Mengenal Proses Transplantasi Rambut
Transplantasi rambut jadi salah satu solusi untuk kebotakan. (Foto: Unsplash/Towfiqu)
KEBOTAKAN bisa dialami siapa pun dengan berbagai faktor, seperti faktor makanan yang dikonsumsi, keturunan ataupun stres. Bagi seseorang yang mengalami rambut rontok hingga mengalami kebotakan, transplantasi rambut menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Namun, di Indonesia belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang prosedur transplantasi rambut. Ini merupakan prosedur saat seorang ahli memindahkan rambut ke area yang botak atau menipis di kulit kepala.
Baca juga:
Obat Jerawat Isotretinoin Bisa Sebabkan Rambut Rontok?
Seperti dikabarkan ANTARA, Sabtu (3/6), meskipun dilakukan di kepala, Specialist Hair Transplant dari Turki sekaligus Founder dari ASMED Hair Transplant Center Dr. Koray Erdrogan menuturkan bahwa prosedur ini tak berbahaya dan tidak berkaitan dengan otak.
“Mungkin karena berhubungan dengan kepala, banyak orang yang bertanya-tanya apakah ini aman untuk otak? Jawabannya, prosedur ini berada di kulit kepala. Jadi taka da hubungannya dengan otak,” ucapnya dalam peluncuran ASMED Indonesia pada Sabtu (3/6).
“Banyak juga yang bertanya karena dibuat lubang di kulit kepala, apakah itu berbahaya? Prosedur ini tidak berbahaya. Ini akan lebih aman karena kami melakukannya bersama dokter anastesi. Proses ini juga dilakukan sambil memeriksa tekanan darah dan situasi dari pasien,” lanjutnya.
Selain itu, tak ada batasan usia untuk melakukan transplantasi rambut. Bahkan seseorang di usia 99 tahun pun masih bisa melakukannya. Namun beberapa kondisi seseorang yang tidak bisa melakukan transplantasi rambut. Salah satunya adalah pasien yang menjalani kemoterapi.
Baca juga:
Oleh karenanya, sebelum menjalani operasi transplantasi rambut, pasien akan terlebih dahulu melakukan pengecekan. Setelah itu rambut mereka akan digunduli dan barulah proses operasi dilakukan.
“Proses antara pria dan wanita berbeda. Wanita tidak perlu digunduli seperti pria. Umumnya wanita hanya mengisi area rambut yang kosong. Misalnya seseorang dengan dahi yang lebar, atau jika mengisi di area belakang, maka bisa ditutupi dengan rambut yang panjang sehingga tidak terlihat,” paparnya.
Setelah melakukan transplantasi rambut, Koray mengatakan bahwa mereka bisa kembali melakukan styling pada rambut. Misalnya mewarnai rambut. Namun, hal itu baru aman dilakukan setelah enam bulan melakukan operasi transplantasi. (Far)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas