Literasi Penanganan Sampah Medis Perlu Ditingkatkan


Limbah medis harus ditagani secara khusus. (Foto: Unsplash/Hermes Rivera)
PANDEMI COVID-19 tak hanya memorakporandakan tatanan kehidupan manusia, tetapi juga memengaruhi bumi atau lingkungan dengan bertambahnya limbah medis. Di Bandung, selama tiga bulan pandemi saja jumlah limbah medisnya mencapai 2 ton.
Wali Kota Bandung, Oded M Danial mengatakan meski jumlah tersebut lebih sedikit dari sampah biasa, namun akibatnya lebih berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan.
Baca Juga:
Kurangi Pemakaian Plastik Kalau Kamu Peduli dengan Biota Laut

”Sebab limbah medis bukan saja mengotori lingkungan tapi juga bisa membawa virus atau bakteri,” tutur Oded saat mengisi seminar online Peningkatan Literasi Sampah Rumah Tangga, Menuju Zero Waste Society bersama Pengabdian Masyarakat ITB.
Di tingkat puskesmas, terang Oded, penanganan limbah medis telah sesuai protokol tetap (protap) Kementerian Kesehatan.
Tapi di tingkat rumah tangga, Oded mengakui literasi masyarakat dalam menangani sampah medis perlu ditingkatkan.
Karena itulah Oded mengajak warga Kota Bandung khususnya, untuk sama-sama saling bahu membahu menangani permasalahan sampah. Yaitu dengan mengelola sampah dari rumah dengan menggunakan metode Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan).
Untuk sampah medis seperti masker dan faceshield, metodenya pun tidak asal buang saja. Tapi perlu penanganan khusus yakni masker dianjurkan untuk dirobek atau dirusak terlebih dulu.
Baca Juga:
Pilot Activity, Program Pengelolaan Sampah di Labuan Bajo oleh Sekretariat TKN

Kemudian disemprot disinfektan, baru dimasukkan ke dalam kantong plastik khusus.
“Karena berbahaya, masker harus dipisahkan di tempat yang lain. Ini semua bisa kita lakukan dengan kolaborasi bersama seluruh stakeholder masyarakat Kota Bandung,” terangnya.
Dengan demikian sampah bisa dikelola oleh tiap individu masyarakat. Berkaitan dengan Hari Bumi, Oded mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bergerak melakukan aksi nyata untuk melindungi bumi dari kerusakan.
“Dan saya berharap sampah organik di kota Bandung sudah selesai dikelola oleh warga dirumahnya masing-masing,” tutur Oded.
Perlu diketahui, BPS Kota Bandung mencatat sampah Kota Bandung mencapai 1.500 ton per hari. Jumlah ini campuran dari sampah organik dan non-organik. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Segera Tayang, Dokumenter ‘Pulau Plastik’ Angkat Isu Sampah Plastik
Bagikan
Berita Terkait
260 Kabupaten dan Kota Darurat Penanganan Sampah, Waste to Energy Pakai Duit Danantara

Hasilkan 8.600 Ton Per Hari, Jakarta Darurat Penanganan Sampah

Pramono Bakal Tindak Bendera Partai yang Ganggu Keindahan Kota, Pasukan Oranye Jadi Andalan

126,65 Ton Sampah Diangkut Usai Perayaan HUT ke-80 TNI di Monas

Awas! Ancaman Bau Sampah Mengintai RDF Plant Rorotan Saat Beroperasi Penuh, DPRD DKI Jakarta Beri Peringatan Keras

RDF Plant Rorotan Terus Mengalami Kendala Hingga Berujung Batal Diresimkan, Kapan Bisa Beroperasi Penuh?

Warga Rorotan Tak Perlu Cemas! DLH DKI Jamin Operasional RDF Plant Didampingi Pakar ITB dan Dilengkapi Teknologi Canggih

RDF Rorotan Masuki Tahap Final, Gubernur Pramono Anung Yakin Fasilitas Ini Atasi Keluhan Warga

Demo Sisakan 28,63 Ton Sampah, Pemprov DKI Kerahkan 750 Personel untuk Lakukan Pembersihan

Gejolak Demo Berlanjut, Pemprov DKI Pikir Ulang Penarikan Retribusi Sampah dari Warga
