Mangain, Tradisi Pemberian Marga Batak untuk Pasutri Baru


Upacara Mangain Jessica Mila. (Foto: Instagram/jscmila)
Merahputih.com - Dalam kebudayaan Batak terdapat sebuah tradisi yang disebut dengan Mangain. Tradisi ini sangat populer di kalangan pasangan suami istri (pasutri) baru, mengapa demikian?
Mangain merupakan bagian tradisi dari masyarakat suku Batak yang dilakukan untuk mengangkat seorang anak dengan memberikan marga.
Tradisi Mangain dilakukan oleh keenam suku Batak yang ada. Mangain bisa terjadi di pernikahan campuran, dalam arti seorang keturunan Batak menikahi seorang yang bukan keturunan batak. Ini berlaku pada kasus laki-laki dan perempuan.
Dengan tradisi Mangain, mempelai yang bukan orang Batak akan menerima marga. Sehingga setelah selesainya prosesi upacara Mangain, pertanda resmi kalau seseorang menyandang marga Batak.
Penyebutan Mangain memiliki perbedaan. Jika mempelai laki-laki yang menjalankan Tradisi Mangain, maka disebut Mangampu anak artinya menerima seorang laki-laki menjadi anaknya, memberikan marga kepadanya sesuai dengan marganya sendiri.
Sedangkan kalau yang menjalankan tradisi Mengampu adalah mempelai wanita, maka disebut Mangampu boru. Artinya menerima seorang putri menjadi boru nya dan memberikannya marga.
Baca juga:
Cerita Cinta dan Pengorbanan dari 'Sibontar Mudar' Asal Sumatra Utara
Tujuan pelaksanaan upacara ini adalah sebagai cara melestarikan keturunan. Mangain juga sebagai bentuk penguatan ikatan antar keluarga. Sebab Mangain sendiri selalu melibatkan keluarga besar untuk merayakannya.
Dalam melaksanakan tradisi Mangain ada beberapa proses yang mesti dilalui:
Natorasna (Orangtua):
Tradisi ini dimulai dari sepasang orang tua yang Marmeme anak baoa alias anak boru disulanghon tolu hali, artinya disuapkan makanan sebanyak tiga kali. Di mana yang disiapkan adalah Indahan (nasi), Dengke pada umumnya menggunakan ikan mas, lalu Mual sitiotio dimaknai udara denngan air jernih dari mata air.
- Pasahat Ulos (menyampaikan ulos)
Orang tua meletakkan ulos di pundak calon Mangain.
- Pasahat Parbue Gabe
Proses Mangain yang dilanjutkan oleh Hulahula alias pihak tulang (paman), ito alias saudara laki-laki mama.
Baca juga:
Hulahula (pihak tulang/ ito/saudara laki-laki mama)
- Tradisi dimulai dari Pasahat dengke (menyampaikan/memberikan ikan).
- Dilanjutkan dengan memakaikan ulos alias Pasahat ulos
- Pasahat parbue gabe
Marsipanganon (makan bersama)
Upacara tradisi Mangain umumnya mengajak tetamu atau seluruh pihak yang hadir untuk makan bersama. Kegiatan ini menjadi salah satu yang membuat tradisi Mangain sebagai penguatan ikatan antar keluarga.
Pasahat upa panggabei (penyiapan hepeng/uang)
Melakukan Dongan Tubu alias saudara laki-laki kandung, Boru alias anak perempuan atau juga istri dari keponakan, Bere alias keponakan dari saudara kandung. Dongan Sahuta, aleale alias teman sekampung.
Kemudian dilakukan Pasahat pisopiso (hepeng) tu hulahula dohot uduranna, artinya memberikan uang kepada pihak Tulang.
Lalu Marhata gabe horas, manggabei ma angka raja. Disambung Mangampu hasuhuton dan Dipasahat ma tu hulahula asa diujungi dohot ende atau tangiang.
Artinya, berbicara tanpa ragu, raja menyapa. Dimana memberikan izin kepada Hulahula yaitu keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu yang dianggap punya posisi penting untuk memberikan nasehat dan restu, dilanjutkan menutup acara Mangain dengan nyanyian atau doa. (Tka)
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Memberikan Dukungan Emosional Melalui Upah-Upah Tondi, Tradisi Adat Sumatra Utara

Mengicip Itak Pohul-Pohul khas Sumatra Utara, Kehangatannya Bawa Ingatan akan Rumah

Filosofi dan Makna Mendalam Rumah Adat Bolon Asal Sumatra Utara

Makna Mendalam dan Sejarah dari Tari Tortor dari Sumatra Utara

Mangain, Tradisi Pemberian Marga Batak untuk Pasutri Baru

Pasangan RIDO Dapat Dukungan dari Komunitas Batak Marbisuk

Pemuda Batak Bersatu Siap Jaga TPS Saat Pilkada Jakarta

Tarian Gundala-Gundala Ritual Pemanggil Hujan dari Tanah Karo

Pakaian Adat 5 Suku di Sumatra Utara

Asal-Usul Tari Tradisional Tortor
