Macapat Satu Suro Bikin Bule Jatuh Hati


Para pembaca macapat di Keraton Yogyakarta. (MP/Teresa Ika)
MerahPutih.com - Suara tembang Jawa merdu terdengar di heningnya malam satu suro di Keraton Yogyakarta. Suara merdu ini berasal dari para pembaca Macapat Keraton Yogyakarta. Satu persatu pembaca macapat membacakan sajak- sajak dari serat Sariro Ayu secara bergantian. Mereka membacakan sajak itu dengan bahasa Jawa Kromo Inggil di Bangsal Ponconiti Keben, Keraton Yogyakarta pada Kamis 21 September malam.
Disekitarnya nampak ribuan warga dan masyarakat berkumpul menyaksikan kegiatan ini. Pembacaan Macapat diadakan sebagai salah satu rangkaian acara peringatan pergantian tahun baru Jawa Satu Suro. Kegiatan ini diadakan pada sebelum prosesi Mubeng Beteng diadakan.
Macapat atau maca papat adalah puisi atau tembang Jawa. Pembacaan macapat tak bisa sembarangan. Harus dibacakan oleh seseorang yang sudah belajar. Pembacaan macapat dilakukan dengan cara saling tersubung antara empat suku kata. Bahasa yang dipakai biasanya bahasa Jawa halus lingkungan keraton seperti Kromo inggil. Isi sajaknya beragam dan bisa diambil dari berbagai sumber seperti serat dan kitab kuno jawa atau karangam pribadi sesorang.
Sajak yang dibacakan hari ini mengambil dari serat Sari Ayu. Secara umum serat ini menceritakan perjalanan hidup seseorang dari lahir sampai meninggal.
"Isi sajaknya seperti refleksi perjalanan hidup manusia dari lahir sampai meninggal. Ada juga lantunan doa-doa dan harapan untuk bangsa dan negara," ujar salah seorang pembaca Macapat, Valentina Sri Sugi Artati di Keraton Yogyakarta, Kamis (21/9) malam.
Warga yang berkerumun di sekitar Bangsal Ponconiti nampak terhibur dengan pembacaan tembang Jawa ini. Banyak yang mengabadikan momen ini dengan kamera HP dan handycam. Alunan tembang ini mampu menghilangkan kebosanan pengunjung menunggu prosesi Mubeng Beteng dimulai.
Tak hanya warga dan wisatawan Indonesia yang terhibur, beberapa wisatawan asing yang hadir juga menikmatinya.
Gabor Parti (26) salah seorang wisatawan asal Hungaria merasa takjub mendengar alunan tembang Jawa. Ia nampak mengabadikan para pembaca macapat yang sedang mendendang dengan ponselnya. Walaupun ia tak mengerti isi sajak yang dibacakan, matanya tak beranjak pergi dari para pembaca macapat.
"Suaranya bagus. Saya ga ngerti artinya tapi merasa damai dihati,"tuturnya.
Gabor adalah mahasiswa pertukaran pelajar dari Hungaria. Ia tiba di Yogyakarta minggu lalu. Ia mengaku baru pertama kali mendengar Macapat. Malam sebelumnya ia sempat mendengarkan alunan gamelan yang ditabuh para abdi dalem di Bangsal Ponconiti.
"Saya kesini mau ikut Mubeng Beteng. Kemarin kesini juga dan mendengarkan gamelan. Sama-sama bagus dan menetramkan jiwa," kata pria berkacamata ini.
Kekaguman juga diutarakan oleh Aras Bernal (22), bule asal Panama. Ia merasa kagum dengan budaya Indonesia yang beragam.
"Suara pembacanya seperti sedang bernyanyi secara pelan. Merdu sekali. Saya diberitahu teman kalau isi macapat itu adalah sebuah doa dan harapan," tuturnya.
Ia datang ke Keraton karena penasaran dengan prosesi Mubeng Beteng. Namun ia juga ingin menyaksikan pembacaan macapat yang merupakan prosesi adat warga Yogyakarta yang masih terjaga hingga sekarang. (*)
Berita ini merupakan laporan dari Teresa Ika, kontributor merahputih.com untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Baca juga berita lainnya pada artikel: Hadiri Mubeng Beteng, Ini Harapan Agus Si Penjual Sayur
Bagikan
Berita Terkait
Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari

Heboh Kasus Mafia Tanah Mbah Tupon, Nama Tersangka Penyerebot Sudah di Kantong Polisi

Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia
