Omicron Jadi Variant of Concern, ini Alasannya


Varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang luar biasa tinggi, dengan lebih dari 30 mutasi. (iStock/Oleksandra Klestova)
VARIAN baru virus corona, Omicron, mungkin mendorong kembalinya protokol kesehatan yang lebih ketat untuk pencegahan COVID-19. Terlebih ketika tidak cukup banyak orang yang divaksinasi. Demikian diungkapkan para ahli kesehatan.
Saat ini Omicron atau strain B.1.1.529 dari virus corona itu telah memicu larangan perjalanan internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyebutnya sebagai variant of concern pada Jumat (26/11).
Lalu, mengapa Omicron 'terlihat berbeda' dari varian lain sehingga masuk kategori variant of concern?
BACA JUGA:
Temuan Penerima Nobel Kimia 2021 akan Berpengaruh Besar pada Dunia Pengobatan
Ketika coronavirus terus menyebar, mutasi baru dan varian baru sudah pasti akan terus bermunculan. "Kami telah melihat banyak varian muncul selama lima, enam bulan terakhir, dan kebanyakan dari mutasi itu tidak berbahaya. Ini terlihat berbeda," kata Dr Ashish Jha, dekan Brown University School of Public Health seperti diberitakan CNN (29/11).
"Varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang luar biasa tinggi, dengan lebih dari 30 mutasi pada protein spike saja," kata ilmuwan genom Afrika Selatan, pekan lalu. Protein spike adalah struktur yang digunakan virus untuk masuk ke sel yang diserangnya.
"Ada 10 atau lebih dari mutasi berada pada domain pengikatan reseptor, yang mengikat ke sel-sel di faring hidung dan di paru-paru," kata Dr Anthony Fauci kepada NBC, Minggu (28/11).
Dengan kata lain, kata Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases AS itu, profil mutasi sangat menunjukkan varian itu akan memiliki keunggulan dalam penularan.
Ketika para ahli melihat varian lain, kata Jha, biasanya dibutuhkan beberapa bulan agar strain tersebut menjadi dominan atau jenis virus yang paling umum menyebar di satu area.
"Yang ini menjadi dominan dengan sangat cepat di Afrika Selatan di wilayah varian ini ditemukan. Hanya dalam hitungan hari hingga minggu, bukan bulan," kata Jha.
"Sekarang, jumlah kasus di Afrika Selatan cukup rendah, jadi bisa juga karena alasan lain, bukan hanya karena lebih mudah menular. Namun, kecepatan penyebarannya benar-benar tidak seperti yang pernah kita lihat sebelumnya," imbuhnya menambahkan.
Menunggu penelitian lebih lanjut

Sementara itu, Direktur Institusi Kesehatan Nasional Dr Francis Collins mengatakan belum jelas apakah varian Omicron lebih menular daripada varian Delta.
"Ini tentu menunjukkan tanda-tanda bisa menyebar dengan cepat," katanya. Meski demikian, ia tidak tahu apakah itu bisa menyaingi Delta. "Masih terlalu dini untuk mengatakan apakah varian Omicron menyebabkan penyakit yang lebih parah," kata Collins.
"Masih banyak yang tidak kita ketahui tentang Omicron," kata ahli epidemiologi dan penyakit menular Dr Celine Gounder. Ia mengaku para ilmuwan masih belajar. Menurutnya, pandemi bukan tentang kepanikan. Ini tentang kebijakan, protokol, dan praktik. "Dalam hal ini, itu berarti melakukan pekerjaan untuk mengarakterisasi virus," kata Gounder, Minggu (28/11).
Moderna mengatakan sedang menguji kemampuan vaksin COVID-19 untuk menetralisasi Omicron. Datanya diharapkan tersedia dalam beberapa minggu mendatang.
Perusahaan tersebut mengatakan sedang menguji booster dosis lebih besar dan booster khusus Omicron jika vaksin dan booster saat ini tidak cukup bekerja melawan varian baru.
Jika dibutuhkan, para ilmuwan akan menentukan dosis vaksin khusus Omicron diperlukan. "Kami pikir dalam beberapa minggu hingga mungkin dua hingga tiga bulan, kami akan dapat memiliki booster vaksin khusus Omicron yang tersedia untuk pengujian," ujar Chief Medical Officer Moderna Dr Paul Burton, Minggu (28/11).
BioNTech, perusahaan Jerman yang bermitra dengan Pfizer untuk membuat vaksin COVID-19, juga sedang menyelidiki dampak Omicron pada vaksin mereka dengan data yang diharapkan dalam beberapa minggu mendatang. Pihak Johnson & Johnson juga mengatakan pihaknya juga menguji efektivitas vaksin mereka terhadap Omicron.
Sementara itu, Moderna mengatakan varian Omicron bisa menjadi tantangan. "Kombinasi mutasi mewakili potensi risiko yang signifikan untuk mempercepat memudarnya kekebalan alami dan yang diinduksi vaksin," kata perusahaan itu Jumat (26/11).
Namun, Jha mengatakan dia tidak berpikir varian baru berarti vaksin tidak akan berguna. "Saya pikir itu sangat tidak mungkin. Pertanyaannya ialah apakah ada pukulan kecil untuk kemanjuran vaksin atau adakah pukulan besar?" katanya.
Perlu waktu beberapa minggu

Sebelum para ilmuwan dapat mengatakan seberapa besar vaksin saat ini dapat bekerja melawan Omicron. "Kita harus melalui beberapa minggu dalam ketidakpastian," kata Burton.
"Ada tiga pertanyaan yang sangat kami butuhkan jawaban: seberapa menularkan varian ini? Seberapa parah? Apakah antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap vaksin saat ini (akan) efektif? Kita tidak akan tahu jawaban pertanyaan terakhir selama beberapa minggu," kata Burton kepada CNN, Minggu (28/11).
“Namun, yang kami tahu adalah bahwa perlindungan terbaik ialah dengan divaksinasi. Jika kamu belum divaksinasi, dapatkan vaksinasi. Saat ini, semua orang di atas 18 tahun di negara ini setidaknya memenuhi syarat untuk booster. Jadi, jika kamu sekarang memenuhi syarat untuk booster, dapatkan booster juga," katanya.
Burton mengatakan, dengan melakukan itu, setidaknya kamu akan mendapatkan perlindungan kritis lini pertama. Selain itu, ia mengingatkan ada hal-hal lain yang lebih sederhana yang dapat kamu lakukan, seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker sebagaimana mestinya. "Sampai kita tahu persis apa yang terjadi, akan menjadi sangat penting untuk tetap berada dalam garis pertahanan," tegas Burton.(aru)
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
