Mulai Tahun Ajaran Baru, Gubernur Jateng Ingatkan Tidak Ada Bully di Sekolah Rakyat


Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi meninjau asrama SR SMA 17 Solo, Senin (14/7). (Merahputih.com/Ismail)
MerahPutih.com - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi memperingatkan siswa Sekolah Rakyat (SR) SMA 17 Solo tidak boleh ada kekerasan serta saling bullying.
Siswa yang melakukan kekerasan serta saling bullying akan dipanggil ke Pemprov Jateng.
Demikian diungkapkan Luthfi saat meninjau perdana Pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) 2025 SR SMA 17 Solo di kompleks Sentra Terpadu Prof. Dr. Soeharso, Senin (14/7).
“Jangan ada kekerasan, saling bullying, kalau perlu buat satgas anti bullying. Bikin laporan kami panggil Pemprov Jateng,” kata Luthfi.
Baca juga:
Masa Orientasi di Sekolah Rakyat 15 Hari, Ini Alasan Lengkapnya
Siswa putri dan putra sama rata dan rasa menuntut ilmu. Ia juga meminta siswa tidak usah milih seragam, makan, tidur dan jangan nakal.
"Sebanyak 200 siswa SR SMA 17 Solo. Operasional sekolah rakyat, di Jateng ada 9 kabupaten/kota. Perinciannya 3 SR SMP dan 6 SR SMA,” kata dia.
Mantan Kapolresta Surakarta ini menyebut, siswa yang melakukan afirmasi sosial SR sebanyak 850 siswa dalam kategori P1 dan P2 atau miskin ekstrem.
"Siswa yang kita lakukan afirmasi sosial sebanyak 850 siswa dalam kategori P1 dan P2 atau miskin ekstrem," katanya.
SR ini program Presiden Prabowo lewat Kementerian Sosial (Kemensos) dalam rangka memutus kemiskinan ekstrem. Ini selaras, Pemprov Jateng berikan biasa isa 5.000 anak miskin ekrem putus sekolah yang ditempelkan sekolah swasta anggaran dibiayai APBD Jateng.
"Saya melihat tempat tidur, cek kesehatan siswa sudah rapi dan bagus perlu adanya evaluasi kedepan,” katanya.
Sekolah Rakyat ini mengusung konsep boarding school atau sekolah berasrama. Sebanyak 200 siswa yang terdaftar mendapat fasilitas pendukung belajar secara gratis, termasuk laptop dan makan harian.
"Total terdapat delapan rombongan belajar (rombel), di mana setiap rombel menampung 25 siswa,” pungkasnya.
Seorang siswa Sekolah Rakyat SMA 17 Solo, Rafi Ardiansah (16) mengaku sebelum MPLS dilakukan pemeriksaan kesehatan.
Ia mengaku memutuskan bersekolah di sekolah rakyat atas kemauan orang tua karena tidak punya biaya.
"Dulu saya sekolah SMPN 23 Solo. Kedua orang tua kerja di pabrik penghasilan tak menentu. Kedua orang tua putuskan di sini (SR SMA 17)," kata Rafi.
Dia mengaku senang pada hari pertama MPLS bertemu banyak teman baru. Awal mula ada pendaftaran SR SMA 17 dari informasi kelurahan setempat. (Ismail/Jawa Tengah)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Sekolah Garuda akan Dibuka 2026, DPR Minta Akses dan Biaya Dijamin Negara

BGN Tanggapi Surat Madrasah Brebes soal Risiko MBG, Sebut Kualitasnya Diawasi Ketat

Permohonan SKCK di Polresta Surakarta Melonjak, Masyarakat Disarankan Urus Surat di Polsek

110 Siswa SMAN 2 Wonogiri Keracunan MBG

Sekolah Rakyat Diharap Jadi Solusi Utama Pemerintah untuk Memutus Rantai Kemiskinan dan Mengurangi Angka Putus Sekolah

Prabowo Janji Bangun 500 Sekolah Rakyat di Kantong Masyarakat Termiskin, Warga Ekonomi Pas-Pasan Bakal Diakomodir

Atap SMKN 1 Cileungsi Ambruk Timpa 31 Siswa, Dedi Mulyadi: Dipastikan Kualitas Pembangunannya Buruk

Polisi Temukan Mobil yang Dipakai Membawa Lari Uang Nasabah Bank Jateng Wonogiri, Uang Rp 10 Miliar Lenyap

Mensos Tidak Bakal Tolerir 3 Dosa Besar di Sekolah Rakyat, Pastikan Sanksi Tegas

Warga Solo Ramai Pasang Spanduk Tolak Tindakan Anarkistis
