Membaca Relief Borobudur yang Berkisah Tentang Penderitaan Manusia


Relief pada Candi Borobudur. (Foto: Pixabay/pvdberg))
BOROBUDUR tak hanya sebagai destinasi wisata paling diburu di Indonesia. Situs warisan dunia itu merupakan peninggalan penting dan berharga bagi bangsa Indonesia. Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia.
Selain keindahan bangunannya, lalu apa yang dapat kita pelajari dari Borobudur? Salah satunnya yaitu melihat cerita dalam relief Borobudur yang sungguh luar biasa.
Bagian dari relief Lalitawistara di Candi Borobudur bertutur tentang penderitaan manusia karena sakit. Mereka dijumpai Sidharta Gautama dalam perjalanan keluar istana dengan kemegahan dan kehidupan yang serba berkecukupan.
1. Orang-orang menderita yang dijumpai Sidharta

Kisah di panel 57 relief itu diketahui umum menjadi bagian yang menggugah Sidharta melakukan pencarian pemaknaan jalan hidup, mengantarnya menjadi petapa, dan kemudian beroleh pencapaian kesempurnaan tertinggi sebagai Sang Buddha Gautama.
Salah satu di antara 120 panel Lalitawistara di lorong pertama tingkat tiga di bagian barat Candi Borobudur tersebut, tentang seseorang berbadan kurus berposisi duduk.
Tentu saja tidak ada narasi tertulis di panel tersebut, namun beberapa sumber menyebut laki-laki berbadan kurus dalam panel itu menderita suatu penyakit.
Ia dikisahkan sebagai salah satu di antara sejumlah wajah penderitaan manusia yang dijumpai Sidharta.
2. Belum ada penjelasan spesifik tentang sakit dalam gambaran relief

Seorang pemandu dari Balai Konservasi Borobudur Mura Aristina menyebut sosok penderitaan manusia lainnya dalam Lalitawisatara, yakni orang buta membawa tongkat dipandu anak kecil dan orang terbaring meninggal dunia.
"Dalam berbagai buku budhis, belum pernah saya menemukan penjelasan spesifik sakit apakah orang yang digambarkan di relief tersebut," kata Mura kepada Antara.
Kisah tentang orang sakit dan upaya pengobatan kepada orang sakit juga bisa ditemui di relief Karmawibhangga Candi Borobudur.
3. Borobudur sebagai tempat peringatan Hari Tb Sedunia

Kawasan Borobudur dijadikan tempat peluncuran awal peringatan Hari Tb (Tuberkulosis) 2019, tepatnya di Taman Lumbini, pekan lalu. Di sana dilakukan juga pameran edukasi TBC A Story of Hope.
Lalu apa hubungannya Borobudur dengan Tb?
Pemilihan terhadap Candi Borobudur sebagai tempat peluncuran awal peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia tahun ini tentunya bukan tanpa alasan. Selain merupakan berlatar kemegahan bangunan fisik peninggalan abad ke-8, masa pemerintahan Kerajaan Syailendra itu, juga berhubungan dengan gambaran pada reliefnya.
Pemaknaan atas relief orang sakit di candi dengan tatanan dua juta batu andesit itu diharapkan menggugah semangat masyarakat global untuk melanjutkan perang melawan penyakit TBC. Hari Tb Sedunia diperingati setiap 24 Maret. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Dari Air hingga Udara, ini 15 Destinasi Wisata Petualangan Terbaik Versi Kemenpar
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo-Macron Nanjak Borobudur Pakai 'Stair Lift', Endingnya Presiden Prancis Sentuh Patung Buddha

Di Borobudur bersama Macron, Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia Jaga Toleransi dan Budaya

Ahli Arkeologi Khawatir Pemasangan Stairlift di Candi Borobudur, Bisa Rusak Struktur Candi

PPDI Sebut belum Dilibatkan dalam Pembahasan Pembangunan Chairlift di Candi Borobudur

PPDI Sambut Baik Wacana Pemasangan Chairlift di Candi Borobudur, tapi Berikan Sejumlah Catatan

Stair Lift Diklaim tak Rusak Candi Borobudur, Pengelola Sebut Lazim Digunakan di Situs Dunia

Dibangun untuk Mudahkan Emmanuel Macron dan Prabowo Naik ke Atas, Stair Lift Diyakini Tak Merusak Candi Borobudur

Fadli Zon Klaim Chair Lift Borobudur dari Kayu Aman Tidak Merusak Situs

Pemasangan Eskalator di Candi Borobudur, Pemerintah Jelaskan Tujuan Sebenarnya

Nilai Spiritual Borobudur Diharapkan Jadi Inspirasi Perdamaian Dunia pada Waisak 2025
