Kesehatan Mental

Mengenal Skizoid, Gangguan Kepribadian Sulit Dideteksi

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 21 Oktober 2020
Mengenal Skizoid, Gangguan Kepribadian Sulit Dideteksi

Mampu menjalani hidup dengan baik, pengidap skizoid sulit dideteksi (Sumber: Pexels/Maksim Goncharenok)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

ADA berbagai macam gangguan mental. Jika biasanya gangguan kepribadian mudah dideteksi dengan berbagai kriteria, ada satu jenis gangguan mental yang begitu sulit diprediksi. Gangguan tersebut bernama skizoid.

Yang membuat gangguan tersebut begitu sulit dideteksi karena mereka dengan gangguan skizoid kebanyakan terlihat seperti orang lain. Mereka biasanya memiliki pekerjaan, berfungsi dengan baik di tempat kerja, dan tidak terlihat berantakan.

Baca juga:

Dapatkah Robot Membantu Kesehatan Mental Manusia?

Menurut psikolog spesialis Bordeline, Narsistik, dan Skizoid, Elinor Greenberg, Ph.D, orang dengan gangguan skizoid menginternalisasi penderitaan mereka dan menyembunyikannya dari dunia luar.

"Ketika saya bertanya kepada salah satu klien skizoid saya apa yang dia ingin sampaikan kepada orang-orang tentang gangguan kepribadian skizoid, dia berkata, 'Katakan kepada mereka bahwa mereka tidak akan pernah menebak apa yang sebenarnya kita rasakan hanya dengan melihat kita'," tutur Greenberg

Greenberg menganggap gangguan kepribadian skizoid sebagai gangguan tersembunyi, karena kebanyakan pengidapnya sangat tenang. "Kecuali jika mereka memercayaimu bahwa mereka memiliki serangkaian masalah khusus ini, Anda tidak mungkin memperhatikan bahwa ada sesuatu yang salah," lanjutnya.

Jika kita memperhatikan mereka sekilas, kemungkinan besar kita akan berasumsi mereka adalah introvert pekerja keras yang tidak terlalu tertarik untuk mengenal orang lain. Namun, masalah mereka jauh lebih serius dari itu.

Seperti semua gangguan kepribadian, skizoid muncul sebagai proses adaptasi anak kecil dengan situasi keluarga tertentu. Jenis masalah apa yang dimiliki orang dengan kepribadian skizoid?

1. Kurangnya kepercayaan dasar

Orang dengan skizoid hilang kepercayaan pada orang lain sejak usia kanak-kanak (Sumber: Pexels/ Daniel Torobekov)

Orang-orang dengan skizoid memiliki pengalaman masa kecil traumatis. Mereka cenderung dibesarkan oleh orang tua yang tidak peduli, lalai, mengganggu, atau kasar.

Interaksi dengan orang dewasa semacam itu membuat klien skizoid tumbuh besar dengan keyakinan bahwa mengandalkan orang lain pada dasarnya tidak aman.

Berdasarkan jurnal ilmiah yang ditulis oleh Lawrence Robert Klein tahun 1995, kebanyakan dari pengidap skizoid melaporkan pada usia 7 tahun mereka sudah menyadari bahwa orang dewasa di sekitar mereka tidak dapat dipercaya untuk merawat mereka. "Seringkali mereka memiliki orang tua narsistik atau kejam sehingga menjadikan masa kecil mereka seperti neraka," jelas Greenberg.

2. Penyimpanan berlebihan

Pengidap skizoid jago menyimpan uang (Sumber: Pexels/Karolina Grabowska)

Kurangnya kepercayaan mereka pada orang lain membuat pengidap skizoid mencoba semandiri mungkin. "Alih-alih mencari bantuan atau validasi orang lain, seperti yang dilakukan klien saya yang narsistik, mereka mencoba untuk sepenuhnya mandiri," tutur Greenberg.

Greenberg mengatakan bahwa sebagian besar kliennya dengan gangguan skizoid pandai mengelola uang dan merupakan penabung yang cermat. Mereka mengatakan menjadi mandiri secara finansial memberi rasa aman lebih besar. Selain itu, mereka juga cenderung sangat pribadi. Mereka jarang berbagi detail kehidupan pribadi mereka dengan banyak orang.

