Lebaran, Waktunya Flexing Makanan Khas Hari Raya


Pencarian validasi adalah motif kuat mengapa orang memposting foto makanan. (Foto: freepik/jcomp)
“X has just posted a photo!” muncul di notifikasi ponselmu. Saat kamu klik, isinya flexing makanan Hari Raya Lebaran, entah itu opor ayam, sambal goreng krecek, hingga rendang. Situasi seperti ini sering terjadi, apalagi di hari-hari besar seperti lebaran.
Ternyata ada alasan di balik mereka flexing menu-menu khas lebaran tersebut. Intinya, seseorang memang suka memamerkan makanan di media sosial, apalagi di momen besar seperti hari raya. Menurut Social Media Today, berikut alasan orang flexing makanan di media sosial:
Baca Juga:
1. Cara cepat memberi tahu orang apa yang sedang dilakukan
Foto lalu kirim. Cara yang cepat untuk memberi tahu teman-teman apa yang sedang kita lakukan. Tak perlu panjang lebar mengetik kita sedang makan apa, cukup satu foto bisa mewakili apa yang sedang kamu lakukan.
Data dari Digital Marketing Agency 360i menunjukkan bahwa 25 persen foto makanan dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mendokumentasikan hari kita untuk publik. Selain itu, data menunjukkan sebanyak 22 persen pencarian validasi adalah motif kuat lainnya mengapa orang memposting foto makanan.

2. #foodporn = Rahmat sebelum makan?
Beberapa orang menganggap memotret makanan sebelum menyantapnya merupakan bentuk perilaku ritualistik. Mudahnya, ini mirip dengan berdoa sebelum makan. Menurut Psychological Science, orang yang melakukan ritual memotret sebelum makan melaporkan bahwa mereka lebih menikmati makanan dibandingkan dengan mereka yang hanya duduk dan langsung mengonsumsinya.
Baca Juga:
Hal ini terjadi karena penundaan yang lebih lama antara ritual dan makan bekerja lebih baik dengan meningkatkan antisipasi kesenangan dari menyantap makanan. Selain itu, makanan yang difoto bisa terasa enak bahkan jika kita sebenarnya tidak menikmatinya. Mengutip New York Magazine, melihat foto makanan 'sehat', seperti salad atau menu diet, bisa menipu otak kita untuk percaya bahwa itu enak meski kita tidak suka.

3. Bukti foto atau itu tidak pernah terjadi
Para peneliti dari University of Pennsylvania, University of Southern Carolina, dan Yale University mengatakan bahwa mengambil foto selama itu termasuk ke dalam pengalaman positif (jalan-jalan, makan) dapat membuat kita merasa lebih bahagia selama itu tidak mengganggu pengalaman itu sendiri.
Namun, itu bisa menjadi 'kewajiban' yang sebenarnya tidak perlu. Orang-orang yang sudah terbiasa melakukan ritual potret makanan malah merasa kosong saat tidak memotret dahulu, bahkan merasa seakan ‘tidak pernah menyantapnya' kalau tidak foto sebelum makan.
Flexing makanan lebaran di media sosial itu boleh, tetapi jangan sampai obsesimu terhadap flexing makanan justru menghilangkan esensi dari makan saat lebaran, yaitu untuk kebersamaan keluarga dan merayakan berkah setelah sebulan berpuasa. (kmp)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Flexing Pengalaman Kerja dengan Tepat di CV

Flexing Otot Tanpa Terlihat Disengaja

Cara Menahan Diri agar Flexing Tidak Dianggap Negatif

Flexing Foto Libur Lebaran Bisa Pertanda Narsistik

Cerita Novita Hardini Main di Film 'Buya Hamka'

Flexing Berkedok Bertanya dalam Dunia Gaming

Flexing Angpau Lebaran Walaupun Tak Merayakannya

Tempat Wisata Baru di Jakarta dengan Spot Foto Bernuansa Jepang

Flexing Sekaligus Tingkatkan Kesehatan Mental di Tempat Tropis

Nicke Widyawati Masuk Daftar 14 Perempuan Kontemporer WIPO
