Larangan Penjualan LPG 3 Kg Bikin Pedagang Kecil Kehilangan Pendapatan
Gas LPG 3 kilogram. (Foto: MerahPutih.com/Didik)
MerahPutih.com - Sulitnya mendapatkan LPG 3 kg membuat pedagang kecil ikut menjerit. Pedagang mengaku, bebannya makin berat karena harus menghabiskan waktu saat mengantre di pangkalan resmi penjual LPG.
Keluhan ini salah satunya datang dari Marji (43). Ia merupakan pedagang martabak mini di kawasan Grogol, Jakarta Barat. Marji mengaku, dirinya harus antre sejak pagi hanya untuk mendapatkan LPG, sehingga mengurangi penghasilannya.
“Saya pagi antre dari jam 06.00 sampai 07.30. Biasanya jam segitu saya bisa jualan di depan sekolah. Sekarang tak bisa karena harus antre beli gas gitu,” kata Marji ditemui di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (4/2).
Menurut Marji, biasanya pagi hari adalah momen dia mendapatkan untung lantaran berjualan di jam masuk anak sekolah.
Baca juga:
Pengecer LPG 3 Kg Otomatis Jadi Sub-Pangkalan, Menteri Bahlil Pakai Evaluasi Seleksi Alam
“Dua hari ini karena harus antre jadi tak bisa jualan di sekolah. Otomatis pemasukan berkurang,” sesalnya.
Marji mengaku, dirinya rugi bisa Rp 100 ribu karena tak dapat berjualan sejak pagi hari.
“Kalau jualannya siang anak-anak jarang beli karena mereka sudah dapat makan siang dari sekolah. Kalau pagi kan bisa buat bekal mereka,” jelas Marji yang sudah lima tahun belakangan jualan martabak mini seharga Rp 5 ribu sampai Rp 10 ribu ini.
Sama halnya dengan Marji, pedagang batagor keliling di kawasan Ciputat, Anto (23) mengaku, kebijakan larangan pembelian gas LPG di eceran sangat menyulitkannya.
Baca juga:
Muhammad Hatta Cap Larangan Pengecer Jual LPG 3 Kg Kebijakan Prematur, Efek Dominonya Bahaya
“Akibat antre berjam-jam, saya bisa kekurangan penghasilan,” sebut Anto.
Ia mengaku, bisa menghabiskan waktu sampai satu jam lebih hanya untuk mendapatkan gas melon itu.
“Padahal sejam itu kalau saya pakai muter di sekolah atau deket perkantoran bisa dapat untung banyak. Tapi sekarang waktu saya terbuang hanya untuk antre gas,” sesal Anto seraya menggoreng batagor di wajan gerobaknya itu.
Ia juga mengaku, dirinya sering berdebat dengan sesama pembeli gas dan penjual.
Baca juga:
Legislator Kritik ESDM Mending Bikin Aturan HET LPG 3 Kg daripada Larang Dijual Pengecer
“Karena memang saya minta penjualannya dipercepat supaya bisa jualan. Tapi mereka beralasan stok terbatas jadi harus menunggu lama,” keluh Anto.
Anto juga mengungkapkan, bahwa dirinya tak masalah dengan harga gas di pangkalan resmi. Namun, dia meminta agar penjualan gas kembali dibolehkan di level pengecer.
“Memang di level pengecer sedikit lebih mahal bisa sampai Rp 20 ribuan. Tapi saya tak perlu antre dan ribet - ribet lagi untuk mendapatkan gas,” harap Anto yang merupakan perantau asal Brebes ini. (knu)
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Pertamina Optimalkan Moda Suplai Darurat, Canting dan SPBU Mobile Jadi Pahlawan Warga Terdampak Banjir
KPK Temukan Koneksi Len Industri ke Skandal SPBU Pertamina
Pertamina Sediakan Bengkel Ganti Oli Gratis untuk Warga Terdampak Banjir dan Longsor di Sumatra Barat dan Utara
Percepat Distribusi BBM, Pertamina Diperintahkan Pakai Motor Pasok ke Daerah Terisolir
BBM ke Sibolga Dipercepat, Pertamina Aktifkan 5 SPBU 24 Jam Bebas Barcode
Truk BBM dan Alat Berat Bergerak ke Aceh Tamiang, Pemerintah Fokus Buka Akses Darat
Selain Kerahkan 14 Mobil Tangki ke Bencana Sumatra, Pertamina Kirimkan Bantuan Lewat Jalur Laut
Shell Beli 100 Ribu Barel BBM Pertamina Masuk Tahap Final, ExxonMobil Masih Punya Stok
Shell Pastikan Pasokan BBM Kembali Normal Usai Sepakati Pembelian dari Pertamina
Ikuti Jejak BP dan Vivo, Shell Akhirnya Ambil 100 Ribu Barel BBM dari Pertamina