Mengenali Karakter dan Bahaya Gangguan Narsistik


Gangguan narsistik berpotensi merugikan orang lain. (Foto: Pixabay/Simedblack)
RASA percaya diri diperlukan semua orang untuk meningkatkan kualitas hidup. Kepercayaan diri dapat membantu dirimu dalam memperbaiki jenjang karier, bersosialisasi, atau sekadar belajar mencintai diri sendiri. Ada kalanya takaran rasa percaya itu tak seimbang. Terlalu sedikit atau malah berlebihan.
Orang yang tidak memiliki rasa percaya diri sering kali memilih untuk mengurung diri dan menolak keluar dari zona nyaman. Mereka lebih suka 'tidak terlihat' karena takut orang lain melihat kekurangan yang ada di dalam dirinya.
Berkebalikan dengan kelompok tidak percaya diri, kelompok yang terlalu percaya diri justru selalu ingin tampil atau narsis. Sekali dua kali tampil jelas wajar. Tapi berkali-kali bisa jadi masalah gangguan narsistik.
"Gangguan ini membuat pengidapnya memiliki rasa percaya diri terlalu tinggi hingga bahkan seringkali merugikan banyak orang," catat mayoclinic.org.
Baca juga:
Gangguan narsistik menjadi salah satu penyakit kejiwaan. Umumnya menyerang orang yang tidak mendapatkan pendidikan emosional secara ideal dari orangtuanya seperti terlalu dimanja, tidak pernah diberikan sanksi ketika berbuat salah, atau tidak pernah dibiarkan untuk menyelesaikan masalah sendiri sejak kecil.
Jika dibiarkan begitu saja, gangguan narsistik bisa merugikan banyak orang di kemudian hari. Beberapa tanda gangguan narsistik dapat terlihat dari karakter berikut ini.
1. Si paling hebat

Membanggakan prestasi yang kita miliki memang sah-sah saja untuk dilakukan sesekali. Apalagi jika topik obrolan yang sedang berlangsung mengacu pada pengembangan diri termasuk prestasi apa yang telah dicapai oleh orang-orang yang sedang berbincang dengan dirimu.
Pengidap gangguan narsistik akan melebih-lebihkan alias membumbui secara berlebihan cerita tentang prestasi yang telah mereka raih. Ibarat makanan, enggak bakal enak kalau kelebihan bumbu. Kisah prestasi yang mereka ceritakan bahkan cenderung mengacu pada kebohongan belaka hanya karena ingin dianggap paling hebat di antara semua orang.
2. Si paling benar

Kamu pasti pernah, deh, berteman dengan seseorang yang tidak pernah mau mengakui kesalahannya. Pengidap gangguan narsistik memang paling anti dikoreksi atau menerima kritik dari orang lain.
Mereka tahu dan sadar telah melakukan kesalahan, tapi tetap akan melemparkan kesalahannya kepada orang lain. Maunya dianggap sebagai orang yang selalu benar dan tak pernah tercela. Pengidap narsistik tak akan segan untuk menciptakan skenario dan menjebak seseorang demi menutupi kesalahannya sendiri. Bahaya banget, kan.
Baca juga:
3. Si paling tersakiti

Pengidap narsistik biasanya memiliki rasa empati yang sangat rendah sehingga menganggap hanya dirinya lah yang bisa sakit hati. Mereka seringkali menganggap orang lain berlaku seenaknya dan menyakiti hatinya secara semena-mena. Padahal sebenarnya tidak ada satu orang pun yang dengan sengaja memperlakukan mereka secara negatif.
Pengidap narsistik tidak bisa diajak bercanda apalagi membicarakan topik yang serius karena sangat mudah tersinggung meskipun tidak ada orang yang menyenggol dirinya di tengah topik pembicaraan. Jika pengidap narsistik melihat ada beberapa teman yang berbincang tanpa dirinya, bisa-bisa dianggap sedang bergosip tentang dirinya.
4. Si paling ogah rugi

Selain memiliki rasa percaya diri tinggi, pengidap gangguan narsistik juga hanya akan memikirkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Mereka tidak peduli orang lain akan kesulitan dengan tingkahnya.
Pengidap gangguan narsistik akan selalu memanfaatkan orang-orang sekitarnya demi memenuhi kebutuhan dan mencapai keinginannya sendiri.
Jadi, kalau kamu menemukan pada dirimu atau orang sekitarmu karakter demikian, sebaiknya segera konsultasikan dengan ahli psikiater terdekat. (Mar)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
