Mengolah Sampah Terintegrasi dengan Urban Farming


Kota Bandung yang terus berbenah dalam masalah lingkungan hidup. (Unsplash/Hani Fildzah)
PENGOLAHAN sampah bukan hanya sebatas membuang sampah pada tempatnya. Lebih dari itu, pengolahan sampah yang terintegrasi dengan urban farming. Cara ini mampu menciptakan keasrian dan keunikan tersendiri di RW 05 Dago, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Hal ini dijelaskan Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Dabaresih RW 05 Dago, Agus Sukaryat. Ia memaparkan, pengolahan sampah organik di wilayahnya dilakukan setiap hari Sabtu pukul 08.00 WIB.
Baca Juga:

"Kita jemput sampahnya dari rumah ke rumah. Setiap warga difasilitasi ember terpilah. Lalu kita jemput sampahnya dan dikumpulkan di satu titik sumber di pos Dabaresih," ujar Agus.
Sampah organik diolah dengan bata terawang, drum komposer, loseda, dan wadah sisa makanan (wasima). Hasil olahannya menjadi pupuk padat, eco enzim, mikroorganisme lokal (MOL).
"Hasilnya juga terintegrasi dengan Uber Farming. Ada Buruan Dabaresih juga. Kita libatkan warga untuk mengelolanya. Di sini kita buat penghijauan tematik tiap gang. Ada gang jahe, ada gang tanaman hias. Media tanamnya dari galon yang ada di bank sampah," paparnya
Selain sampah organik, warga juga membawa sampah anorganik untuk ditabung di bank sampah. Di sana, Agus dan timnya memilah ulang sampah-sampah yang masih bisa diolah.
"Setelah dipilah, kami setorkan ke bank sampah induk Kota Bandung. Sebulan dua kali sampah anorganik disetorkan ke bank sampah induk. Kita juga menerima sampah minyak jelantah," katanya
Sampah anorganik yang tidak diterima bank sampah, diolah menjadi kreasi daur ulang. Seperti saat acara 17 Agustus, warga membuat kreasi daur ulang sampah dalam bentuk ecobricks.
Baca Juga:

"Karena sampah sachet itu belum bisa diterima atau ditampung bank sampah induk. Sehingga kami olah saja jadi kreasi ecobricks. Bisa jadi kursi dan meja. Kami bikin tikar juga," ungkapnya.
Bahkan, beberapa warga RW 05 sudah menukarkan sampah dengan logam mulia. Jika tabungan nasabah sudah mencapai Rp44 ribu, bisa ditukarkan dengan logam mulia seberat 0,025 gram.
"Ada lima nasabah yang sudah berhasil menukarkan tabungan sampahnya dengan logam mulia," tuturnya.
Ia beharap, semangat KSM Dabaresih bisa tetap konsisten dan berkelanjutan untuk terus mengedukasi tentang pemilahan sampah dari sumber atau rumah tangga.
"Ke depannya kita juga sudah ada rencana untuk bergabung dengan program Kementerian Lingkungan Hidup. Lalu menambah aksi adaptasi lingkungan selain penghijauan, seperti pengampungan air hujan, penanganan air limbah, dan penanganan banjir serta longsor," akunya.
Dalam waktu dekat ini, KSM Dabaresih juga akan kolaborasi dengan Get Plastic Learning Center, salah satu komunitas non-profit di Bali untuk memperluas jangkauan dan gerakan pengolahan sampah. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Kota Bandung Dinyatakan Terbaik pada Indeks Literasi Ekonomi Digital
Bagikan
Berita Terkait
Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga

Polisi Bantah Tembak Gas Air Mata ke Unisba, Dalihnya Tertiup Angin Masuk Kampus

Warga Bandung Catat! Ini 6 Titik Evakuasi Jika Terjadi Gempa Dahsyat Sesar lembang

Cara Ramah Pulau Jeju Ingatkan Wisatawan yang Bertingkah, tak ada Hukuman

PSI Tolak Rencana Pramono Buka Ragunan hingga Malam Hari, Pertanyakan Kesiapan Fasilitas

Sindikat di Bandung dan Bogor Jual Beras ‘Oplosan’ Kualitas Medium dengan Harga Premium, Konsumen Rugi Sampai Miliaran Rupiah

Penyegelan Pulau Reklamasi di Perairan Gili Gede Lombok Tunggu Hasil Observasi Lapangan

Bangunan Liar Tanpa Izin Ganggu Operasional Whoosh, KCIC Lakukan Penertiban

Rayakan 20 Tahun “Berdiri Teman”, Closehead Hadirkan Semangat Baru dengan Pulangnya Aido
