OHCC: 700 Ribu Jiwa di Indonesia Meninggal Akibat Resistensi Antibiotik


Koordinator Udayana One Health Collaboration Center (OHCC), Ni Nyoman Sri Budayanti. (Foto: Merahputih.com/Tika Ayu)
Merahputih.com - Kondisi resistensi antibiotik tak bisa dianggap enteng. Selain meningkatkan risiko silent pandemi, ia juga menyumbang angka kematian tinggi di seluruh dunia.
Koordinator Udayana One Health Collaboration Center (OHCC), Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan kalau penelitian terbaru menunjukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia ada 700 ribu kematian akibat resistensi antibiotik.
Ni Nyoman menyebut kalau presentase risiko kematian akibat bakteri ini akan terus bertambah jumlahnya. Tak main-main, dari penjelasannya kematian bisa capai 70 juta jiwa hanya dalam satu tahun.
"Diperkirakan 2050 selama 1 tahun 70 juta orang meninggal karena bakteri," ujarnya dalam kegiatan Diseminasi Laporan Program Desa Bijak Antibiotika (SAJAKA) secara daring, Rabu, (20/11) .
Baca juga:
Ni Nyoman mengatakan semua itu terjadi karena kondisi resistensi antibiotika. Dimana bakteri jadi lebih cepat menjadi resisten.
Di sisi lain, lanjut Ni Nyoman, hal ini akibat tidak adanya perkembangan penemuan antibiotik.
"Hal ini karena bakteri cepat menjadi resisten tapi antibiotika dalam 10 tahun terakhirnya tidak ada yang baru," ujarnya. "Dalam 1 titik antibiotika tidak bisa digunakan lagi," sambungnya frustasi.
Baca juga:
Harvard University Buat Senyawa yang Bisa Atasi Resistensi Antibiotik
Selain itu, Ni Nyoman mengatakan pada 2050 juga angka kematian akibat bakteri bakal lebih tinggi ketimbang penyakit kanker.
"Resistensi Antimikroba (AMR) 10 juta pertahun itu lebih tinggi dari pada kanker. Pasalnha kanker 8 juta pertahun pada tahun 2050," ucapnya.
Sehingga bukan tidak mungkin kata Ni Nyoman ada contoh kasus seseorang yang kecelakaan mengalamo patah tulang lalu berobat ke Rumah Sakit lalu meninggal. Temuannya, pasien meninggal bukan karena patah tulang melainkan karena infeksi bakteri. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
