Nomofobia, Sindrom Ketakutan yang Selama Ini Mungkin Kamu Alami


Kamu mungkin sudah menjadi salah satu dari mereka yang mengalami nomofobia (Foto: Pixabay/TeroVesalainen)
PERNAHKAH kamu mendengar istilah Nomofobia? Buat kamu yang enggak tahu, itu sebutan medis untuk ketakutan tak dapat mengakses ponsel. Atau bahkan ketakutan tidak mendapat sinyal dan tidak dapat terhubung ke dunia luar.
Yap! Di jaman digital ini, semua urusan dapat diselesaikan hanya lewat genggaman saja. Ponsel menjadi barang yang sangat penting di hidup manusia. Bahkan beberapa orang menjadikan ponsel sebagai benda yang pertama mereka lihat ketika bangun tidur di pagi hari, hampir tiap menit, dan bahkan sebelum tertidur.
Baca juga:
4 Fenomena Sosial di Film Joker yang Benar-Benar Terjadi di Dunia Nyata

Tapi, apabila kamu sampai merasa ketakutan ketika tidak dapat melihat ponselmu atau ketika kamu tidak mendapatkan sinyal, kamu perlu hati-hati. Ponsel memang penting kamu miliki karena kegunaannya yang beragam. Namun, jika kamu mulai ketergantungan dengan ponselmu, banyak kebiasaan buruk yang dapat muncul dari sindrom nomofobia tersebut.
Dilansir dari laman Psychology Today, sebanyak 65% orang di Amerika Serikat tidur di samping ponsel pintar mereka, khususnya para mahasiswa. 20% orang mengaku lebih baik tidak menggunakan sepatu dibanding ponsel pintar. Bahkan, 34% orang bahkan mengaku menjawab telepon yang mereka terima saat bersama orang yang dicintai.

Baca juga:
Belajar Menjaga Hubungan dengan Lingkungan Sekitar Lewat Game 'Mutazione'
Dari kasus tersebut kita bisa melihat parahnya efek yang dibawa dari nomofobia. Ponsel memang memiliki tujuan untuk mendekatkan orang yang jauh dari kita. Tapi hal tersebut jangan dibalik. Jangan sampai ponsel menjauhkan orang yang dekat dengan kita.
Sindrom nomofobia ini telah menyebar di seluruh dunia, termasuk juga Indonesia. Di tahun 2018, Sunarto selaku Kepala Bagian Umum Itjen Kemendikbud menuliskan tentang kasus ini di situs itjen.kemdikbud.go.id. Dalam tulisannya, Sunarto menunjukkan data dari sebuah penelitian yang ia temukan soal nomophobia di kalangan pelajar. Hampir seribu orang pelajar berumuran 11-12 tahun menjadi subjek penelitian tersebut.

Ditemukan bahwa 72% dari subjek tersebut memiliki ponsel pintarnya masing-masing. Rata-rata mereka bermain ponsel selama 5-6 jam sehari. Dari hasil penelitian tersebut terungkap 25% subjek tersebut mengidap sindrom nomofobia.
Nampaknya gejala ini memang sudah merajalela di negara kita, bahkan sejak usia dini. Manusia saat ini terlalu terikat dengan ponsel mereka.
Mengetahui fenomena ini, kita perlu belajar untuk membiasakan diri lepas dari ponsel kita. Liz Brewer, seorang ahli etika sosial mengatakan, "harus ada disiplin yang dikenalkan ke orang-orang. Bahwa kita tidak hidup untuk ponsel kita. Kita hidup untuk kehidupan kita," ketika diwawancara Al Jazeera.
Kita hidup di jaman serba terhubung dengan adanya internet. Tapi tanyakan kepada diri anda sendiri. Apakah kita manusia benar-benar saling terhubung? (Sep)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
