkah lebih maju dari riset yang selama ini sudah dilakukan," kata peneliti vaksin Unpad Muhammad Yusuf.
Ia menjelaskan, peneliti di Departemen Kimia Fakultas MIPA sudah lama mengembangkan riset di bidang biokimia kesehatan, salah satunya adalah vaksin.
Bahkan saat pandemi Covid-19, tim Lab Biokimia dan Pusat Riset Bioteknologi sudah merancang vaksin Covid-19 sebelum Indonesia menetapkan status kedaruratan pandemi pada Maret 2020.
"Ketika ada pandemi, kami sebagai tim riset yang meneliti virus, terpanggil mencoba berpartisipasi," tutur Yusuf.
Ari Hardianto peneliti vaksin lainnya, mengatakan pengembangan riset awal mengenai vaksin COVID-19 dilakukan berdasarkan informasi genetik virus SARS-CoV-2 yang sudah dipublikasikan beberapa waktu setelah COVID-19 menyebar di Wuhan.
"Dari informasi itu, tim memanfaatkannya untuk mendesain vaksin. Riset vaksin terus dilakukan," ujarnya.
Tim yang terdiri lebih dari dua puluh orang ini pun memperluas kolaborasi, salah satunya dengan mitra industri strategis PT. Bio Farma, serta keikusertaan dalam program pengembangan Vaksin Merah Putih oleh Kemenristek/BRIN di tahun 2021.
Yusuf memaparkan, kendati riset pengembangan vaksin sudah sering dilakukan peneliti Unpad, upaya tersebut masih terbatas pada skala laboratorium.
Saat wabah COVID-19 melanda yang mendorong dunia bergerak menghasilkan vaksin, riset vaksin di Unpad kemudian mengalami akselerasi, dari yang hanya berskala lab kemudian melangkah ke skala pengujian imunogenisitas dan praklinis pada hewan mamalia kecil.
"Setelah terkarakterisasi, kemudian kandidat vaksin rekombinan diujicobakan pada hewan dan dilihat apakah sudah bisa menghasilkan respons antibodi yang spesifik pada SARS-CoV-2 atau tidak. Vaksin rekombinan yang Unpad dan Bio Farma kembangkan sudah sampai ke tahap tersebut," ujarnya.
Dengan kata lain, tegas ia, pandemi COVID-19 telah meningkatkan kapasitas/keterampilan peneliti Unpad di bidang pengembangan vaksin. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
DPR Kritisi Wacana Pengenaan Biaya Pasien COVID-19
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
![[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone](https://img.merahputih.com/media/b7/83/47/b783478297cb6d97ceab51e9480de202_182x135.png)
[HOAKS atau FAKTA]: Kasus Autoimun Meroket Akibat Vaksinasi COVID-19
![[HOAKS atau FAKTA]: Kasus Autoimun Meroket Akibat Vaksinasi COVID-19](https://img.merahputih.com/media/71/1c/46/711c467360ed7935305a1847238ccb53_182x135.jpeg)
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 AstraZeneca Penyebab Sakit Jantung
![[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 AstraZeneca Penyebab Sakit Jantung](https://img.merahputih.com/media/17/c8/bc/17c8bc561c44cc563d3fef2cba579412_182x135.jpeg)
Kemenkes Jelaskan Vaksin COVID-19 AstraZeneca Disebut Timbulkan Thrombocytopenia Syndrome

Indonesia Miliki Sisa Vaksin COVID-19 Sekitar 5,22 Juta Dosis

Menkes Pastikan Vaksinasi COVID-19 Berbayar Mulai Tahun Depan

IDI Tetap Sarankan Vaksin Ke-4 Meski Pandemi COVID-19 Telah Berakhir

WHO Nyatakan Anak dan Remaja Sehat Tidak Perlu Vaksin COVID-19

Usia 18 Tahun ke Atas Sudah Bisa Vaksin Booster Pakai IndoVac, Catat Syaratnya

Kemenkes Sebut Booster Vaksin Kedua Mampu Perkuat Kekebalan Tubuh
