Media New York Tulis tentang Bubble Tea, Warganet Nyinyir

Asty TCAsty TC - Jumat, 18 Agustus 2017
Media New York Tulis tentang Bubble Tea, Warganet Nyinyir

Bubble Tea (Foto: Instagram/s_lily___)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MEDIA besar New York Times (NYT) dikenal selalu memiliki berita yang update dan faktual. Namun, berita yang dipublikasikan 16 Agustus lalu di NYT dianggap basi, sehingga warganet nyinyir di media sosial. Tentang apakah itu? Ternyata bubble tea, atau yang sering disebut dengan "boba".

Judul asli artikelnya adalah "The Blobs in Your Tea? They're Supposed to Be There" (Gumpal dalam Tehmu? Mereka Memang Seharusnya Ada di Situ). Para pengguna Twitter menganggap media ini terlambat dalam menangkap tren dan menjadikannya contoh kasus bahwa media harus lebih merangkul keberagaman.

BuzzFeed mengatakan, bahwa gerai minuman asal Taiwan ini ada puluhan, bahkan mungkin ratusan di New York. Jadi, tidak ada alasan untuk sang reporter tidak melewatinya begitu saja dalam jangka waktu yang lama.

Namun, cara sang penulis memperkenalkan boba seperti seseorang yang baru pertama kali ke Starbucks dan bingung memilih menu. Selain itu, pemilihan kata "exotic" (eksotik), "complicated" (rumit), "Far East" (Timur Jauh), dan "blob" (gumpal) untuk mendeskripsikan boba seakan membuat minuman ini sangat asing.

"NYT menemukan bubble tea yang 'eksotik', 'rumit'...setelah hampir 30 tahun. Satu paragraf ini membunuh saya," tulis Karen Hao.

Setelah banyaknya kritik berdatangan, NYT mengubah judulnya menjadi "Bubble Tea, Long a Niche Favorite, Goes Mainstream in the U.S." (Bubble Tea, Favorit Sejak Lama, Jadi Umum di AS). Salah satu editornya pun kemudian menulis pesan di bawah judul, "Kami berharap kami mengambil pendekatan topik yang berbeda. Pastinya masih ada cerita dalam perkembangan bisnis bubble tea di AS, tapi tidak dimungkiri jika minuman ini telah ada sejak lama. Dan kami menyesalkan kesan yang dibangun oleh artikel aslinya, yang telah kami revisi dengan banyak pertimbangan."

Judul tersebut pun masih pula mendapat kritikan. Salah satunya Liz LaBrocca, yang menulis, "Apa. Sangat tidak peka @nytimes. Dan, bukankah bubble tea 'jadi mainstream' sejak hampir satu dekade lalu?" Pengguna Twitter lainnya, Alex Jung, berkomentar, "Blog makanan kalian butuh lebih banyak teman-teman Asia."

Kini, judul artikel tersebut diubah lagi menjadi "Bubble Tea Purveyors Continue to Grow Along With Drink's Popularity" (Penyetok Bubble Tea Terus Bertumbuh Bersamaan dengan Popularitas Minuman Ini). Sejatinya, bubble tea telah ada sejak sekitar tahun 1980-an, yang dimulai di sebuah kota di Taiwan bernama Taichung. Di Indonesia sendiri minuman ini cukup berkembang di tahun 2000-an dan kian merajalela pada sekitar tahun 2010. Hal itu terlihat dari banyaknya gerai-gerai kecil, baik di mal ataupun gerobak, yang menjual minuman jenis ini. (*)

Anda juga bisa membuat bubble tea sendiri, lho, Sahabat MerahPutih. Lihat resepnya di sini: Santan Bubble Tea, Minuman Dingin Menyegarkan Untuk Siang Hari.

