MEInang! Usaha Bersemi kala Pandemi


Retno Hemawati mengembangkan bisnis jamu Sejiwa di kala pandemi. (foto: istimewa/dok pribadi)
TAK semua hal berhenti kala pandemi corona merebak. Begitu juga dengan roda bisnis. Banyak pengusaha yang putar otak, mencari cara agar bisnis mereka bisa menyintas di masa krisis ini. Direktur utama Smesco, Leonard Theosabrata, mengatakan Corona memang membuat aktivitas wirausaha tersendat.
Lewat video berjudul Coping With Your Small Business During COVID-19, ia memberikan beberapa tips agar bisnis, terutama UMKM, tetap berjalan lancar di tengah wabah virus Corona. Salah satu yang ia sarankan ialah peninjauan ulang produk yang ditawarkan. Dalam hal ini, kejelian dan kreativitas seorang pengusaha diuji.
BACA JUGA: Kisah Rahman Simuk, Tukang Cukur Panggilan yang Survive di Tengah Pandemi COVID-19
Dari Handmade Craft ke Masker

Pengusaha bisa saja punya produk unggulan sebelum masa pandemi. Namun, di tengah krisis, seorang wirausaha harus jeli melihat bahwa produk unggulannya mungkin kurang dibutuhkan saat itu. Oleh karena itu, pengusaha yang gesit akan mencoba memeinangkan usaha dengan memodifikasi produk. Hal itulah yang dilakukan pengusaha handmade craft asal Bali, Purnama Dewi.
Di bawah brand DeMoon, Dewi yang tadinya mengkriyakan clutch, wedges, sepatu, tas, kain ecoprint, shibori, suminagashi, decoupage, painting mix media, fabric painting, dan homemade soap, kini beralih membuat masker kain. "Sebelum corona merebak di Indonesia, aku sudah berencana membuat set bucket hat dan masker untuk anak-anak. Tapi belum kesampaian. Nah, ketika corona mulai ramai dan masker medis langka, aku bikin deh masker kain buat anak dan keluarga," kata Dewi saat berbincang dengan Merahputih.com via pesan Whatsapp.
Setelah produk awal jadi, sang suami memfoto masker bikinannya lalu mengunggahnya ke media sosial. Lengkap dengan iklan dan tawaran untuk membuka order. "Ini sih kayaknya trik suami biar koleksi kainku habis," candanya.

Dari iklan itu, order masker berdatangan. Dewi lalu berkreasi dengan kain koleksinya. Saat membuka order pertama, ia langsung menerima 300 masker. Dalam dua minggu, sambil tetap mengurus tiga anak, ia berjuang menyelesaikan order. Masker dibuat dengan tiga lapisan. Untuk lapisan pertama, ia menggunakan kain linen atau katun. Selanjutnya diberi pelon atau pelapis tas seperti spunbond. Terakhihr, ia menggunakan katun lagi. Penggunaan tiga lapis bahan untuk masker dilakukan untuk memastikan masker kuat dan tidak tembus. "Jadi biar aman, aku melakukan tes tiup dulu. Ternyata enggak tembus," ujarnya.
Semua proses pembuatan masker dilakukan dengan tangan. Hal itu membedakan masker buatan tangan ini dengan produksi massal. Selain itu, masker buatan tangan ini punya motif cantik dan lucu-lucu. Meski produksi masker sedikit lebih lambat, Dewi mengaku hal itu demi tetap menjaga kualitas. "Aku sih fokus ke kualitas maskernya. Di luar dugaan, responsnya bagus banget. Masker ready stock yang aku punya juga sudah habis terjual. Malah banyak yang order ulang sampai masuk daftar tunggu," ujarnya.
Setelah membereskan order kelompok pertama, kini ia mengerjakan kelompok order kedua. Ia mengaku makin semangat mengerjakan dan menjalankan bisnisnya ini. Padahal, di awal merintis, Dewi menjadikan crafting hanya sebagai penawar kejenuhan di tengah aktivitas sebagai ibu rumah tangga. "Craft ini masih kubatasi sebagai hobi. Anak-anak dan keluarga tetap nomor satu," ujarnya.

Bagi Dewi, kegiatan crafting ialah penolong di kala ia mengalami depresi pascamelahirkan. Perkenalan dengan dunia kriya tangan berawal di 2014. Ketika itu, ia sudah setahun berjuang melawan depresi pascamelahirkan anak kedua. "Saat pindah dari Palembang ke Jakarta di 2014, aku menemukan kursus crafting membuat clutch. Semua berawal dari sana," kisahnya.
Dengan kebisaan menjahit dan kreativitas tak terbatas, Dewi mulai membangun DeMoon. Dari bisnis itu, ia mengaku bisa menambah penghasilan untuk kebutuhan harian. "Ini hobi yang menghasilkan. Apalagi di tengah pandemi begini. Biaya makan dan rumah malah nambah," ujarnya.
BACA JUGA: Parents, ini Aturan Pakai Masker pada Anak
Bagikan
Berita Terkait
Unsur Politis Harus Dihindari Dalam Rencana Bisnis Kopdes, Bisa Gagal Jika Ambil Alih Bisnis Eksisting

Pendapatan KAI Melonjak 29 Persen, Catatkan Laba Bersih Rp 2,21 T di 2024

Indonesia Ingin Ada Peluang Bisnis Baru Dengan Prancis

Tupperware Hentikan Bisnis di Indonesia Setelah 33 Tahun Beroperasi

Biang Kerok IHSG Anjlok, Dari Ketegangan Geopolitik Sampai Perang Tarif Uni Eropa dan AS

IHSG Terperosok dan Alami Trading Halt, DPR Langsung Kunjungi BEI

Setelah 28 Tahun, Donatella Versace Turun dari Jabatan Chief Creative Officer, Menyerahkan Tanggung Jawab ke Pihak di Luar Keluarga

Direksi Shell Mengundurkan Diri, Perusahaan Ingin Struktur Baru demi Efisiensi dan Nilai Bisnis

Apple dan Indonesia Dikabarkan Capai Kesepakatan untuk Penjualan iPhone 16

Penjualan Eropa Jeblok, Nilai Pasar Tesla Anjlok Sampai di Bawah USD 1 Triliun