3. Membuat lorong untuk melarikan diri dari hubungan asmara

Melarikan diri dari hubungan (Sumber: Pexels/Vera Arsic)

Orang dengan skizoid mencari berbagai macam alasan untuk meninggalkan hubungan secara berkala seperti menerima pekerjaan yang mengharuskannya sering bepergian. Bisa juga mereka memulai perselingkuhan dengan orang sudah menikah yang tidak dapat bersama mereka sepanjang waktu.

Gagasan untuk menjalin hubungan lancar membuat mereka sangat cemas. "Klien saya melaporkan merasa terjebak dan sesak ketika mereka diharapkan berada dalam hubungan yang erat dan berkelanjutan bahkan dengan seseorang yang mereka cintai," terang Greenberg.

Baca juga:

Jangan Abaikan Kesehatan Mental di Tempat Kerja

4. Kehidupan fantasi yang rumit

Hidup dalam fantasi (Sumber: Pexels/Yaroslav Shuraev)

Orang dengan skizoid cenderung memiliki kesulitan dalam membedakan dunia fantasi yang rumit dengan kehidupan nyata. Berbeda dengan kehidupan nyata, dalam fantasi mereka, mereka memiliki kendali penuh atas apa yang terjadi.

Itu membuat hubungan fantasi lebih aman. Beberapa orang dengan skizoid menciptakan dunia fantasi yang begitu menarik dan rumit. Tidak jarang beberapa orang dengan skizoid menjadi penulis terkenal.

5. Ketakutan eksistensial

Takut akan eksistensinya sendiri (Sumber: Pexels/cottonbro)

"Klien skizoid saya adalah satu-satunya yang terkadang disibukkan dengan gagasan tentang kematian dan ketidakberartian hidup yang melekat," urai Greenberg.

Mereka juga mengungkapkan ketakutan bahwa pertahanan jarak mereka akan membuat mereka menjadi terisolasi total dari manusia lain. Mereka takut tenggelam dalam kehampaan tanpa koneksi dengan siapa pun, dan mereka tidak akan dapat terhubung kembali.

6. Menyembunyikan reaksi emosional

Sering menyembunyikan reaksi emosionalnya (Sumber: Pexels/Skeeze)

Ini sangat kontras dengan orang-orang dengan gangguan kepribadian ambang atau narsistik yang mungkin tidak segan menyerang orang lain ketika mereka merasa terpicu.

Kebanyakan pengidap skizoid diam-diam mencoba menangani semuanya sendiri. Hal terakhir yang mereka inginkan adalah melibatkan orang lain dalam masalah mereka. (avia)

Baca juga:

4 Cara Mengatasi Masalah Kesehatan Mental

#Kesehatan #Kesehatan Mental #Gangguan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Lifestyle
Teknologi Bedah Robotik Memungkinkan Tindakan Presisi untuk Kenyamanan Pasien, kini Hadir di Siloam Hospitals Kebon Jeruk
Siloam Hospitals Kebon Jeruk memiliki dan mengoperasikan tiga sistem robotik, yakni Da Vinci Xi (urologi, ginekologi, bedah digestif, dan bedah umum), Biobot MonaLisa (khusus diagnostik kanker prostat presisi tinggi), dan ROSA (ortopedi total knee replacement).
Dwi Astarini - Jumat, 19 Desember 2025
Teknologi Bedah Robotik Memungkinkan Tindakan Presisi untuk Kenyamanan Pasien, kini Hadir di Siloam Hospitals Kebon Jeruk
Olahraga
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Raphael Varane mengaku dirinya mengalami depresi saat masih membela Real Madrid. Ia menceritakan itu saat wawancara bersama Le Monde.
Soffi Amira - Rabu, 03 Desember 2025
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Indonesia
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Pemkot segera mulai menyiapkan kebutuhan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat.
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Indonesia
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
emerintah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan penghapusan tunggakan iuran sehingga mereka bisa kembali aktif menikmati layanan kesehatan.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Berita Foto
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada memotong tumpeng bersama Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada, Andi Widjaja saat peresmian PCMC di Jakarta.
Didik Setiawan - Sabtu, 15 November 2025
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Indonesia
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kemenkes menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengobati 900 ribu orang yang terkena Tb.
Dwi Astarini - Kamis, 13 November 2025
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Berita Foto
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
President Director Asuransi Astra, Maximiliaan Agatisianus memberikan pemaparan dalam peluncuran Express Discharge di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 12 November 2025
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Bagikan