Lupakan Dulu Sisi Kontroversialnya! PP Muhammadiyah Minta Masyarakat Fokus pada Jasa-Jasa Soeharto Demi Kepentingan Bangsa dan Negara
Ilustrasi: Sejumlah peserta membawa foto Pahlawan Nasional saat Parade Surabaya Juang 2025 di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (2/11/2025). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/YU
Merahputih.com - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan dukungannya terhadap pengangkatan Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, sebagai Pahlawan Nasional. Dukungan ini didasarkan pada besarnya jasa-jasa beliau terhadap perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.
Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad menegaskan bahwa Soeharto adalah tokoh kunci dalam sejarah Indonesia. Soeharto juga layak mendapatkan penghargaan atas pengabdian dan kontribusinya, baik selama masa revolusi kemerdekaan maupun saat memimpin negara.
“Kami mendukung Bapak Soeharto sebagai pahlawan nasional karena beliau sangat berjasa kepada Republik Indonesia, sejak masa revolusi kemerdekaan hingga masa pembangunan,” katanya.
Baca juga:
Koalisi Sipil: Usulan Gelar Pahlawan Soeharto Bentuk Pemutihan Dosa Orba
Jasa dan Kontribusi Soeharto
Menurut Dadang Kahmad, Soeharto memiliki peran signifikan dalam perjuangan kemerdekaan, termasuk partisipasinya dalam perang gerilya dan peran sentral dalam Serangan Umum 1 Maret 1949. Peristiwa ini dianggap sebagai momentum strategis yang mengukuhkan pengakuan kedaulatan Indonesia di dunia internasional.
Selama menjabat sebagai presiden, Soeharto dinilai berhasil melaksanakan berbagai program pembangunan yang terencana, seperti Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang sukses mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Keberhasilan kepemimpinan Soeharto, lanjut Dadang, di antaranya terlihat dari pencapaian swasembada beras pada dekade 1980-an, keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, serta terjaganya stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan selama masa Orde Baru.
Muhammadiyah menekankan bahwa dalam menghargai jasa kepahlawanan, fokus utama haruslah pada kepentingan bangsa dan negara, tanpa terpengaruh oleh perbedaan politik, serta mengesampingkan kekurangan atau kesalahan pribadi tokoh tersebut.
Kementerian Sosial (Kemensos) sendiri telah mengajukan 40 nama tokoh nasional kepada Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) pada tahun ini untuk dipertimbangkan sebagai pahlawan nasional.
Menteri Sosial (Mensos), Saifullah Yusuf, memastikan sebagian besar nama yang diusulkan adalah hasil pembahasan dari tahun-tahun sebelumnya. Proses penetapan ini dilakukan melalui seleksi berlapis yang melibatkan berbagai unsur, mulai dari masyarakat hingga tim ahli tingkat pusat.
Baca juga:
Selain Soeharto, tokoh-tokoh besar lain yang turut diusulkan antara lain Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), aktivis buruh Marsinah, Jenderal (Purn) M. Jusuf, Ali Sadikin, KH Bisri Syansuri, Syaikhona Kholil Bangkalan, serta Prof. Mochtar Kusumaatmadja.
“Ketika kita menghargai jasa kepahlawanan seseorang, jangan dilihat dari perbedaan politik atau kepentingan apapun, kecuali kepentingan bangsa dan negara, terlepas dari kekurangan dan kesalahan seseorang,” ujar Dadang Kahmad.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Lupakan Dulu Sisi Kontroversialnya! PP Muhammadiyah Minta Masyarakat Fokus pada Jasa-Jasa Soeharto Demi Kepentingan Bangsa dan Negara
Aksi Tolak Gelar Pahlawan Soeharto di Depan Gedung Kementerian Kebudayaan Jakarta
Koalisi Sipil: Usulan Gelar Pahlawan Soeharto Bentuk Pemutihan Dosa Orba
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Pemerintah Klaim tak Terbukti Lakukan Pelanggaran HAM dan Genosida
Penyintas Tragedi Tanjung Priok Nilai Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bentuk Ketidakadilan
PBNU Dukung Soeharto dan Gus Dur Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Koalisi Sipil Tolak Usul Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto, tak Semua Presiden Layak
Soeharto dan Gus Dur Layak Jadi Pahlawan Nasional
Romo Magnis Sebut Soeharto tak Layak Jadi Pahlawan: Dia Korupsi Besar-Besaran
Tegas Tolak Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Marzuki Darusman: Cermin Pengabaian HAM dan Reformasi