Mengenal Selfitis, Perilaku Kecanduan Swafoto


Terlalu sering swafoto juga tidak baik. (Foto: Unsplash/Marc Kleen)
KETIKA berada di tempat wisata, wajar jika seseorang melakukan swafoto untuk mengabadikan momen. Tapi tahu enggak sih, kalau dilakukan secara berlebihan, hal tersebut bisa berdampak buruk bagi diri sendiri lho. Perilaku ini disebut dengan selfitis.
Mengutip laman Alodokter, Kamis (16/12), selfitis adalah istilah untuk menggambarkan perilaku seseorang yang kecanduan swafoto dan mengunggah ke akun media sosialnya. Kondisi ini bukan gangguan mental, melainkan bentuk perilaku narsisme yang bisa berkembang menjadi penyakit mental jika tidak disikapi dengan baik.
Para peneliti membagi perilaku selfitis menjadi tiga kategori, yakni borderline, swafoto tiga kali sehari tanpa mengunggah. Lalu kategori akut, swafoto tiga kali sehari dan mengunggah ke media sosial. Terakhir yakni kronis, perilaku impulsif swafoto dan mengunggahnya setidaknya enam kali sehari.
Perilaku swafoto sudah termasuk selfitis jika sebagian besar foto di media sosial merupakan hasil swafoto, sering terpikir untuk swafoto hingga mengganggu aktivitas sehari-hari, dan merasa cemas jika tidak mengunggah foto swafoto.
Ada banyak alasan mengapa mereka mengunggahnya ke media sosial, antara lain mencari perhatian, keinginan untuk mendapat like atau comment, meningkatkan suasana hati, meningkatkan percaya diri, hingga sebagai wadah untuk mengekspresikan diri.
Baca juga:

Tanpa disadari, semakin sering melakukan swafoto, maka umumnya akan semakin banyak kekurangan yang ditemukan pada diri sendiri. Nah, hal inilah yang kemudian dapat membuat orang yang mengalami selfitis memiliki gambaran yang negatif terhadap dirinya sendiri.
Selain itu, jika jumlah orang yang tidak menyukai unggahan semakin banyak, maka ini akan meningkatkan rasa tidak percaya diri atau merasa diri tidak menarik.
Memang sih, setiap orang bebas mengunggah foto apa saja yang mereka suka. Tapi jika terlalu sering dan isi fotonya swafoto, tidak menutup kemungkinan munculnya haters atau ujaran kebencian dari para pengikut.
Baca juga:

Selfitis juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit mental. Semakin banyak kamu mengkritik dan terus-menerus merasa buruk pada diri sendiri, maka ini bisa membuatmua berisiko mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
Jadi sebenarnya mengunggah foto diri sendiri sebenarnya tidak apa-apa, asal kamu tahu batasnya. Jika merasa dirimu sebagai seorang selfitis, coba deh mulai saat ini upayakan untuk lebih bijak bermain media sosial dan ubah tujuan berfoto swafoto menjadi lebih positif. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