#Bubble Tea #Media Massa #Media Sosial
Bagikan
Ditulis Oleh

Asty TC

orang Jawa bersuara alto

Berita Terkait

Indonesia
Polisi Masih Buru Akun Media Sosial yang Sebarkan Provokasi Demo dan Penjarahan
Polisi kini masih memburu akun media sosial, yang menyebarkan provokasi demo hingga penjarahan.
Soffi Amira - Kamis, 04 September 2025
Polisi Masih Buru Akun Media Sosial yang Sebarkan Provokasi Demo dan Penjarahan
Indonesia
Provokasi Bakar Bandara Soetta di TikTok, Pekerja Swasta Jadi Tersangka
Meski telah ditetapkan sebagai tersangka, penyidik tidak melakukan penahanan terhadap CS, melainkan mewajibkan yang bersangkutan untuk melapor dua kali dalam sepekan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 04 September 2025
Provokasi Bakar Bandara Soetta di TikTok, Pekerja Swasta Jadi Tersangka
Indonesia
Layanan TikTok Live Dikabarkan Dimatikan
Sebelumnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Angga Raka Prabowo sebelumnya mengemukakan rencana untuk memanggil penyedia platform media sosial seperti Meta dan TikTok guna membahas penanganan konten-konten provokatif di media sosial.
Alwan Ridha Ramdani - Sabtu, 30 Agustus 2025
Layanan TikTok Live Dikabarkan Dimatikan
Lifestyle
Terima Challenge Ekstrem, Streamer Prancis Jean Pormanove Meninggal saat Siaran Langsung
Polisi Prancis kini menyelidiki kematian streamer 46 tahun itu.
Dwi Astarini - Kamis, 21 Agustus 2025
 Terima Challenge Ekstrem, Streamer Prancis Jean Pormanove Meninggal saat Siaran Langsung
Indonesia
Dewan Pers Mau Berantas Media Pakai Nama Mirip Lembaga Negara
Penertiban dilakukan untuk mencegah salah kaprah media-media itu dianggap perpanjangan tangan dari lembaga negara yang bersangkutan.
Wisnu Cipto - Selasa, 05 Agustus 2025
Dewan Pers Mau Berantas Media Pakai Nama Mirip Lembaga Negara
Dunia
Australia Masukkan YouTube ke Larangan Media Sosial untuk Anak-Anak di Bawah 16 Tahun
Ini bukanlah satu-satunya solusi, tapi ini akan membuat perbedaan.
Dwi Astarini - Kamis, 31 Juli 2025
  Australia Masukkan YouTube ke Larangan Media Sosial untuk Anak-Anak di Bawah 16 Tahun
Indonesia
Legislator PKB Usulkan Pembatasan Akun Ganda Media Sosial dalam RUU Penyiaran
Akun ganda sering kali disalahgunakan untuk tujuan negatif, dari penyebaran hoaks hingga penipuan.
Dwi Astarini - Rabu, 16 Juli 2025
Legislator PKB Usulkan Pembatasan Akun Ganda Media Sosial dalam RUU Penyiaran
Indonesia
Keberatan Platform Digital User Generated Content Diatur UU Penyiaran
DPR ingin pengaturan penyiaran platform digital dapat dijadikan satu terlebih dahulu dengan penyiaran konvensional ke dalam RUU Penyiaran sebab menyasar substansi yang sama.
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 16 Juli 2025
Keberatan Platform Digital User Generated Content Diatur UU Penyiaran
Indonesia
Mengenal PoliceTube, Platform Milik Polri yang Mirip dengan YouTube dan TikTok
PoliceTube merupakan platform milik Polri, yang mirip dengan YouTube dan TikTok. Platform ini akan diluncurkan pada 1 Juli 2025.
Soffi Amira - Jumat, 27 Juni 2025
Mengenal PoliceTube, Platform Milik Polri yang Mirip dengan YouTube dan TikTok
Dunia
16 Miliar Data Bocor, Pengguna Apple hingga Google Diminta Ganti Password
Sebanyak 16 miliar data bocor. Pengguna Apple, Facebook, dan Google diminta untuk mengganti kata sandinya.
Soffi Amira - Kamis, 26 Juni 2025
16 Miliar Data Bocor, Pengguna Apple hingga Google Diminta Ganti Password
Bagikan