Pakar Pendidikan Sebut Hal Ini yang Penting dalam SFH


Yang perlu diajarkan pada anak saat school from home (Sumber: Pixabay/picjumbo_com)
BICARA tentang school from home (SFH), ada sejumlah penyesuaian yang dilakukan oleh orangtua, murid, dan guru. Guru harus menyampaikan materi secara daring, orangtua harus mendampingi anak saat belajar, dan siswa yang mendapat tugas menumpuk. Itulah sekelumit persoalan yang dihadapi saat anak belajar di rumah. Tak jarang orangtua akan merasa kesal, siswa merasa keteteran dengan tugasnya, dan guru kebingungan sendiri.
Dengan pandemi yang terjadi secara mendadak dan masif ini, tentu tidak ada yang bisa memprediksi. Pakar Pendidikan, Itje Chodijah optimis bahwa fenomena SFH bisa menjadi pola pendidikan baru di masa depan. "Fenomena ini seharusnya membuka peradaban baru dalam dunia pendidikan. Untuk pendidikan yang lebih holistik sehingga anak berkembang di berbagai aspek," ucap Itje saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (8/5).
Baca juga:
Nuansa Kehidupan Eco-friendly Dalam Ekspansi Terbaru The Sims 4

Menurut Itje school from home bukan hanya tentang penyampaian materi pelajaran saja. Dirinya menuturkan bahwa kurikulum terbaru lebih menekankan pada kemampuan nalar anak serta perilakunya. "Tidak melulu mata pelajaran karena tujuan sekolah kan membangun kompetensi dalam hal pengetahuan, keterampilannya, dan sikapnya," ujarnya.

Untuk mendukung tujuan tersebut Itje menyarankan adanya kerja sama dari berbagai pihak mulai dari kepala sekolah, guru dan orangtua. "Sesederhana orangtuanya melapor apa saja yang dilakukan anak. Tidak harus belajar loh. Bisa juga membantu orangtuanya berdagang atau kalau yang masih SD membantu membereskan kamar. Setelah lapor, berikan fotonya dan sekolah bisa melakukan penilaian kepada anak," urainya.
Baca juga:
Ije mengungkapkan bahwa konsep semacam itu sudah diterapkan oleh mayoritas sekolah swasta dari kelas sosial menengah ke atas. Sementara sejumlah sekolah negeri masih menganut sistem pembelajaran dan pengawasan layaknya di saat belajar di sekolah.

"Dengan adanya teknologi, semua orang bisa akses pengetahuan. Nah kalau bicara tentu sikap, perilaku dan keterampilan baru itu baru bisa diberdayakan oleh guru dengan bantuan orang tua di rumah," jelasnya.
"Sekolah itu tidak melulu tentang pelajaran, ujian, dan tugas. Toh ketika itu diterapkan di Indonesia terbukti tidak meningkatkan literasi. Penyerapan tenaga kerja juga tidak tinggi walaupun secara kognitif kejar-kejaran," tukasnya. (Avia)
Baca juga:
Anak Bosan di Rumah? Ini Aktivitas Seru Yang Bisa Dilakukan Bersama Si Kecil Selama di Rumah Saja
Bagikan
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif

Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin
